Sejak 1970, perayaan hari bumi telah berkembang dan dicanangkan setiap tahun tepatnya 22 April. Pada 1990. Menurut Earth Day Network (EDN) sebanyak 200 juta orang di lebih dari 140 negara berpartisipasi merayakan hari bumi. Selanjutnya di tahun 2000, hari bumi berfokus pada energi bersih dan melibatkan ratusan juta orang di 184 negara dan 5.000 kelompok lingkungan. Saat ini, EDN bekerja sama dengan lebih dari 17.000 mitra dan organisasi di 174 negara yang mana lebih dari 1 miliar orang terlibat dalam kegiatan hari bumi sehingga menjadikannya acara sipil sekuler terbesar di dunia.
Hari bumi secara luas diakui sebagai peringatan sekuler terbesar di dunia. Hal tersebut ditandai dengan adanya partisipasi lebih dari satu miliar orang setiap tahun untuk mengubah perilaku manusia dan menciptakan perubahan kebijakan global hingga lokal. Perjuangan untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih terus berlanjut dengan urgensi yang semakin meningkat karena kerusakan alam. Tentu ini akibat dari perubahan iklim yang semakin hari semakin nyata. Sementara itu, salah satu cara yang paling mudah untuk menjaga bumi adalah dengan membuang sampah pada tempatnya. Di sisi lain, proses pengelolaan sampah juga tidak kalah pentingnya dari membuang sampah pada tempatnya.
Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) bahwa pada 2020 total sampah mencapai sebesar 35.476.875,59 ton/tahun. Kemudian, terjadi pengurangan sampah sebesar 16,19% (5.744.379,16 ton/tahun). Ini lebih kecil daripada penanganan atau pengelolaan sampahnya sebesar 37,92% (13.451.297,67 ton/tahun). Di sisi lain, sampah yang terkelola lebih besar daripada yang tidak terkelola di mana data sampah yang terkelola sebesar 54,11% (19.195.676,83 ton/tahun) dan yang tidak terkelola sebesar 45,89% (16.281.198,76 ton/tahun).
Pengolahan sampah melibatkan pemanfaatan dan penggunaan berbagai sarana dan prasarana antara lain menempatkan sampah pada wadah yang sudah tersedia, proses pengumpulan sampah, pemindahan, dan pengangkutan sampah, serta pengolahan sampah hingga pada proses pembuangan akhir. Oleh karena itu, apabila tidak ada waste management atau pengelolaan limbah maka akan menyebabkan dampak buruk. Beberapa contohnya seperti kualitas lingkungan yang tidak baik, air bersih semakin berkurang, ketersediaan udara bersih semakin langka, menjadi sumber penyakit, bencana alam seperti tanah longsor dan banjir tentu dapat terjadi. Adapun faktor yang mempengaruhi pengolahan sampah sehingga dianggap sebagai penghambat sistem adalah penyebaran dan kepadatan penduduk, sosial ekonomi dan karakteristik lingkungan fisik, sikap, perilaku serta budaya yang ada di masyarakat.
Perlu diketahui bahwa dalam membangun kesadaran masyarakat itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh kerja sama dari semua pihak baik masyarakat, pemerintah maupun pihak ketiga sebagai pendukung. Selain itu, juga diperlukan waktu yang cukup lama untuk membangun kesadaran itu. Di sisi lain, contoh dan teladan yang positif serta konsistensi dari pihak pengambil kebijakan di suatu wilayah tertentu juga diperhatikan. Sementara itu, kegiatan sosialisasi secara langsung tentang pengelolaan sampah dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan persampahan. Dengan demikian, harapan ke depannya dengan munculnya kesadaran masyarakat perihal pengelolaan sampah akan berdampak baik untuk bumi kita.
Penulis: Azzahra Healtiane Nuryanta
Editor: M. Wildan Fathurrohman
Ilustrator: Azzahra Healtiane Nuryanta