Widodo Muktiyo: Kami Tidak Mau Diintervensi

Permilihan Rektor UNS 2019 silam diwarnai satu kejutan: para calon sepakat untuk memenangkan Jamal Wiwoho dalam kontestasi tersebut. Kentingan bertemu dan berbincang dengan salah satu peserta pemilihan rektor UNS 2019, Widodo Muktiyo. 

 

Widodo Muktiyo pernah menjadi staf wakil rektor serta tujuh tahun pengalaman menjadi kepala humas UNS. Dengan pengalaman lebih dari 16 tahun di UNS, ia mengaku telah mengetahui persis bagaimana mengelola sebuah perguruan tinggi. Akhirnya, Widodo maju ke kontestasi pemilihan rektor atas dorongan dari teman-temannya.

Widodo menyatakan jika mekanisme pemilihan rektor di UNS sudah sama dengan mekanisme pemilihan rektor secara nasional. Mekanisme tersebut diawali tahapan-tahapan oleh pihak senat, lalu dikoordinasikan dengan Kemenristekdikti.“Tahap pertama adalah penjaringan, sampai akhirnya muncul 5 nama calon dan dijaring lagi menjadi 3 nama calon. Saya, Pak Jamal, dan Pak Tarno. Masing-masing dari jurusan Hukum, FMIPA, dan FISIP” ujar Widodo.

Pada saat akan dilaksanakan pemilihan tahap pertama, ada utusan dari Menteri Ristek dan Dikti agar para calon menyiapkan visi dan misi.

Pada tahap ini, Widodo mengaku diapresasi dan mendapatkan penilaian positif dari pihak kementerian. “Alhamdulillah, saya nilainya paling tinggi. Dari kemampuan presentasi, buku visi misi yang saya buat, dan tanya jawabnya. Saya diapresiasi nomor satu, itu oleh menteri. Tapi kan yang dipakai bukan itu, yang dipakai sebetulnya adalah voting dari suara senat. Kalau saya nomor 3 dari 5 itu. Sehingga saya masuk ke tiga besar, yang kemudian dilaporkan ke Kemenristekdikti. Kemudian akan diambil pemilihan rector tahap kedua” ujar Widodo.

Pada tahap selanjutnya, suara menteri diperhitungkan.

Peraturan Menteri Ristek dan Dikti No.1 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor/Ketua/Direktur Pada Perguruan Tinggi Negeri, memberikan ruang kepada menteri untuk memilih calon rektor. Yakni Menristekdikti memiliki hak lebih dari 35 persen hak suara dalam memberikan pilihan terhadap calon rektor perguruan tinggi negeri. Sementara senat memiliki 65% hak suara dari masing-masing anggota senat memiliki hak suara yang sama

“Jadi yang di bawah bisa naik karena perolehan suara menteri tersebut.” ujar Widodo

Widodo Muktiyo saat ditemui Kentingan pada 9 Mei 2019 silam di FISIP UNS – Adhy Nugroho/LPM Kentingan

Terkait Musyawarah

Meski dalam Permen Ristekdikti No 1/2015 pemilihan rektor diatur dengan pemungutan suara secara tertutup dan menteri menetapkan atas dasar suara terbanyak, UNS akhirnya mendapati rektor barunya dengan jalan musyawarah. Menanggapi peristiwa musyawarah yang memenangkan Jamal Wiwoho, Widodo menyatakan jika semua calon rektor UNS sudah dewasa dan oleh karena itu mereka tidak ingin diintervensi politik manapun. Menurutnya UNS tidak boleh terganggu karena adanya pergantian kepemimpinan dan tidak boleh juga ada orang yang mendikte mereka.

Saat ditanya mengenai alasan apa yang melatarbelakangi kesepakatan ini, Widodo menjawab jika mereka tidak ingin adanya kubu-buan. Ia tidak ingin orang-orang berasumsi bahwa ada kubu Pak Tarno, kubu Pak Widodo, kubu Pak Jamal atau bahkan ada anak emas Pak Ravik. Karena menurutnya UNS itu satu.

