Sepakbola adalah olahraga paling populer dan paling diminati di dunia termasuk di Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa masyarakat Indonesia sangat fanatik dengan olahraga satu ini, mulai dari anak anak sampai orang dewasa.Dari hal tersebut dapat kita lihat kecintaan masyarakat Indonesia akan timnasnya.
Ditambah lagi dengan prestasi Timnas Indonesia saat ini yang gemilang membuat gairah fanatisme masyarakat makin menjadi jadi. Tiket menonton timnas bahkan sudah ludes dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini membuat para fans timnas yang tidak kebagian tiket menggelar nonton bareng (nobar) di tempat masing-masing.
Prestasi timnas yang begitu mentereng ini tentu saja membawa angin segar bagi persepakbolaan di tanah air. Shin Tae-yong yang menjabat sebagai pelatih timnas dinilai sebagai sosok penting dalam kemajuan timnas sekarang. Masyarakat pun mempercayai bahwa timnas akan lebih sukses dan berjaya jika Shin Tae-yong melatih timnas indonesia lebih lama lagi.
Dari sinilah era baru Timnas Indonesia dimulai setelah sebelumnya sempat terpuruk. STY dan PSSI yang saat itu dipimpin oleh mantan presiden Inter Milan, yaitu Erick Thohir bekerja sama memperbaiki satu persatu permasalahan di tubuh timnas. Yang paling kontroversial adalah ketika STY memangkas satu generasi timnas sehingga pada lanjutan kualifikasi piala dunia hanya menurunkan komposisi tim muda saja. Tentu ini menjadi perjudian besar, tapi STY dan PSSI tahu ini demi kelancaran regenerasi timnas.
Benar saja, timnas muda pada saat itu sudah menunjukan kematangannya ditambah lagi dengan pemain keturunan yang bergabung membuat PSSI mulai memberi beberapa target yang harus dicapai oleh timnas. Lolos ke 16 besar Piala Asia, semifinal Piala Asia U-23, bahkan lolos ke ronde ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 dicapai timnas kala itu. Bahkan, peringkat FIFA Indonesia melesat di posisi 134 dari yang sebelumnya 173.
Perpanjangan Kontrak STY
PSSI dengan berbagai pertimbangan akhirnya memperpanjang kerja sama dengan pelatih asal Korea Selatan tersebut sampai tahun 2027. Hal ini membuat masyarakat Indonesia semakin optimis timnas melangkah lebih jauh lagi. Benar saja, STY membuktikan ekspektasi masyarakat Indonesia dengan membawa timnas berada di peringkat 3 dangan koleksi 6 poin dari 6 pertandingan di kualifikasi Piala Dunia 2026 dan mengungguli negara-negara besar seperti Arab Saudi dan Bahrain.
Walaupun timnas sempat terseok-seok di Piala AFF dan gagal lolos ke semifinal, tapi masyarakat indonesia tidak terlalu mempermasalahkan. Hal tersebut karena komposisi tim STY benar-benar menggunakan pemain muda yang minim jam terbang dan hanya dianggap sebagai proses regenerasi.
Putus Kontrak Di Tengah Jalan
Publik Indonesia dihebohkan dengan pernyataan PSSI saat konferensi pers pada hari Senin, (6/1/2025) yang memutus kontrak STY. Hal ini menimbulkan pertanyaan alasan di balik pemecatan STY. PSSI mengatakan alasan masalah komunikasi, strategi, dan kepemimpinan di timnas. Seperti yang kita tahu, STY diketahui tidak mau belajar bahasa Inggris. Hal ini tentunya menghambat komunikasi dengan pemain mengingat mayoritas pemain adalah penutur bahasa Inggris.
Pemutusan kontrak ini juga menuai banyak pro dan kontra, pemecatan STY ini dinilai terlalu terburu-buru. Mengingat, perjalanan timnas di kualifikasi Piala Dunia 2026 dan persiapan menuju piala asia 2027 masih di tengah jalan. Jadi, apakah mengganti pelatih adalah solusi yang tepat?
Berkaca dari timnas Arab Saudi yang mengganti pelatih di tengah jalan, pada akhirnya malah menjadikan performa tim menurun. Namun, tak sedikit pula yang sukses ketika mengganti pelatih di tengah jalan seperti timnas Maroko yang secara mengejutkan mampu melaju ke babak semifinal Piala Dunia tahun 2022.
Penerapan Taktik Yang Monoton
Diketahui, PSSI sudah ingin memecat STY sebelum laga melawan China pada kualifikasi Piala Dunia tetapi ditunda karena waktu yang mepet. Seperti yang kita tahu, Timnas Indonesia gagal mengalahkan China yang dianggap sebagai lawan termudah timnas. STY dianggap bereksperimen di laga sepenting kualifikasi Piala Dunia ini.
