Oleh: Putih Sejati
DI SIANG YANG TERANG seterang senyummu, kau bisa mendapati bunga angsana gugur seenak jidatmu namun tidak dengan cinta. Ini bukan bualan, tenan! Siang yang terang selalu membikin pacar saya semakin sibuk beraktivitas, menggarap tugas kuliahnya yang seolah tak berbatas, tak tuntas-tuntas. Dan itu membuat saya benci bukan buatan!
Pacar saya mahasiswa Teknik yang sahih. Meski memiliki rupa yang enggak teknik banget, tapi dia menerima saya sewaktu saya “nembak” dia. – Sebagai feminis tulen, saya mesthi beremansipasi to, ya! – Rambutnya ikal gondrong sebahu, dia tidak manis-manis amat dan bertubuh jangkung sampai saya tidak bisa membayangkan bagaimana nanti kalau kami berciuman. Pasti ribet dan tidak seromantis drama Korea.
Seharusnya saya sadar sejak dalam pikiran, bahwa berpacaran dengan mahasiswa teknik bakal menghadapi resiko pelik bagai sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang tak berkesudahan. Tapi ya, dasar saya remaja lemah. Tiap dia menghilang ditelan mata kuliahnya dan mengabaikan puluhan pesan Whatsapp yang saya kirimkan padanya, rambut gondrongnya itu selalu bikin saya luluh. Rencana ngambek pun gatot alias gagal total!
Saya pun mengerti, di antara fakultas lain di kampus saya itu, Fakultas Teknik memang memiliki etos belajar ala Spartan. Pagi sampai siang kuliah di kelas, siang sampai sore praktikum, sore sampai malam mengerjakan tugas buat besoknya lagi. Begitu terus. Sampai kami jarang bemalam Minggu karena dia lebih memilih bermalam Minggu dengan dosennya untuk konsultasi penelitian, praktikum, tambahan materi dan alasan taik lainnya.
Di saat seperti itu dia selalu bilang ke saya, “Sabar, mungkin saya sibuk saat kuliah. Tapi masa depanku bisa jadi lebih cerah.” Tapi saya tetap tak bisa terima.
Para dosen teknik yang harusnya mengerti. Mbok kalo ngasih tugas ke pacar saya itu jangan ngetril to, Pak, Buk. Pacar saya jadi terancam mengkhianati lagu Remaja-nya Hivi ini lho! Lirik Tiada masa-masa yang lebih indah dari masa remaja yang ada di lagu itu bisa-bisa gugur karena hidup berkampus pacar saya yang kelewat serius.
Berbeda dengan saya yang kuliah di Sosiologi. Tiap hari cuma jadi jemaah ceramah dosen saja. Kadang saya heran dengan ketangguhan dosen-dosen di jurusan saya itu, kok keren sekali yes, bisa monolog selama sejam setengah tanpa jeda dan respon juga tanpa diperhatikan oleh mahasiswanya. Sungguh bakat yang luar biasa. Setahuku cuma Sha Ine Febriyanti yang bisa begini. Suatu kali, kala dia bermain peran sebagai Nayla dalam Film Nay besutan Djenar Maesa Ayu, dia bermonolog selama satu setengah jam. Luar biasa!
Selepas jadi batu di depan dosen itu, hampir tak ada lagi yang bisa saya lakukan. Misal dosen memberi tugas, halah, bisa kuselesaikan dalam hitungan menit. Semua berkat internet dan sisa bakat mengarang yang saya miliki. Tugas tidak usah serius-serius. Toh, paling cuma dibaca judulnya saja. Jika tugas sudah dirampungkan. Ya, saya hampir tidak melakukan apapun selain nongol di Instagram, Facebook, Whatsapp, Line dan Twitter secara bergantian. Begitulah kehidupan saya selama dua tahunan ini.
Jadi seharian saya tidak bisa tidak rindu dan kesal pada pacar saya itu. Tapi, lama kelamaan rindu bertemu jenuh juga. Saya jadi agak putus asa karena memiliki pacar tapi rasanya seperti lajang kafah saja. Sampai saya mengakhiri tulisan ini, saya masih bingung harus bagaimana. Ya, siapa tahu setelah menulis di laman ini, eh ini laman apa namanya? Saluran Sebelas Maret? Kalau benar berarti pas sekali. Tanggal jadian saya dan pacar saya itu juga sebelas Bulan Maret lalu.
Saya berharap pacar saya membaca (meski kemungkinannya kecil karena saking sibuknya), atau paling tidak biar dosen Fakultas Teknik membacanya. Ya, walaupun ada gosip kalau dosen-dosen enggak suka baca laman beginian, tapi ya enggak apa-apalah, namanya juga ikhtiar.[]
Putih Sejati
Menanti balasan pesan Whatsapp darimu. Bisa kenalan lewat akun Twitter: @putih_sejatii