“Meskipun semua punya pendukung, biasanya kan seolah-olah kita dianggap diatur oleh orang di belakang kita” ujar Prof Widodo. Ia menolak untuk menjelaskan lebih rinci terkait hal ini. “Kami bertiga tidak mau diintervensi oleh siapa pun. Kami bertiga menentukan sepakat saling bahu membahu, kira-kira WR siapa, dekan siapa. Bahkan walau saya bukan bagian dari rektor, saya selalu diundang untuk diajak diskusi” lanjutnya.

Ia menjelaskan bahwa sebelum pemilihan rektor tahap kedua, ada rapat yang diadakan oleh ketiga calon rektor sebelum rapat anggota RKPU. Inti dari rapat tersebut adalah penandatanganan kesepakatan: memenangkan Jamal Wiwoho. Setelah selesai rapat Dewas dengan RKPU, mereka bertiga menyerahkan surat kesepakatan. “Diserahkannya ke ketua senat, sekretaris, dan panitia pemilihan rektor di ruang senat” jelas Widodo.

“Alhamdulillah diterima oleh para anggota senat pada pemilihan tahap kedua. Mereka semua setuju dengan hasil musyawarah mufakat, dan yang menjadi rektor Pak Jamal” lanjutnya.

Widodo mengatakan jika mereka bertiga waktu itu betul-betul tidak mempunyai ambisi kepentingan pribadi, tetapi untuk menjaga seluruh potensi agar tak terpecah. Ia juga ingin menjadi contoh bahwa perguruan tinggi negeri BLU, yang pergantian rektornya secara musyawarah mufakat baru UNS. Ia juga berpendapat bahwa UNS berhasil mendewasakan diri dengan tidak adanya intervensi dari siapapun termsuk oleh rector.

Sementara itu, Sutarno yang merupakan salah satu dari tiga calon rektor terpilih menolak untuk diwawancarai terkait pemilihan rektor secara umum dan juga kesepakatan memenangkan Jamal Wiwoho melalui musyawarah.

 

Off the Record

Widodo mengaku bahwa hal ini tidak mudah, karena membutuhkan kerelaan, kedewasaan, dan kepentingan yang lebih besar. Ia juga pada awalnya memiliki semanagat yang menggebu-gebu untuk mencalonkan diri di kemilihan rektor tersebut. Tapi paling tidak menurutnya, ia ingin menunjukkan pada senat, masyarakat, PTN di Indonesia dan memberikan keteladanan, bahwa menyatukan tiga calon rektor di mana dua mau mengalah itu tidak sederhana. Karena hikmahnya adalah jabatan itu hanya sesaat, setelah jabtan selesai, pasti akan kecewa.

Di pungkasan wawancara, Prof. Widodo mengatakan jika ia akan membuat buku tentang proses pemilihan secara musyawarah ini.

“Mungkin buku itu akan saya terbitkan dalam rentang waktu yang agak lama, karena kalo diceritakan nanti ada yang engga nyaman. Tetapi itu akan menjadi bukti bahwa ide musyawarah mufakat bukan ide siapapun, ini adalah ide dari tiga orang. Itu indahnya musyawarah di UNS, tida dipengaruhi oleh kekuasaan. Senat tidak mempengaruhi, dekan tidak mempengaruhi.” Pungkanya.[]

 

Reporter: Hesty Safitri, Kartika Sofiyanti

 

Edisi Khusus IV/November/2019

Jamal Wiwoho Bagaimana?

 

Editorial: Yang Tumbuh Patah Yang Berganti, Bagaimana?

Laporan 1: Rektor Baru, Seribu Asa Baru

Laporan 2: Ada Apa Dengan SPI?

Laporan 3: Widodo Muktiyo: Kami Tidak Mau Diintervensi

Riset: Persepsi Mahasiswa UNS Terhadap Rektor UNS 2019-2023