Selasa (04/04) lalu, Komunitas Stand Up Comedy UNS menggelar acara rutinan yang bertajuk Selasa Jenaka yang kelima di Kopi Bae. Acara ini bertujuan untuk mengenalkan stand up comedy kepada masyarakat, sekaligus memfasilitasi komika mahasiswa untuk open mic dan tes materi yang telah dibuat.
Komunitas yang telah berdiri sejak 2016 silam ini, sempat hiatus karena pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Akibatnya, seluruh kegiatan terpaksa dihentikan, hal ini menggoyahkan eksistensi komunitas ini. Diawali dengan adanya Olimpus, perlombaan tingkat kampus UNS, yang kebetulan terdapat perlombaan stand up comedy, beberapa mahasiswa mencoba mengeksiskan kembali komunitas Stand Up UNS sebagai wadah berkumpulnya komika mahasiswa UNS. Selain karena adanya Olimpus ini, Razi mengatakan bahwa di Jogja komunitas stand up comedy ini lumayan banyak dan termotivasi untuk membangkitkan kembali komunitas stand up comedy yang ada di Solo, khususnya UNS.
“Di Jogja, setiap kampus sudah ada komunitas (Stand Up) dan berjalan dengan baik, kenapa Solo tidak?”, tutur Razi selaku pendiri ulang komunitas. Selain di UNS, ada beberapa komunitas yang telah berdiri di daerah Solo Raya, diantaranya Komunitas Stand Up UMS, UIN Surakarta, dan ISI Surakarta. Serta adanya komunitas Stand Up Indo – Solo yang beranggotakan dari mahasiswa kampus yang belum minat dalam mendirikan komunitasnya sendiri.
Saat ini, komunitas UNS hanya memiliki sepuluh orang anggota komika. Terbatasnya anggota disebabkan karena masih kurangnya ketertarikan mahasiswa terhadap Stand Up Comedy. Maka dari itu, pengurus tengah gencar dalam mencari anggota baru melalui open recruitment bagi mahasiswa yang tertarik dan ingin belajar Stand Up lebih dalam. Selain melakukan perekrutan komunitas juga memantau perlombaan Stand Up di UNS untuk mencari anggota komika potensial dari kegiatan lomba tersebut. Branding melalui akun media sosial Instagram dan Twitter (@standup_uns) juga menjadi langkah dalam komunitas dalam menyebarluaskan informasi kegiatan.
Melalui wawancara yang santai dan tidak begitu serius, gaya khas komika, Razi mengungkapkan harapannya mengenai komunitas yang Ia hidupkan lagi.
“Harapan ke depannya nggak muluk-muluk sih, semoga Stand Up UNS semakin dikenal di kalangan mahasiswa dan selalu konsisten dalam mengadakan kegiatan rutinan.”
Harapan ini telah diusahakan untuk diwujudkan, salah satunya melalui kegiatan Selasa Jenaka. Dalam rangka menyebarluaskan informasi mengenai eksistensinya sekaligus melatih kepercayaan diri dan keluwesan komika dalam stand up, Komunitas Stand Up Comedy UNS mengadakan kegiatan Selasa Jenaka, yang merupakan open mic rutinan setiap dua minggu sekali pada hari Selasa malam, yang biasanya dilaksanakan di salah satu cafe di daerah kampus. Sebelum kedua kali di Kopi Bae, Selasa Jenaka sudah terlebih dahulu tiga kali dilaksanakan di Lawangredjo Coffee and HIK Solo.
Selasa Jenaka menjadi wadah anggota untuk mencoba materi dan mengevaluasi apakah materi telah berhasil membuat penonton tertawa. Selain Selasa Jenaka, para komika juga kerap mengadakan Combud atau comedy buddy. Di Combud, komika akan berdiskusi dengan sesama internal anggota perihal evaluasi materi yang akan dibawakan.
Pada Selasa Jenaka kelima kemarin, acara dimulai pada pukul 21.00 hingga 22.10 WIB. Acara berlangsung seru dan mengundang gelak tawa yang riuh dari penontonnya. Acara dimulai dengan pembukaan oleh kedua MC dan mengajak interaksi beberapa penonton yang hadir. Setiap komika melakukan komedi tunggalnya dengan durasi kurang lebih 10 menit. Setiap pergantian komika, penonton diajak untuk memilih nomor undian urutan komika yang akan tampil selanjutnya. Materi yang dibawakan pun tak jauh dari kehidupan kuliah dan sosial para komikanya. Menariknya, komika yang tampil tidak hanya berasal dari lingkup mahasiswa UNS saja, namun juga dihadiri oleh beberapa komika dari ISI Surakarta dan Kota Yogyakarta. Sejumlah delapan komika berhasil mengocok perut pengunjung dengan bit dan punchline-nya yang gerr. Kegiatan Selasa Jenaka ini diakhiri dengan foto bersama dan evaluasi internal anggota komunitas.
Penulis: Syallom Prasdani dan Icha Salsabila
Editor: Wahyu Lusi Lestari