Dengan komposisi yang mewah dengan diisi oleh pemain keturunan yang berlaga di liga top dunia seperti Mees Hilgers, Jay Idzes, dan Kevin Diks seharusnya STY bisa menyuguhkan permainan yang atraktif dan menghibur. Namun, seringkali timnas kita malah bermain bertahan dengan menumpuk pemain di belakang.
Taktik STY ini juga sering dikritik oleh beberapa pengamat sepakbola. Pemain keturunan yang mayoritas berliga dan berasal dari Belanda yang terkenal dengan permainan Total Football atau permainan agresif justru dibuat Parkir Bus atau bertahan.
Menggores Luka Lama Timnas
Sebelumnya, Timnas Indonesia juga pernah memecat pelatih timnas di tengah jalan seperti legenda Real Madrid, yaitu Luis Milla. Pelatih yang pernah menahkodai Barcelona B ini memiliki visi jangka panjang untuk membangun timnas dari bawah.
Namun, Luis Milla malah tidak diperpanjang kontraknya sebelum menyelesaikan visinya. Alhasil, pemain timnas yang sudah nyaman dengan taktik coach Luis harus memulai dari awal lagi untuk memahami pelatih baru. Tentu ini sangat mempengaruhi performa timnas kala itu, bahkan menurun drastis di tangan pelatih baru.
Seperti yang kita tahu, Timnas Indonesia pernah mengalami masa kelam setelah kepergian Luis Milla yaitu pada musim 2018-2019. Saat itu, timnas menjadi juru kunci dengan hanya meraih satu poin dari delapan laga dalam kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022. Padahal, saat itu Timnas Indonesia berada satu grup dengan 3 tim Asean lainya, yaitu Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Alhasil peringkat FIFA Indonesia saat itu merosot jauh di posisi 173 dunia.
Kontroversi Pelatih Baru Timnas
Setelah pemecatan STY tentu saja yang menjadi pertanyaan di benak penggemar sepakbola Indonesia adalah siapa pelatih selanjutnya. PSSI berencana mengumumkan pelatih baru pada tanggal 12 Januari 2025, tetapi seorang jurnalis sepakbola asal Italia, Fabrizio Romano membocorkan pelatih anyar timnas ke media. Dia menyebut bahwa timnas akan dinahkodai oleh Patrick Kluivert yang berasal dari Belanda.
Kluivert adalah pemain legenda Timnas Belanda dan bahkan dia pernah sukses di klub besar dunia seperti Ajax Amsterdam, AC Milan, dan raksasa Spanyol, Barcelona. Namun, berbanding terbalik dengan karir kepelatihannya di mana dia belum sama sekali meraih trofi selama menjadi pelatih. Bahkan, selama menjadi pelatih dia pernah tersandung kasus judi.
Hal ini lah yang menjadi kekhawatiran bagi masyarakat Indonesia mengingat track record pelatih baru timnas yang tidak begitu baik. Menurut PSSI alasan dibalik terpilihnya Kluivert adalah kesamaan budaya dan komunikasi yang baik mengingat banyak pemain timnas yang berlatar belakang Belanda.
Kluivert tidak datang sendiri. Dia akan ditemani dua asistennya, yaitu Alex Pastoor dan Denny Landzaat yang keduanya adalah orang Belanda juga. Ini sedikit memberi angin segar bagi penggemar timnas pasalnya kedua asisten yang dibawa Kluivert memiliki pengalaman kepelatihan yang bagus. Alex Pastoor pernah menbawa Sparta Rotterdam menjuarai Eerste Divisie 2015-2016 (kompetisi kasta kedua Belanda) dan yang terakhir membawa Almere City promosi ke liga tertinggi Belanda. Sedangkan Denny Landzaat pernah mempunyai pengalaman di sepakbola Asia yaitu pernah menjadi staf kepelatihan dari Al-Ittihad dari Arab Saudi.
Walaupun Kluivert mengatakan optimis lolos ke Piala Dunia, tapi tetap pemecatan STY tentu menjadi perjudian besar PSSI. Mengingat, dua bulan lagi Timnas Indonesia akan menghadapi Timnas Australia dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia. Masih terlalu dini untuk menilai pelatih selanjutnya akan lebih buruk dari STY. Akan tetapi hal ini akan menjadi beban bagi pelatih selanjutnya karena pelatih baru mesti mengintegrasikan taktiknya di timnas, membangun kemistri yang jelas butuh waktu yang tidak singkat hingga menyeleksi pemain lagi. Dan yang terpenting apakah pelatih baru akan cocok dengan pemain keturunan, kalau tidak cocok gimana?
Penulis: Veri Nugroho
Editor: Rohmah Tri Nosita