Judul : Pulang
Penulis : Leila S. Chudori
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan : I, Desember 2012
Tebal : 464 Halaman
ISBN : 978-979-91-0515-8
“Ayah tak ingin kau menjadi seseorang yang tidak bisa memilih sepertiku….Akibatnya, nasib yang memilihku. Bukan aku yang menentukan nasib.”
Setiap pilihan pasti akan membawa konsekuensinya sendiri. Begitu pula dengan tidak memilih adalah sebuah pilihan yang juga akan membawa konsekuensinya tersendiri, bahkan terkadang lebih buruk. Hal tersebut yang dialami oleh Dimas Suryo. Di tengah panas gejolak politik pada akhir masa pemerintahan orde lama, Dimas terpesona oleh banyak hal, mengelana ke berbagai pikiran tanpa mempunyai keyakinan yang tetap. Dimas yang terbuka dengan segala ideologi sering berdiskusi dengan Hananto, seorang pegiat komunis, dan Amir, mantan simpatisan Masyumi.
Sebuah kejadian yang entah terencana atau tidak menjadikan Dimas seorang pelarian politik. Akhir September 1965, ketika G30S terjadi, Dimas bersama Nugraha dan Risjaf sedang melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Dimas sebenarnya hanya menjadi pengganti dari Hananto yang berhalangan mengikuti kunjungan kerja. Setelah tragedi G30S, terjadi penangkapan kepada seluruh orang yang terafiliasi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), dari anggota partai, anggota organisasi dibawah naungan PKI seperti Lekra, simpatisan, hingga orang yang terafiliasi oleh PKI. Nahas bagi Dimas, kantor berita tempatnya bekerja terafiliasi kuat dengan PKI karena beberapa petingginya merupakan simpatisan komunis. Sejak kejadian itu, Dimas dan teman-temannya menjadi pelarian politik dari satu negeri ke negeri lainnya.
Awal dan Akhir Sebuah Rezim
Pulang karya Leila S. Chudori merupakan novel yang menceritakan bagaimana cara awal dari sebuah rezim dengan sebutan Orde Baru menancapkan kekuasaannya yang kelak kokoh hingga 32 tahun. Melalui surat-surat yang diterima Dimas yang memutuskan untuk ‘singgah’ dan membangun keluarga di Paris, kekejaman orde baru tergambar dengan sangat keji. Mereka menangkap, memenjarakan, membunuh, hingga menyiksa orang yang terduga kuat menjadi bagian dari PKI tanpa proses pengadilan. Tidak sampai di situ, diskriminasi juga dirasakan oleh keluarga yang anggota keluarganya terlibat dengan segala hal yang berbau komunisme.
Tidak ada yang selamanya. Rezim yang menciptakan musuh bersama di awal masa kepemimpinannya akhirnya goyah. Penulis menggambarkan proses bagaimana orde baru mulai goyah hingga tumbang melalui tokoh Lintang Utara, puteri Dimas dari perkawinan Vivienne. Dengan tidak menggunakan nama Suryo sebagai nama keluarga di paspor, Lintang akhirnya mendapat visa ke Indonesia untuk menggarap tugas akhirnya. Di Jakarta, Lintang menyaksikan demonstrasi yang berujung penembakan mahasiswa, kerusuhan massa, hingga penganiayaan terhadap etnis tionghoa akibat masih terdapat sentimen komunis sebagai musuh bersama. Sebelum akhirnya Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
Sesuatu yang diawali dengan darah dan tangis, diakhiri pula oleh darah dan tangis. Novel setebal 464 halaman ini memotret dua peristiwa penting negeri ini yang membawa dampaknya hingga saat ini. Leila S. Chudori berhasil membawa kita memahami apa yang terjadi pada tahun 1965 dan 1998 dengan pembawaan cerita yang tidak membosankan. Penulis melalui risetnya mampu menuliskan cerita fiksi menarik yang berdasarkan kejadian yang nyata. Membaca Pulang karya Leila S. Chudori mengingatkan kita kepada harga yang harus dibayar untuk mendapatkan kebebasan berpendapat pada saat ini.
Hal-hal Lainnya
Tidak, novel ini tidak hanya menceritakan kekejaman orde baru. Terdapat kisah-kisah romansa yang menghidupkan cerita, kisah bagaimana Dimas Suryo meceritakan penyair yang digermarinya kepada anaknya, kisah empat sahabat yang membangun sebuah restoran masakan khas tanah air di tanah pelarian, dan kisah persahabatan antara Bimo dengan Alam.
Membaca Pulang karya Leila S. Chudori, kita dibawa untuk menikmati cerita setiap tokoh-tokoh melalui sudut pandang orang pertama. Bisa dibilang, cerita dalam novel memiliki dua tokoh utama, yaitu Dimas dan Lintang. Namun, cerita yang dituliskan dalam novel tetap enak dibaca. Dimas dan Lintang menjadi tokoh utama di dua sejarah yang berbeda dalam cerita novel. Nama pertama menjadi saksi sejarah di tahun 1965 dan nama kedua saksi sejarah Mei ’98. Secara keseluruhan, novel ini tidak akan membuat para pembacanya bosan.
Terakhir. jika tidak setuju dengan tulisan ini, kamu boleh mendebat tulisan ini dengan syarat: pastikan kamu sudah membaca novel Pulang karya Leila S. Chudori.
Penulis : Bagaskoro
Editor: Sabila Soraya Dewi