Foto: Andi Muh Ahsan Rizal/LPM Kentingan

The Black Parade Bukan Album Cinta

1

You’re just a sad song with nothing to say

About a life long wait for a hospital stay

And if you think that I’m wrong

This never meant nothing to ya

Lirik lagu di atas mungkin saat ini sudah tidak asing lagi di telinga kita, terutama bagi kalian pengguna aktif Tiktok dan Instagram, sebab sudah sering muncul sebagai backsong instastory maupun video di FYP. Potongan lirik di atas adalah bagian reff dari lagu berjudul “Disenchanted” karya band asal Newark, New Jersey, USA, yaitu My Chemical Romance. Lagu “Disenchanted” tergabung dalam album The Black Parade yang dirilis pada 20 Oktober 2006. Album ini sendiri bergenre alternative rock, emo, pop-punk, hard rock, dan progressive rock. Setidaknya itulah yang tertera di Wikipedia, walaupun My Chemical Romance sendiri enggan aliran musik mereka dikategorikan sebagai musik emo atau emotional music yang identik dengan cinta-cintaan. Sejatinya aliran musik emo sendiri tidak selalu menghadirkan tema cinta dalam lagu-lagunya, selama musik itu dibawakan dengan ciri khas musik yang melodius, disertai lirik yang ekspresif dan berisi pengakuan, maka itu bisa dikategorikan ke dalam musik emo. Contohnya adalah lagu “Note to Myself” dari band From First to Last.

Kembali ke lirik lagu “Disenchanted”, saya sering kali menemui lagu ini digunakan sebagai backsong untuk konten-konten galau, misalnya saja seseorang yang baru putus cinta atau mungkin sedang ingat kepada mantan kekasihnya. Lirik lagu “Disenchanted” sering kali menjadi andalan mereka. Contoh lain adalah lirik lagu dari album yang sama yaitu I Don’t Love you.

When you go

And would you even turn to say

I don’t love you

Like I did

Yesterday

Lirik di atas juga sering kali digunakan untuk merepresentasikan kegalauan yang sedang dihadapi. Namun, tahukah kalian kalau sebenarnya lagu-lagu yang sering digunakan dalam konten galau ini tergabung dalam sebuah album yang bercerita tentang kematian? Ya, teruntuk kalian yang belum tahu, album The Black Parade dari My Chemical Romance ini adalah bentuk romantisisasi dari kematian. Hal ini tercermin jelas dari beberapa lagu lain seperti “Welcome to The Black Parade”, “Cancer”, “Mama”, dan “Dead”. The Black Parade menceritakan perjalanan The Patient (tokoh utama yang diceritakan dalam album) menuju, saat, dan sesudah menghadapi kematian. Ketika mendengarkan keseluruhan album ini, saya merasa kita ditempatkan sebagai saksi perjalanan kematian The Patient yang dikemas dengan sangat ‘indah’. Album ini adalah sebuah rock opera, bagi kalian yang pernah mendengarkan lagu “Bohemian Rhapsody” dari Queen, itu merupakan salah satu inspirasi dari My Chemical Romance untuk album ini.

Lagu “Disenchanted” sendiri menceritakan momen ketika The Patient dihadapkan pada kilas balik kehidupan yang telah ia jalani sebelum meninggal, sedangkan lagu “I Don’t Love You” bercerita tentang momen dimana The Patient harus meninggalkan sang terkasih sebab ia tak sanggup apabila kematiannya harus disaksikan oleh sang terkasih. Fakta ini mungkin dapat menjadi landasan argumentasi bahwa kedua lagu ini telah ‘disalahgunakan’ oleh orang-orang yang tidak memahami sepenuhnya tema besar dari album The Black Parade. Jadi apa mungkin idealnya lagu-lagu ini menjadi backsong suasana berduka? Atau diputarkan di rumah sakit untuk menemani pasien yang sedang sekarat? Meski kesannya tidak etis memutar musik kencang ala rock untuk keadaan seperti itu, tetapi setidaknya kita sudah melakukan hal yang benar dengan menempatkan lagu ini pada tempatnya kan?  

Saya sendiri memandang fenomena ini sebagai sebuah pergeseran konteks, sederhananya, sebuah lagu dapat berbeda pemaknaan tergantung konteks penggunaannya. Jadi orang-orang yang menggunakan lagu-lagu dalam album The Black Parade untuk merepresentasikan perasaan galau adalah sebuah hal yang sah-sah saja. Kita berada pada era ini, dimana lagu kematian digunakan untuk melukiskan cinta dan lagu cinta digunakan untuk mengiringi kematian. Lantas, apakah ini adalah sesuatu yang buruk? saya sendiri memandangnya sebagai hal lumrah dalam dinamika perkembangan musik. Sisi baiknya, tentu hal ini bisa memperluas pasar pendengar. My Chemical Romance tentunya tetap menjadi pihak yang paling diuntungkan, lagu mereka menjadi semakin dikenal, angka pendengar meningkat, dan bisa memperpanjang ‘umur’ mereka di tengah gempuran tren solois dan musik pop, meskipun harus mengorbankan indahnya makna asli dari cerita album The Black Parade.

Sebagai penggemar romansa kimiaku A.K.A My Chemical Romance, saya sendiri cukup menyayangkan adanya ‘pengorbanan’ ini. Namun, selama itu tetap membawa dampak baik bagi band favorit saya, saya rasa itu adalah harga setimpal yang harus dibayarkan. Coba lihat sisi baiknya, saya bisa mendengarkan lirik puitis dari Gerard Way, permainan gitar apik dari Ray Toro dan Mikey Way, serta petikan bass Frank Lero tiap kali saya membuka Instagram dan Tiktok. Bagi saya, ini merupakan kepuasan dan kebanggaan tersendiri sebagai seorang penggemar. Jadi teruntuk para pendengar baru maupun lama dari My Chemical Romance mari bersama kita kembalikan lagi era emo! Ngoehehe. Percayalah, di tengah gempuran musik indi dan pop era sekarang musik emo masih bisa tetap eksis, seperti yang dikatakan Gerrard Way we’ll carry on. 

 

Penulis: Andi Muh Ahsan Rizal

Editor: Lutfiyatul Khasanah