Foto: Nimas Ayu Rutri Arni/ LPM Kentingan

Tujuh Hal Warnai Rapor Merah Rektor UNS Jamal Wiwoho

Sabtu (11/3/2023) pukul 09.30 WIB seruan aksi mimbar bebas mahasiswa digelar di Boulevard UNS, 47 tahun terhitungnya UNS telah berdiri memberikan kontribusi pendidikan dalam berbagai bidang yang berkembang seiring waktu kepada Indonesia. Sebagai institusi pendidikan, universitas tidak hanya bertugas untuk memberikan ilmu kepada mahasiswanya, melainkan juga ajaran moral sebagai landasan bertindak dan berpikir sehingga nantinya akan melahirkan seorang akademisi yang humanis. 

 

Sebagai universitas yang dikenal memiliki program pendidikan keguruan yang mumpuni, UNS bertransformasi menjadi PTN-BH yang menjadi suatu lompatan pencapaian bagi UNS sehingga bisa menumbuhkan indeks berpikir bagi civitas akademika di dalamnya. Namun disamping itu juga menjadi tantangan ketika hal tersebut berkaitan dengan pertumbuhan kebutuhan bagi universitas tersebut untuk mencapai standar fasilitas PTN-BH yang seharusnya bisa menjadi role model bagi universitas lain di domisili setempat. Berbagai usaha UNS terus lakukan perbaikan dan pertumbuhan kualitas universitas. Dan hal tersebut juga berdampak pada kenaikan kebutuhan dana universitas yang sumbernya melalui banyak hal. Jika universitas hanya mengandalkan sumbangan dana dari pemerintah, hal itu tidak akan menutupi kebutuhan akademik yang diajukan. 

 

Pada Dies Natalis ke-47 ini, UNS mengusung tema, “Akselerasi Sumber Daya Kreatif dan Inovatif dalam Menghadapi Krisis Global melalui Kebersamaan Menuju Indonesia Emas.” Dalam harapannya yang disampaikan dalam amanat, Prof Jamal selaku Rektor UNS memberikan tujuan baru pada umur baru UNS ini agar menjadi universitas berkelas dunia. Padahal jika kita tarik ke belakang, berkelas dunia perlu setidaknya memiliki kelas internasional sebagai dasar dan standar persaingan dengan universitas lain di Indonesia. Dan hal tersebut menjadi tolak ukur, apakah UNS sudah pantas menjadi universitas kelas dunia? Bagaimana standar universitas kelas dunia? Fasilitas merata atau terpenuhinya kebutuhan seluruh mahasiswa? Dan UNS bahkan belum memenuhi hal-hal tersebut. Dalam 47 tahun keberjalanan UNS, dan 4 tahun kepemimpinan Prof Jamal sebagai rektor, ternyata meninggalkan rapor merah bagi UNS sendiri. Setidaknya ada tujuh poin yang digaris bawahi oleh mahasiswa dalam aksi pagi ini sebagai penyampaian rapor merah bagi Prof Jamal: 

  1. Adanya transparansi mengenai penggolongan UKT dan SPI
  2. Publikasi RKAT 
  3. Memasukkan biaya almamater ke dalam pembayaran UKT
  4. Melakukan pemerataan sarana dan prasarana fasilitas dan kemudahan pelayanan birokrasi
  5. Melakukan sinkronisasi kebijakan MBKM antar program studi fakultas dan universitas 
  6. Memberikan SOP mengenai penggunaan fasilitas universitas yang seharusnya bisa dipakai oleh mahasiswa
  7. Merevitalisasi kebijakan SPI 0 rupiah yang dianggap sebagai komersialisasi pendidikan dan menjadi alasan tidak meratanya pendidikan 

 

Sebelum mencapai kesimpulan tersebut, mahasiswa melakukan aksi aspirasi untuk UNS mengenai hal-hal baru yang diterapkan di era pemerintahan Prof Jamal. Pada kegiatan aksi tersebut, orasi diawali dengan kekecewaan ekspektasi mahasiswa terhadap universitas di bawah masa kerja Prof Jamal Wiwoho. Terutama bagi mahasiswa kampus cabang terhadap fasilitas yang diberikan. “AC mati, proyektor mati, kursi-kursi sudah banyak yang rusak merupakan hal yang lumrah bagi mahasiswa kampus cabang. Hal tersebut merupakan hal yang tidak pantas bagi sebuah universitas negeri. UNS bisa membangun tower uns yang begitu megahnya tapi bagaimana dengan nasib kampus cabang? Dengan ruang praktikum yang sudah tidak layak. Lantas siapa lagi yang bertanggung jawab jika bukan rektor uns,” seruan mahasiswa pendidikan teknik mesin. Tidak hanya itu perihal besaran UKT yang dibayar setiap semesternya seharusnya mahasiswa berhak mendapatkan fasilitas yang layak guna menunjang pembelajaran. Seruan dilanjutkan dengan pertanyaan, Pantaskah dengan permasalah  tersebut UNS disebut sebagai kampus berstandar internasional? Orasi mimbar bebas dilanjutkan oleh Amalia dari FISIP yang menyuarakan rapor merah. “Tahun-tahun telah berlalu tapi hak kita sebagai mahasiswa belum terpenuhi secara maksimal. Hal yang diserukan yaitu transparansi SPI dan UKT.” mahasiswa lain juga menyerukan ketika UNS bertransformasi menjadi PTN-BH, “Harga pendidikan semakin mahal, ruang-ruang seminar, aula fakultas, auditorium dikomersialkan, semuanya berbayar.” Mereka mengatakan bahwasanya kegiatan kegiatan mahasiswa akan terpenuhi tetapi yang terjadi dana kegiatan  kemahasiswaan sampai saat ini belum cair.

Farhan, selaku humas dari kegiatan aksi tersebut menyampaikan pada wawancara terpisah yang dilakukan. Setelah membahas terutama pada permasalahan ukt, fasilitas yang tidak sebanding, dan juga kenaikan SPI yang tidak transparansi  tetapi tidak ada regulasi yang jelas terutama setelah kembali normal pasca masa COVID-19. Output yang kiranya diharapkan dari universitas, atas aksi yang telah digelar hari ini. “Sesuai dengan poin-poin yang telah disampaikan, tetapi kami lebih mengharapkan tentang transparansi agar mahasiswa semua tahu, SPI dan UKT kita digunakan untuk apa. Selanjutnya tentang harapan kami terutama dalam lingkup terkecil, atas evaluasi apa yang kita berikan bisa didengar dan dibaca sebagai bahan pertimbangan untuk rektor selanjutnya. Yang mana dijelaskan juga bahwasanya rapor merah juga sudah diberikan kepada Prof Yunus tapi disayangkan beliau tidak menerima beralaskan karena beliau bukan rektor. Padahal kami merasa bahwa rektorat merupakan sebuah struktural yang beliau juga termasuk didalamnya. Kita tidak melakukan aksi ini jika poin-poin yang kami sampaikan dapat diterima dengan baik. Harapan kami sendiri untuk UNS, poin yang kita sampaikan bisa menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi baik bagi seluruh struktural kampus agar bisa bersinergi bersama, bukan hanya mahasiswa saja yang butuh universitas, ataupun universitas yang membutuhkan mahasiswa. Tapi kita saling membutuhkan”  

Penulis: Nimas Ayu Rutri Arni dan Salma Fitriya Nur Hanifah

Editor: Wahyu Lusi lestari