Foto: Raihan Musthafa A/LPM Kentingan

PENPRO BKKT 2021: SOSOK DAN SUMPAH GENDARI YANG TERSEMBUNYI

Pentas Produksi Badan Koordinasi Kesenian Tradisional (BKKT) UNS telah terselenggara di Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari pada Senin (22/11). Pentas ini mengangkat fragmen berjudul Maharani Gendari yang merupakan pecahan dari cerita Mahabharata keseluruhan.

Pentas produksi (penpro) dimulai sekitar pukul 19.15 dan dibuka dengan sambutan-sambutan. Inti dari sambutan tersebut bahwa pentas produksi merupakan pagelaran akbar BKKT yang diselenggarakan setahun sekali. Meskipun dalam kondisi pandemi, BKKT tetap termotivasi untuk menyelenggarakan acara ini dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Kemudian masuklah ke lakon utama pentas ini.

Yanuar Yoga Saputra, selaku asisten sutradara, menjelaskan bahwa pentas ini bertujuan untuk mewadahi kreativitas mahasiswa khususnya anggota BKKT UNS. “Acara ini diselenggarakan untuk mewadahi kreativitas para mahasiswa khususnya anggota BKKT UNS. Jadi, kita (panitia) memberikan apresiasi untuk teman-teman yang sudah bergabung dalam BKKT UNS,” lanjut Yanuar. Di sisi lain, juga sekaligus sebagai bentuk apresiasi bagi anggota BKKT UNS

Pentas wayang orang Maharani Gendari dilaksanakan dengan iringan gamelan khas Jawa Tengah beserta tembang-tembang yang dilantunkan para sinden. Fragmen Maharani Gendari berfokus pada kesedihan dan penyesalan dari Gendari ketika melihat anaknya, Kurawa, mati terbunuh dalam Perang Baratayudha. Selama pergelaran berlangsung, para penonton yang memenuhi tiga perempat venue memperlihatkan antusiasme yang tinggi. Penpro juga diselingi pertunjukan wayang kulit di beberapa adegan. Untuk menambah kesan meriah suasana, pentas ini juga diwarnai tarian-tarian simbolis seperti saat kelahiran Pandawa dan Kurawa.

Terkait dengan persiapan pementasan, Yanuar menuturkan jika para pemain beserta panitia sudah berlatih selama satu bulan lebih terhitung sejak September. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pementasan dimulai dari perlengkapan, karya, hingga talent sudah dipersiapkan dengan matang. Sebagai tambahan, Yanuar juga menjelaskan mengapa penpro kali ini mengangkat fragmen Maharani Gendari. Menurutnya, alasan pemilihan kisah ini adalah untuk menunjukan sisi atau karakter dari Gendari yang jarang diperlihatkan.

“Mengapa kita memilih Maharani Gendari karena dia itu seorang ibu tapi tidak pernah diperlihatkan di layar,” jelasnya. Yanuar juga memiliki harapan bahwa acara ini dapat diterima masyarakat luas dan dapat dimengerti serta dipahami maknanya. Ia juga menambahkan jika acara BKKT ke depannya akan lebih spektakuler guna mengajak generasi muda untuk melestarikan budaya.

Anggota BKKT tahun 2015, Ili, mengungkapkan jika ia datang menyaksikan pentas seni sebab dia merupakan bagian dari keluarga dan juga menyukai pementasan ini. Ia juga mengatakan bahwa para pemain BKKT UNS dalam pentas kali ini sangat keren ditambah dengan inovasi-inovasi baru yang dimunculkan. Ili juga berharap pementasan BKKT UNS bisa terus maju.

Sementara itu, hadirin terdiri dari berbagai lapisan mulai dari pejabat UNS, mahasiswa, dan masyarakat umum. Pementasan ditutup dengan sorakan meriah dari para penonton yang menyaksikan. Kemudian dilanjutkan sesi pengenalan dan pemotretan foto pemain serta kru.

Alur Cerita Pementasan Maharani Gendari
Pagelaran dimulai dengan pembacaan narasi awal mengenai garis besar cerita Maharani Gendari. Pertunjukan wayang orang yang disutradarai oleh Kinasthi Dias ini menceritakan tentang Gendari yang sebenarnya memiliki peran penting dalam cerita Mahabharata, tetapi jarang sekali dimunculkan dalam fragmen manapun. Garis besar cerita ini menitikberatkan pada Gendari yang merasa tertipu oleh Pandu yang pada awalnya akan menjadi suaminya.

Gendari justru dinikahkan dengan Destrarastra karena dia diramalkan akan memiliki 100 keturunan. Destrarastra berpikir untuk menikahi Gendari agar keturunannya dapat menuntunnya di masa depan nanti sebab ia buta. Gendari murka akan hal tersebut dan pada akhirnya bersumpah jika garis keluargannya tidak akan pernah akur sampai tujuh turunan.

Pementasan dibuka dengan percakapan antara Gendari dengan Sengkuni perihal harapan Gendari yang pupus karena menikahi raja buta, Destrarastra. Kemudian, kisah dilanjutkan dengan penggambaran simbolis penari bernuansa hijau yang melambangkan kelahiran Pandawa sementara penari berkostum merah melambangkan kelahiran Kurawa. Adegan berpindah dan menceritakan para Kurawa yang sedang berlatih senjata, sedangkan Gendari, Duryudana, dan Destrarastra berbincang-bincang.

Setting lalu beralih pada masa Perang Baratayudha. Werkudara terlihat sedang menghabisi nyawa Sengkuni dan akhirnya meninggal. Lampu yang ada di sekitar Gendari pun padam satu per satu menandakan kematian Kurawa. Kisah bersambung pada saat Werkudara beradu senjata dengan Duryudana yang pada akhirnya menewaskan anak sulung Gendari. Melihat lilin terakhir padam, Gendari berteriak dan bersumpah menyalahkan dirinya sendiri yang menandakan berakhirnya pagelaran wayang orang.

Penulis: Angelica Tiara T. dan Guireva Gahara N.
Editor: M. Wildan Fathurrohman