LPM Kentingan/Diaz Nur Afifah

Semarak Budaya Indonesia 2024: Menyelami Kekayaan Ragam Tari Indonesia

5

Semarak Budaya Indonesia (SBI) yang ke-11 kembali diselenggarakan pada tahun 2024 di lapangan Balaikota Surakarta dengan mengusung tema “Gelar Imaji Nusantara”. Semarak Budaya Indonesia adalah festival budaya bertaraf nasional yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Indonesia, salah satunya melalui seni tari. Acara tahunan yang digelar selama dua hari berturut-turut ini diadakan pada Jumat (10/5/2024) dan Sabtu (11/5/2024) dari pukul 10.00 WIB – 22.00 WIB.

Tema yang bertajuk “Gelar Imaji Nusantara” ini dipilih untuk menggambarkan Indonesia yang memiliki keindahan dan kekayaan yang beraneka ragam sebagai negara kepulauan (Nusantara). Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Dwi Apri, Humas SBI 2024.

“Gelar Imaji Nusantara ini memiliki arti sebuah kekayaan dan keindahan seni Nusantara untuk ditujukan dan diapresiasi oleh masyarakat dalam panggung terbuka dan megah. Selain itu, kami mengangkat tema ini karena, kan, Indonesia juga dilewati tiga khatulistiwa dengan keindahan budaya yang banyak, jadi kami ingin menampilkan performa dari negara khatulistiwa itu sendiri,” jelas Apri. 

Panitia mempersiapkan segala hal dalam waktu H-1 bulan acara. Persiapan yang bisa dibilang cukup matang itulah yang membuat festival budaya bertaraf nasional ini berjalan dengan baik dan menarik antusiasme masyarakat, seperti yang dijelaskan oleh salah satu panitia SBI 2024.

“Kalau persiapan, sih, kita H-1 bulan, karena tahun ini kita nggak open delegasi. Jadi, kita menghubungi open delegasi yang daftar tahun kemarin, lalu menyeleksi yang layak tampil dan siap untuk tampil di tahun ini siapa aja, gitu,” jelas Apri, Humas SBI 2024 pada Jumat malam.

Apri juga menyampaikan bahwa tidak ada kendala yang berarti selama persiapan Semarak Budaya Indonesia pada tahun 2024 ini, atau dengan kata lain masalah yang datang masih dapat diatasi dengan mudah oleh para panitia SBI 2024 dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Semarak Budaya Indonesia pada tahun ini memiliki perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tidak hanya menyorot kesenian tari sebagai bagian dari Nusantara tetapi juga sebuah kerajinan tangan melalui lokakarya (workshop)  aneka kriya yang diadakan sebanyak 4 kali dalam dua hari. Lokakarya ini tidak hanya ditujukan untuk memperkenalkan kerajinan Nusantara pada masyarakat umum, tetapi juga sebagai pengingat bahwa sebuah kerajinan Nusantara memiliki harga jual. 

  Hal tersebut dapat diketahui dengan lebih jelas melalui penjelasan yang disampaikan oleh salah seorang panitia SBI lainnya yang memiliki tanggung jawab pada lokakarya.

“Tahun ini, dalam rangkaian acara kami menyelenggarakan workshop. Kami ada 4 workshop, pertama melukis cangkir, kedua melukis tote bag, lalu besok ada bidding sama macrame. Jadi, membuat gelang dan gantungan kunci,” ucap Mimi, panitia Workshop SBI 2024, pada Jumat siang.

Selain lokakarya, terdapat pula Pasar Karya Seni untuk memperkenalkan keanekaragaman dari Nusantara ini. Pasar Karya Seni yang memiliki berbagai macam kerajinan tangan, mulai dari pakaian dengan motif batik daun-daun, sepatu dengan motif yang hampir serupa, gelang, kalung, maupun cincin dengan manik-manik berupa batu-batu yang unik, dan aneka kerajinan lainnya yang bisa kita jumpai.

Pagelaran Seni menjadi puncak Semarak Budaya Indonesia (SBI). Pagelaran Seni merupakan ruang ekspresi bagi para seniman untuk menunjukkan sebuah karya yang telah diciptakan. Dalam pagelaran ini, para seniman menampilkan berbagai macam tarian tradisional khas beberapa daerah di Indonesia.

Apri, selaku panitia Humas SBI 2024, menjelaskan rincian peserta ataupun kota-kota yang ikut serta dalam acara Pagelaran Tari ini, yaitu 22 kontingen sanggar tari dari seluruh Indonesia yang berasal dari 12 kota. Masing-masing berasal dari Surakarta, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Pati, Yogyakarta, Pasuruan, Surabaya, Banyuwangi, Jakarta, Riau, serta Kalimantan Tengah.

Pagelaran Tari yang diadakan malam hari ini mengundang antusiasme masyarakat mulai dari kalangan anak muda hingga kelompok orang tua. Para penonton dalam jumlah yang banyak dengan teratur duduk memadati lapangan Balaikota Surakarta. Selain penampilan para penari yang menakjubkan, penonton juga dimanjakan dengan hadirnya berbagai stand makanan di sebelah kiri panggung pementasan. Acara yang diselenggarakan dengan tanpa memungut biaya sepeserpun ini juga menjadi alasan meningkatnya ketertarikan masyarakat untuk menyaksikan puncak pagelaran tersebut. Banyak dari mereka yang awalnya hanya berniat mencari makan dan nongkrong di Balaikota, akhirnya memilih duduk bersila di tengah lapangan sambil menikmati tarian dari berbagai penjuru Nusantara.

