Foto: bola.net/Bagaskara Lazuardi

Zainudin Amali dan Penghargaan Kosong UNS Award

Melalui babak extra time secara dramatis, Zainudin Amali, selanjutnya ZA, berhasil memenangi perebutan posisi wakil ketua umum (Waketum) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk periode 2023-2027 (16/2).

Di babak pertama (pemilihan pertama), ZA berhasil menempati posisi kedua dan berhak atas posisi Waketum II bersama dengan Yunus Nusi (YN) sebagai pemenang pertama. Namun, dalam pemilihan pertama terbukti terjadi pelanggaran sehingga kemenangan tersebut dibatalkan dan harus dilakukan pemilihan ulang (babak kedua). Hasilnya, Ratu Tisha dan YN yang berhak atas posisi tersebut dengan nama pertama sebagai Waketum I.

Pertandingan ternyata belum berakhir (extra time), secara mengejutkan YN mengundurkan diri dari pemilihan Waketum PSSI dan ZA secara otomatis mengisi tempat yang ditinggalkan YN. Kejutan selanjutnya, melalui rilis resmi PSSI di akun media sosialnya, ZA mendapatkan posisi Waketum I. Posisi yang seharusnya ditempati Ratu Tisha sebagai pemenang pertama harus tergeser karena aturan yang ada. 

Selamat!!!

Menteri yang Tau Diri 

Pada saat mendapat lungsuran YN, ZA merupakan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). Beliau menjadi menteri sejak awal Kabinet Indonesia Maju dan kemungkinan besar akan berakhir setelah masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo usai di tahun 2024. 

Seperti para pekerja umumnya, tidak ada salahnya mencari pekerjaan baru sebelum kontraknya habis supaya tidak merasakan menjadi pengangguran. Namun, tidak seperti menteri lainnya yang rangkap jabatan, ZA dengan lapang dada rela lepas dari jabatan Menporanya. Berdasarkan beritasatu.com, ZA sedang menunggu keputusan Presiden Joko Widodo terkait nasib jabatannya di kementerian. 

Akan tetapi berdasarkan pikiranrakyat.com, Pak Jokowi tidak mempermasalahkan rangkap jabatan kedua menterinya di PSSI selama masih bisa bertanggung jawab mengatur waktu. Beliau juga mengakui bahwa rangkap jabatan menteri sebagai ketua federasi olahraga merupakan hal yang lumrah di bawah kepemimpinannya.  

ZA sepertinya telah sadar diri bahwa mengurus semua cabang olahraga (cabor) bukan kapasitasnya dan dengan legowo memulai dari bawah yaitu hanya mengurusi salah satu cabor, yakni sepakbola. Ditambah lagi, akan banyak confilct of interest dan kecemburuan cabor-cabor lainya terhadap sepak bola apabila ZA tetap menjabat. 

Jadi buat Pak Jokowi, biarkan saja ZA mundur dari jabatannya di Kementerian Pemuda dan Olahraga. Lagipula, masih banyak orang yang cakap untuk mengisi posisi tersebut dan tentunya lebih muda dari ZA.

Penghargaan Kosong Bernama UNS Award

Lebih memilihnya ZA terhadap jabatan Waketum I PSSI daripada Menpora, menyadarkan publik ada sesuatu yang tidak genap di antara kedua lembaga tersebut dan juga ZA sendiri. Namun, satu yang belum tersadarkan ialah Universitas Sebelas Maret (UNS).

Dalam rangkaian Dies Natalis ke-47 UNS nantinya, UNS akan menganugerahi Menpora RI, Zainudin Amali, gelar Parasamya Anugraha Dharma Bhakti Upa Sarwasadha pada tanggal 11 Maret 2023 bersamaan dengan puncak peringatan Dies Natalis ke-47.

Mengutip dari uns.ac.id, Parasamya Anugraha Dharma Bhakti Upa Sarwasadha adalah penghargaan tertinggi atas kepeloporannya dalam pengembangan kemasyarakatan dan kemanusiaan bidang keolahragaan nasional Indonesia. Ya, Anda tidak salah baca. Kata sebelum kata bidang ialah kemanusian. 

Kemasyarakatan bolehlah masuk kriteria Pak ZA. Sebagai Menpora yang tidak lagi muda, beliau dapat dijadikan cerminan masyarakat bahwa di usia berapapun kita wajib berolahraga. Selain itu? Entah parameter apalagi.

Noda besar pada kemanusian. Kemenpora sebagai badan tertinggi penyelenggaraan kegiatan olahraga nasional telah gagal dan ikut bertanggung jawab dalam tewasnya 135 korban tewas tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022. Pasca kejadianpun, tidak ada teguran keras dari Kemenpora kepada PSSI. Malah, puncak pimpinan Kemenpora ikut bergabung ke dalam PSSI beberapa bulan kemudian. 

Masih segar di ingatan, ketika ZA bersama Ketua Umum PSSI terdahulu, Moch. Iriawan, menodai seremonial penyerahan Piala AFF-U16 dengan ikut mengakat piala di podium yang seharusnya hanya boleh dilakukan oleh pemain dan staff pelatih (12/08/2022). Tangan yang kotor untuk memegang piala itu baru dicuci beberapa bulan kemudian, tepatnya setelah Tragedi Kanjuruhan.

Entah kemanusian seperti apa yang dimaksud oleh tim UNS Award? Jadi Menpora yang standar saja ZA jauh dari kata berhasil. Terlebih, Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) di bawah Kemenpora kepemimpinan ZA pernah gagal memenuhi standar tes doping internasional yang menyebabkan dilarangnya penggunaan bendera merah putih di event internasional.

Masih  banyak tokoh olahraga yang lebih pantas dan inspiratif mendapatkan gelar anugerah tersebut, seperti para atlet yang telah berjuang mengharumkan nama bangsa ini. Namun, Jika ZA tetap mendapatkan gelar tersebut ya tidak masalah sih karena gelar tersebut nantinya hanya penghargaan kosong yang tidak ada maknanya dan lebih kuat aroma politiknya.

Meminjam ucapan Doc Hudson Hornet, tokoh dalam film Cars, itu hanyalah piala kosong!!!

Sekali lagi, Selamat!!!

 

Penulis: Bagaskoro

Editor: Revy Anestasia Sulistiyo