Jumat, (2/12) Pentas Produksi 2022 yang digarap oleh Ormawa BKKT UNS kembali digelar di Pendhapa Taman Budaya Jawa Tengah. Ormawa BKKT UNS merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Sebelas Maret sebagai wadah bagi mahasiswa yang tertarik di bidang kesenian daerah. Gelaran atraksi seni drama dan tari ini dikemas menjadi satu dengan bahasa pengantar bahasa Jawa. Tak luput iringan ricikan gamelan khas jawa turut membalut sajian hangat malam itu. Event kesenian tahunan terbesar ini selalu membawa cerita dan lakon yg berbeda tiap tahunnya dengan mengikuti dinamika kesenian di Surakarta.
Kali ini Pentas Produksi yang digarap oleh ormawa BKKT UNS membawakan tema “Pertemanan dan Persaudaraan” dengan judul yang cukup ciamik, yaitu The Last Man ”Sisa-Sisa” dengan naskah yang digarap oleh Benedictus Billy Aldi K dan Lucky Gusta Yoga P sebagai sutradara berhasil membawakan cerita berlatar belakang Aswatama ngladak dan lahirnya Parikesit yang dikemas menjadi 8 babak di mana masing-masing babak memiliki adegannya sendiri. Konsep dan gambar yang dibuat dengan sinematik tradisional modern mampu menghidupkan kita semua dan para manusia dalam sebuah seni.
The Last Man “Sisa-Sisa” menampilkan Aswatama dan Kartamarma sebagai tokoh utama yang sebelum adanya perang baratayudha mereka dikenal sangat dekat dan tidak bisa dipisahkan. Namun, setelah perang berakhir mereka memiliki motivasi yang berbeda dalam menghadapi proses ke depannya. Pentas ini dikemas bersama dengan tokoh yang membersamainya seperti Banowati, Janaka, Kresna, Drestajumna, Srikandi, Kunti, Utari, Sembadra, dan Punokawan sebagai selingan cerita mereka.
Babak pertama diawali saat Kartamarma sedang sendiri dan didekati oleh Aswatama. Aswatama menghasut Kartamarma bahwa yang menjadi penyebab kekalahan Kurawa pada perang baratayudha adalah Banowati, “Banowati, nadyan warandane sinuwun Prabu Duryudana nanging sejatosipun patrape kaya wong sudra sempali. Kere mencukile mbalelungan, lorosaudon telusaurupan. Kaya wanita pelanyahan,” ucap Aswatama pada Kartamarma.
Kartamarma yang tak paham dengan maksud Aswatama pun bertanya, “Wanita pelanyahan?” dan dijababnya “Sarah raga kanggo mareming tresna tumindak sedheng kalawan Janaka ngringkihke para kurawa,” sambung Aswatama. Kartamarma merasa geram dan berteriak dengan lantang, “Bangsat Banowati!”
Adegan beralih menuju Banowati yang sedang sendiri lalu dihampiri oleh Kartamarma, sampai pada Banowati, Kartamarma pun mengatakan, bahwa cinta Banowati kepada Duryudana tidak tulus sebab Banowati mencintai Janaka.
“Wanita ra tata!” gertak Kartamarma kepada Banowati dilanjutkan dengan ucapan kasar “Sak patine Lesmana Mandrakumara, luhmu babar pisan ora netes saka netramu. Nanging sakwise abimanyu mati ,dina dina kowe among tansah netesake luh nganti gawe banjire taman kadhilengleng. Sak randhuning badanmu kebak wisa mandi tumrap kurawa, kowe dadi mata pitayaning Pandawa ngringkehke kadhang kadhangku dewe.” ucap Kartamarma Banowati yang mendengar perkataan keji dari mulut Kartamarma pun tidak terima dan terjadilah pertengkaran antara keduanya. Kartamarma akhirnya menculik dan memerkosa Banowati samapi akhirnya Banowati menghampiri Janaka memberi pesan dan mati.
Cerita bersambung dengan perang antara Kartamarma dan Drestajumna dan dilanjut dengan memburu keluarga pandawa, yaitu Srikandi. Janaka yang mengerti maksud dari pesan terakhir Banowati dan diberi nasihat oleh Kresna pun mempersiapkan diri. Akhir cerita Aswatama dan Kartamarma berseteru karna saling memanfaatkan dan dimanfaatkan akhirnya mati dengan saling membunuh. Namun, Aswatama tidak mati ditangan Kartamarma melainkan ditangan Janaka yang datang dengan panahnya.
Pentas produksi yang diperankan oleh anggota BKKT baik yang sudah lulus maupun yang masih aktif ini didonimasi oleh Angkatan 2020, 2021, dan 2022 mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari sekitar 400-an penonton yang hadir. Pemilihan peran yang dilalukan melalui seleksi dan audiensi dan latihan yang intensif selama kurang lebih dua bulan mampu menghadirkan para pemain yang proporsional dan menyuguhkan cerita yang ciamik.
Pimpinan Produksi, Hartanto Nugraha, berharap dengan diadakannya Pentas Produksi The Last Man “Sisa-Sisa” mampu memproduksi sebuah pementasan baik skala kecil maupun skala besar yang makin professional. Selain itu, Hartanto juga berharap “Pentas Produksi ini bisa menjadi langkah, pijakan untuk teman-teman bisa memahami dunia pementasan dan acuan untuk generasi ke depannya dalam pementasan yang benar-benar memperhatikan detail professionalitas pementasan kerja” pungkasnya.
Penulis: Khalila Albar Hanafi dan Puspita Triwijayanti
Editor: Rizky Fadilah