“Sama-sama menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret (UNS), tetapi informasi yang didapat tak secepat mahasiswa kampus pusat. Apakah semua kampus cabang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan informasi cepat dan akurat?”
Universitas Sebelas Maret (UNS) lebih dikenal berada di Surakarta, tetapi belum banyak yang tahu kampus ini memiliki cabang yang letaknya berjauhan dari kampus utama Kentingan. Kampus cabang yang dimiliki UNS, yaitu Kampus Ngoresan, Jebres, Mesen, Manahan, Kleco, Pabelan, Madiun, dan Kebumen.
- Kampus Ngoresan ditempati mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) program studi Pendidikan Bahasa Jawa dan Pendidikan Seni Rupa;
- Kampus Jebres ditempati oleh mahasiswa Sekolah Vokasi (SV), tetapi hanya program studi D-3 Usaha Perjalanan Wisata (UPW), D-3 Bahasa Mandarin, D-3 Bahasa Inggris, dan D-3 Desain Komunikasi Visual (DKV) saja;
- Kampus Mesen berisi mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) program studi Desain Komunikasi Visual, Desain Interior, Kriya Tekstil, dan Seni Rupa Murni;
- Kampus Manahan berisi mahasiswa Fakultas Keolahragaan (FKOR) dari programSarjana, Magister, dan Doktor;
- Kampus Kleco berisi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) program studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar;
- Kampus Pabelan diperuntukkan mahasiswa FKIP jurusan pendidikan teknik yang terdiri dari Pendidikan Teknik Bangunan, Pendidikan Teknik Mesin, serta Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer;
- Kampus Madiun untuk mahasiswa dari Sekolah Vokasi (SV) program studi D-3 Teknik Informatika dan D-3 Teknologi Hasil Pertanian; dan
- Kampus Kebumenditempati mahasiswa dari FKIP program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Menjadi mahasiswa kampus cabang bukan hal yang mudah karena berada jauh dari kampus utama. Apalagi bagi mahasiswa yang kampus cabangnya berada di luar Surakarta, Madiun dan Kebumen misalnya. Mahasiswa berekspektasi berkuliah di UNS akan tertuju pada Kampus Kentingan, kampus pusat yang berada di perbatasan Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar ini. Namun, sayang seribu sayang ternyata program studi yang mereka ambil berada di kampus cabang. Kendala yang paling signifikan yang dirasakan mahasiswa adalah fasilitas dan informasi yang tertinggal dari mahasiswa di kampus pusat. Maka dari itu, Tim Riset LPM Kentingan melakukan wawancara terhadap perwakilan mahasiswa dari setiap kampus cabang.
Salah satu mahasiswa kampus Manahan dari prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Putri Kurnia, mengungkapkan bahwa informasi yang didapatkan dari kampus utama seringkali terlambat karena biasanya informasi datang melalui Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), sedangkan FKOR sendiri tidak memiliki BEM tingkat fakultas. “Contoh yang paling dekat terkait keterlambatan informasi yaitu tentang keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT), kita mendapatkan informasi tersebut sebelum H-1 penutupan. Hal tersebut membuat waktu yang dibutuhkan untuk mengurus surat-surat menjadi lebih pendek dan kemudian menjadi kehilangan minat untuk mengajukan keringanan maupun beasiswa,” ujarnya. Putri juga menambahkan bahwa mereka sudah pernah mengajukan kritik atau masukan ke pihak akademik dan syukurnya terjadi perubahan, admin prodi yang bertanggung jawab melakukan pelayanan pendidikan menjadi mudah dihubungi.
Shiva Ayusa seorang mahasiswa PGSD Kampus Kebumen beranggapan sama dengan Putri, sebelum terjadi pandemi dan perkuliahan dilakukan secara luring, informasi yang didapat seringkali terlambat. Nasib sama dialami oleh Bagus Adam Farizi, mahasiswa D-3 Teknik Informatika yang menempati Kampus Madiun. ”Informasi yang terlambat kebanyakan informasi yang berasal dari dosen, seperti informasi tentang bimbingan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).”
Bukan sesuatu yang baru, bahkan sudah terlalu sering mereka mendapatkan informasi terlambat. Maka dari itu, mahasiswa yang menempati kampus wilayah memilih bergerak sendiri. Mereka mengandalkan Organisasi Kemahasiswaan (ORMAWA) seperti BEM, DEMA, dan Himpunan Mahasiswa. Sama halnya dengan yang dikatakan Bekti Nur Hidayah, mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa yang menempati Kampus Ngoresan. Berkat adanya ORMAWA, informasi dari pusat menjadi lebih cepat tersampaikan kepada mahasiswa. Mereka memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan WhatsApp untuk mencari dan menerima informasi terkait akademik, non-akademik, dan beasiswa. Topik Pratama, seorang mahasiswa dari Pendidikan Teknik Mesin yang menempati Kampus Pabelan berharap penyebaran informasi dari kampus pusat dapat diperbaiki dan ditegaskan alur penyampaiannya.
Selain turut andilnya ORMAWA, kegiatan perkuliahan yang berubah menjadi daring sejak pandemi juga sedikit banyak memberikan pengaruh pada proses pembelajaran mahasiswa. Hal ini karena saat perkuliahan dilakukan daring yang terpenting adalah komunikasi dan informasi. Harapannya dengan riset yang dilakukan oleh LPM Kentingan UNS ini dapat membuka mata kita bahwa ada kampus-kampus cabang yang belum mendapatkan hak dan fasilitas sama dengan mereka yang berada di kampus pusat. Bukankah salah satu tujuan kerja dari UNS sendiri “menciptakan wahana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdaya guna dan berhasil guna,” lantas apakah UNS telah memberikan hak itu?
Data : Tim Riset LPM Kentingan
Penulis : Nanda Asyati Eka Puspita
Editor: Rizky Fadilah