gambar diambil dari: freepik.com

Surat Terbuka untuk Mahasiswa Baru UNS 2018

  • Oleh: Arief Noer Prayogi

 

 

/1/

 

Ketika saya mengetik tulisan ini, saya menyadari bahwa kalian mungkin tidak mengenal saya, tak mengapa.

 

Selain memang saya tidak terkenal dengan dibuktikan belum 1knya followers IG saya, ya memang hal itu tidak penting-penting amat. Tidak membantu kehidupan kalian di UNS. Bisa membayar biaya kos kalian saja tidak.

 

Tapi saya merasa memiliki empat hal yang membuat saya harus menulis surat ini.

 

Yang pertama adalah sepinya tulisan yang terbit di laman saluransebelas belakangan ini. Saya tidak tahu apa penyebabnya sehingga Lembaga Pers Mahasiswa tingkat Universitas sampai tidak produktif menghasilkan tulisan. Tapi dengan tidak produktifnya LPM Kentingan, saya senang, membuat saya lebih percaya diri bahwa tulisan ini akan lebih mudah dimuat. Semoga.

 

Yang kedua adalah sudah terbitnya pengumuman penerimaan mahasiswa baru (maba) jalur mandiri. Tandanya lengkap sudah mahasiswa baru yang akan singgah di UNS.

 

Yang ketiga adalah, saya ingin meminta maaf. Alasan ini akan saya jelaskan lebih lanjut di bawah. Jadi pastikan kalian untuk membacanya sampai habis.

 

Yang keempat. Saya rasa dengan hadirnya maba di UNS, hal itu harus disambut dengan meriah oleh para senior—ya, saya memilih kata senior ketimbang kakak tingkat (kating).

 

Masa Asian Games saja yang diusahakan untuk meriah? Bahkan, dipromosikan hingga di dalam kampus.

 

Kalian sebagai donatur kampus juga harus disambut dengan meriah dong. Ingat salah satu prinsip UNS, customer statisfaction. Jadi, kalian harus puas.

 

/2/

 

Kali ini izinkan saya mengucapkan selamat datang di kampus yang biasa-biasa saja. Sebuah tempat dengan berisi beton, pohon, sedikit danau, dan pria serta wanita yang mungkin akan menjadi jodoh kalian kelak.

 

Kenapa kampus ini biasa saja? Ya karena tidak ada yang berbeda dari kampus kita jika dibandingkan dengan kampus lain.

 

Dosennya tentu ada yang bagus, yang bisa membuat birahi kita dalam mencari ilmu terus muncul, tapi ada juga lho dosen yang ilang-ilangan.

 

Soal ruang kelas ada yang seperti kos-kosan harga 12jt setahun. Tapi juga ada yang sumpek, mirip-mirip kosan mahasiswa miskin.

 

Dan yang paling biasa dalam dunia kampus adalah biaya kuliah yang semakin mahal.

 

Apapun alasannya. Mau diizinkan negara lewat UU Dikti kek, peningkatan mutu kek atau karena inflasi.

 

Kampus kita sebenarnya memiliki pilihan untuk menaikan, membuat sama seperti tahun lalu, atau bahkan menurunkan UKT. Namun justru pilihan pertama yang diambil.

 

Memang ada beberapa golongan UKT yang turun, tapi kalau dibandingkan dengan adanya tiga golongan biaya kuliah jalur mandiri apakah setimpal?

 

Naiknya UKT mungkin menjadi penyebab keungan kampus kita akan aman, fasilitas yang meningkat, hingga membiayai kalian untuk lomba hingga luar negeri kelak.

 

Tapi di lain pihak, perlu diingat, ada mahasiswa yang berguguran karena tidak sanggup untuk membayar uang kuliahnya. Baru melihat tagihannya saja sudah membuat jerawat baru di muka mereka. Pusing.

 

Oke ada bidikmisi, tapi kita tidak bisa memungkiri kalau ada mahasiswa-mahasiswa maruk—yang sebenarnya mampu untuk bayar UKT. Tapi lebih memilih menjadi penipu.