  Meskipun acara ini digelar di Surakarta, tetapi penontonnya datang dari berbagai daerah, bukan hanya penduduk lokal. isalnya, Thoriq, seorang mahasiswa di Surabaya, meluangkan waktu untuk menyaksikan Semarak Budaya Indonesia setelah mendapatkan informasi dari temannya. Begitu juga dengan Nesya dari Gorontalo, yang menghabiskan waktu liburnya di Surakarta demi menonton acara ini karena ketertarikannya yang mendalam terhadap seni tari.

Pagelaran Tari yang mengundang banyak atensi masyarakat ini menampilkan acara yang sangat memuaskan dari hari pertama hingga hari kedua dengan menampilkan 11 jenis tarian dari 10 sanggar tari yang berbeda per harinya. Pada hari pertama, acara dibuka dengan penampilan dari Semarak Candrakirana Art Center yang menampilkan tarian berjudul “Geliat Niskala”, lalu dilanjutkan dengan Tari Gemilang dari Sanggar Tari Tydif Studio Surabaya, Sanggar Tari Kirana Budaya – Jakarta, Sanggar Tari Seni Dharma Budaya – Pasuruan, Ariani Ballet School – Solo, tarian dengan judul “Smarabumi” dari Sanggar Tari Loka Art Studio – Yogyakarta, Tari Malaok dari Sanggar Tari Segah Batuah Tewah – Kalimantan Tengah, dan dilanjut oleh Kembang Batavia Lenong Denes –  Jakarta yang membawakan tarian dengan judul “Nyi Pohaci Dewi Sekartaji”, tari hip-hop yang dibawakan oleh Timeless Dance Center – Solo, Sanggar Seni Pradnya x Manakala – Pacitan, dan ditutup oleh tarian dari Sanggar Ruas – Riau.

Dari 12 jenis tarian yang ditampilkan pada acara Semarak Budaya Indonesia 2024 ini, ada beberapa tarian yang sepertinya sangat memukau bagi penonton yang hadir, seperti Tari Smarabumi yang dibawakan oleh Sanggar Tari Loka Art Studio – Yogyakarta. Selain itu, ada pula Tari Malaok, yaitu tarian yang dipentaskan langsung oleh anak-anak Kalimantan Tengah yang terinspirasi dari kebiasaan mencari ikan di Kalimantan Tengah dengan cara tradisional, yaitu Malaok. Para penari  menggunakan properti sauk dan buhu. Mereka bergerak dengan lincah dari satu sisi ke sisi panggung yang lain sambil memegang sauk dan buhu. Tidak hanya itu, melalui video yang diputar di layar, penonton serasa diajak secara langsung mencari ikan seperti yang biasa anak-anak Kalimantan Tengah lakukan.

Yuspita Dewi, penari dan penggarap Tari Malaok mengungkapkan alasan pemilihan Tari Malaok dipentaskan dalam Semarak Budaya Indonesia adalah karena ingin memperlihatkan tradisi yang ada di Kalimantan Tengah, keinginan untuk mengangkat tradisi Malaok dalam sebuah tarian, serta memperkenalkan Tari Malaok kepada masyarakat luas.

Selain tarian, para penari juga ingin memperkenalkan pakaian tradisional Kalimantan Tengah yang dikreasikan dengan berbagai motif dari Kalimantan Tengah. Para penari begitu menawan mengenakan Upak Nyamu dan bermahkota bulu Tingang. 

“Kostum ini dikreasikan, Upak Nyamu terbuat dari kulit nangka yang jenisnya langka. Untuk bordiran dan payet ini juga dikreasikan karena memang di Dayak ada berbagai macam motif. Bulu Tingang ini juga jadi ciri khas daerah kami, tidak semua daerah ada burung Tingang,” jelas Yuspita Dewi.

Kurangnya apresiasi yang diberikan oleh pemerintah maupun masyarakat terhadap kesenian di Indonesia menimbulkan keprihatinan para seniman. Padahal kesenian adalah satu contoh nyata kebudayaan yang harus kita jaga dan lestarikan keberadaannya agar tidak tergerus oleh modernisasi.

“Kesenian kurang diperhatikan. Kesenian di daerah kita, kan, cuma ada di daerah kita sendiri dan ini harusnya menjadi hal yang mahal. Harapannya semoga kesenian yang ada di Indonesia semakin maju dan semakin besar agar bisa terkenal di seluruh penjuru dunia,” imbuh penari asal Kalimantan Tengah itu.

Salah seorang pengunjung dari kalangan anak muda berharap agar kesenian di Indonesia, khususnya tari dapat lebih dikenal oleh masyarakat. 

“Semoga ke depannya lebih banyak orang yang mengetahui kesenian Indonesia. Saya berharap yang bisa digunakan dalam TikTok dan YouTube adalah tarian-tarian tradisional Indonesia bukan hanya gerak tanpa makna seperti itu,” harap Thoriq, mahasiswa asal Surabaya.

Pada hari pertama, pementasan tari ditutup dengan penampilan yang dipersembahkan oleh Sanggar Ruas dari Riau. Berikutnya di hari kedua, secara resmi Semarak Budaya Indonesia 2024 ditutup. Tepuk tangan dan sorakan penonton menggelegar menandakan kepuasan mereka terhadap Pagelaran Seni Tari yang menjadi puncak Semarak Budaya Indonesia. Pada pukul 22.00 WIB, satu per satu penonton yang memenuhi lapangan Balaikota Surakarta mulai meninggalkan lapangan.

Penulis: Annas Rohmanda Purbaningrum & Fhira Urmilah