Dari kiri, Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut dua, Putra Ardi Ightiarudin, Calon Presiden (Capres) nomor urut dua, Govinda Pramudya Tama, Capres nomor urut satu, Wildan Wahyu Nugroho, dan Cawapresnya, Mohamad Iqbal, dalam Debat Capres-Cawapres Pemilu UNS 2016 di tempat parkir masjid Nurul Huda UNS, Jumat (4/11) lalu. (Foto: Anugerah Ayu/LPM Kentingan)

Semoga Tetap Berbuku

Oleh: Shinta Oktaviana

 

MANTAN PRESIDEN BEM UNS 2008, Krisna Dwipayana bertanya kepada para Calon Presiden-Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres) BEM dalam debat yang digelar Jumat (4/11) lalu. “Buku apa yang kalian baca terakhir minggu ini?”

 

Kedua Capres-Cawapres lantas menjawab. Capres nomor urut dua, Govinda Pramudya Tama mengaku membaca buku di luar kuliah yang masih berkaitan dengan agama. Buku NU dan Media serta PMII dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan menjadi dua buku terakhir yang dibaca Govinda. Sedangkan Cawapres, Putra Ardi Ightiarudin membaca buku yang berkaitan dengan teori Thibbun Nabawi yang ia dalami.

 

“Seharusnya seorang Calon Presiden dan Wakil Presiden lebih banyak membaca, minimal tiga buku dalam seminggu,” kata Krisna Dwipayana yang bertindak selaku panelis.

 

Rabu (2/11) sebelumnya, saluransebelas.com berhasil menemui Putra. Di bidang akademis, ia mengaku pernah mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) di Universitas Negeri Semarang (Unnes). Karya tulisnya lolos sampai semifinal.

 

“Kebanyakan prestasi saya bukan bidang akademis. Bagi saya akademis harus imbang sama non akademis. Kalau masalah IPK [Indeks Prestasi Kumulatif] jangan sampai di bawah B. Minimal B,” ujar mahasiswa semester lima ini. Ia pun masih berharap mendapat predikat cumlaude. “Lagi terpacu untuk cumlaude, untuk sekarang IPK saya 3,22. Masih ada waktu untuk kejar cumlaude.”

 

Sementara sang Capres, Govinda, tidak memiliki target berapa buku yang harus ia baca. “Intinya menambah literasi,” kata Govinda. Alasannya, kini akses bacaan lewat ponsel lebih mudah diakses.

 

Bagaimana IPK-nya? “Untuk sekarang, lumayanlah masih cumlaude, yaitu 3,51. Sudah di atas rata-rata untuk jurusan fisika murni,” kata Govinda.

 

Senada dengan Govinda, Cawapres nomor urut satu, Mohamad Iqbal mengaku hobi membaca dan tertarik dengan buku-buku tentang agama. Buku yang terakhir ia baca adalah Riyadush Sholihin karya Imam Nawawi dan buku How To Win Friends and Influence the People dari Dale Carnegie. Tidak ada target khusus harus untuk membaca buku per minggu, tetapi mahasiswa jurusan Pendidikan Ekonomi ini menyempatkan diri membaca pada pagi hari. “Kalau ke perpustakaan itu enggak pasti waktunya. Soal pinjam buku akademik sering seminggu sekali, atau kadang juga nitip teman,” ujarnya.

 

Iqbal sendiri menjadikan kuliah sebagai prioritas utamanya. Yang kedua, organisasi. IPK-nya, “sekarang tiga ke ataslah. Lebih tepatnya 3,2 setengah,” kata Cawapres yang ingin berkarir di bidang bisnis usai lulus ini.

 

Lain halnya dengan Wildan Wahyu Nugroho. Di tengah kesibukannya, saluransebelas.com berhasil mewawancarainya melalui Line. Ia menargetkan dua buku untuk dibaca dalam seminggu. “Suka baca buku tentang sejarah. Suka buku Untuk Negeriku yang merupakan kisah nyata dari Mohammad Hatta,” ungkap Wildan. Dari buku itu ia bisa membaca pola pikiran Hatta.

 

“Untuk ke perpustakaan saya enggak pernah. Cuma sering tukeran buku sama teman-teman saya,” kata mahasiswa Agribisnis tersebut. Kalau ihwal IPK, “3,2 an kayaknya.” Katanya, ia juga pernah menulis di selasar.com.

 

Semoga mereka (dan mahasiswa lainnya) tetap berbuku. Selain buku tabungan dan buku nikah tentunya.[]

 

(Erata: Pada tulisan yang pertama diterbitkan pada 7 November 2016 pukul 22.34 WIB, pada bagian Cawapres nomor urut satu, Mohamad Iqbal, tertulis “IPK-nya, “sekarang dua ke ataslah. Lebih tepatnya 2,25.” Yang benar adalah “IPK-nya, “sekarang dua ke ataslah. Lebih tepatnya 3,2 setengah.” Sedangkan pada bagian Capres nomor urut satu, Wildan Wahyu Nugroho, tertulis “Kalau ihwal IPK, “sekarang dua lebih sekian. Untuk tepatnya saya lupa.” Yang benar adalah “Kalau ihwal IPK, “3,2 an kayaknya.” Kami mohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahan ini. Dengan demikian, tulisan telah kami perbaiki.)