 

Ya, semoga kalimat saya di atas hanya omong kosong dan tidak benar. Yang ternyata, sebenarnya, tanpa sepengetahuan kita semua, UKT di UNS turun secara drastis, hingga tidak perlu bidikmisi untuk kuliah di sini. Jadi kalimat saya barusan hanya suudzon saja. Aamiin.

 

Tapi kalau saya benar. Karena UKT yang semakin mahal itu, saya sebagai senior kalian  meminta maaf karena tidak bisa mengadvokasi kalian dengan cukup baik.

 

Tidak bisa memaksa kampus hingga negara untuk menciptakan pendidikan tinggi yang ramah di kantong. Sehingga orang tua kalian tidak perlu menjual ternak, menjual sawah, menjual emas, meminjam uang ke saudara, bahkan harus mendekati riba.

 

Sekali lagi saya mohon maaf.

 

 /3/

 

Oiya dik.

 

Nanti tho, di UNS akan banyak senior-senior seperti saya.

 

Senior yang hobinya tebar pesona di depan kalian. Senior yang sok kuasa atas dunia ini, sok paling idealis, sok paling tahu akan hidup kalian. Pokoknya banyak soknya deh.

 

Padahal dibalik itu semua, ketika membuat tugas, ya mereka menggunakan jurus kebut semalam, sumber mereka di daftar pustaka paling comot dari google dan yang terpenting, wacana mereka akan keadaan di masyarakat hanya itu-itu saja, tapi niatnya ingin menjayakan Indonesia.

 

Tapi tenang saja kok, dik.

 

Mahasiswa macam saya dan teman-teman yang lain begini biasanya ya, awalnya saja membaca buku-buku dari spektrum kanan mentok hingga kiri pol, lalu sering teriak hidup mahasiswa, tapi ujung-ujungnya akan gugur termakan susahnya mencari kerja.

 

Bisa juga karena memiliki hasrat menjadi pejabat, kita-kita ini harus menjilat kepada senior-senior di organisasi kami masing-masing. Itung-itung nyari proyekan gitu.

 

Tapi tenang saja kok, dik.

 

Berorganisasi tidak apa-apa. Baik yang internal maupun eksternal, atau yang internal dengan cita rasa eksternal. Gapapa. Biasa saja.

 

Toh hal itu sudah lumrah sejak dahulu. Tidak perlu takut untuk didoktrin dan dicap radikal. Tidak perlu takut ketika organisasi itu dianggap sayap partai politik. Itu sudah lumrah sejak dahulu.

 

Yang menjadi pertanyaan adalah, kalian datang ke organisasi itu dengan kepala kosong, setengah kosong , atau banyak isinya?

 

Lalu, untuk apa kalian datang ke organisasi itu? Untuk mengadvokasi teman kalian sesama mahasiswa? Mengadvokasi masyarakat yang digusur padahal memiliki sertifikat tanah? Mengadvokasi petani? Atau untuk berdakwah dengan dalil-dalil dari masing-masing agama kalian?

 

Atau jangan-jangan, niatnya hanya cari muka di depan senior agar mulus mendapat jabatan?

 

/4/

 

Rasakan semua pengalaman di kampus nanti, dik. Kalau males organisasi juga tidak apa-apa. Kalau hanya numpang nyari ijazah juga tidak apa-apa.

 

Tapi sepertinya hal tersebut cukup mustahil bagi angkatan kalian. Karena kalian dipaksa kampus lewat Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). Ya, kan? Jadi saya menduga kalian akan mencari-cari organisasi/ukm apa yang bisa kalian masuki. Rasakan.

 

Walau tidak enak, sebaiknya jalani saja. Nanti juga tiba-tiba kalian lulus. Atau kalau mau SBMPTN lagi tahun depan juga tidak apa-apa.

 

Karena memang kampus kita biasa-biasa saja.

 

Yang membuat spesial adalah orang-orang di dalamnya.

 

 

                                                                                                            Arief Noer Prayogi

 

 

                                                                                                            Ilmu Komunikasi 2015

 

                                                                                                            Pernah SBMPTN dua kali.