Selama kurun waktu lebih dari satu minggu, yaitu mulai tanggal 01–09 Juli 2023, Patjar Merah yang merupakan festival literasi dan pasar buku keliling Indonesia menyelenggarakan rangkaian acara literasi dengan berbagai keunikannya di Ndalem Djojokoesoeman, Gajahan, Surakarta, Jawa Tengah. Tujuan diadakannya festival ini adalah untuk mengapresiasi para penikmat buku dan literasi dengan menghadirkan events seru dan menarik seperti pasar buku dan workshop, sekaligus mengajak masyarakat umum untuk menyelami experience dalam dunia literasi yang tidak hanya menonjolkan sisi edukasi, tetapi juga sisi hiburan.
Pada hari Sabtu (01/07), yang merupakan hari pertama pembukaan festival ini, berbagai golongan dari masyarakat dengan antusias datang ke Ndalem Djojokoesoeman untuk melihat dan mengikuti berbagai jenis acara yang bebas dipilih sesuai dengan preferensi pengunjung. Pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum lainnya turut hadir di festival literasi ini. Dengan menggaet banyak tokoh-tokoh terkenal yang berkecimpung di dunia literasi dan digital, seperti Joko Pinurbo, Alphiandi, Geraldy Tan, Helobagas, Agus Mulyadi, Ivan Lanin, dan masih banyak lagi, Patjar Merah mendapatkan perhatian tersendiri bagi masyarakat Solo.
Ada banyak jenis kegiatan di festival literasi Patjar Merah ini, beberapa di antaranya, yaitu: jelajahpatjar, obrolanpatjar, rilispatjar, lokakaryapatjar, panggungpatjar, caripatjar, dan layarpatjar. Acara diselenggarakan dengan judul yang tentunya sangat menarik, seperti: Ada Puisi di Antara Kita, Belajar dari Gadis Kretek: Jurus Menembus Layar Kaca, Nonton Bareng: “Payung Dara”, Sambung Rasa: Tukar Cerita Komunitas, Solo Berdendang: Titik Nol Musik Indonesia, Seni Berfilsafat bersama Anak, Maracosa, Jagat Alam Gaib, Bersemuka dan Merangkai Kata, dan lain-lain. Tidak hanya itu, terdapat tiga panggung utama dan tiga pasar buku yang menjual berbagai macam jenis buku, mulai dari buku terbitan penerbit mayor maupun dari penerbit indi.
Satu dari sekian jenis acara yang ada di festival ini adalah TikTok, Toko Buku, dan Dunia Perbukuan yang (Katanya) Mentok, yang berlangsung pada Minggu (02/07). Acara ini dipandu oleh Alvin Agastia Zirtaf sebagai moderator dengan empat narasumber keren, yaitu Tika Primandari (Creator Partnership TikTok Indonesia), Rifan Ulhaq (penulis yang memulai karirnya dari TikTok), Hebert Hendrik (pengelola toko buku daring yang mengembangkan penjualan melalui TikTok), dan Tomi Wibisono (pengelola toko buku independen yang mampu menjaga nyala toko buku fisiknya di tengah zaman serba digital ini, yaitu Toko Buku Akik yang berlokasi di Yogyakarta).
Kemunculan TikTok di jagat dunia maya memang tidak bisa dimungkiri lagi pengaruhnya bagi para pengguna media sosial dan juga berbagai aspek kehidupan masyarakat di Indonesia. Kehadirannya yang pada awalnya diragukan oleh banyak pihak dan kini popularitas TikTok yang terbukti kian hari kian membesar, semakin menunjukkan eksistensinya dalam rangka membawa perubahan yang signifikan. Salah satu sektor yang tidak luput dari pengaruh besar TikTok adalah dunia literasi, khususnya bagi penerbit, penulis, dan konten kreator. Dalam perjalanannya, TikTok berkontribusi besar dalam membantu banyak buku dan penulis mencapai popularitas secara lebih luas di kalangan para pembaca.
Dengan acara ini, menyadarkan kita bahwa peran media sosial kini semakin tidak terbatas. Media sosial yang awalnya hanya sekadar sarana bagi kita untuk saling bertukar kabar, saat ini sudah banyak mengalami alih fungsi. Di media sosial, kita bahkan dapat memasarkan berbagai jenis produk, termasuk buku. Konsekuensinya, toko buku juga mengalami diversifikasi, tidak hanya toko buku fisik, tetapi juga toko buku online. Siapa yang menyangka bahwa strategi memasarkan buku secara konsisten di media sosial terbukti efektif dan efisien dalam menjangkau target pembaca.
Melalui video-video pendek kreatif dan juga kehadiran TikTok Shop sebagai sarana penjualan, sangat memudahkan para penerbit terhubung dengan penulis-penulis baru dan pembaca-pembaca baru, sedangkan para penulis diuntungkan karena menjadi terhubung dengan audiens baru. Ditambah lagi hadirnya pihak ketiga lainnya yang sangat membantu progresivitas dunia literasi, yaitu konten kreator. Dengan program afiliasi, ketiga pihak tersebut mendapatkan keuntungan masing-masing pada setiap buku yang berhasil terjual.
Tika Primandari, selaku perwakilan dari TikTok Indonesia, membagikan cerita tentang usaha-usaha yang dilakukan oleh TikTok dalam mendorong tema tentang literasi agar semakin mendapat perhatian dari pengguna Tik Tok, seperti dengan membuat tagar #SerunyaMembaca yang menjadi penghubung antara penikmat literasi. Rifan Ulhaq, selaku konten kreator yang juga berkecimpung di dunia literasi, membagikan pengalaman-pengalamannya dalam membuat konten literasi yang dapat menghibur sekaligus mengedukasi penontonnya.
Di sisi lain, ada Hebert Hendrik dari Republik Fiksi yang menceritakan bagaimana proses di balik perencanaan dan juga mekanisme pemasaran dari sebuah toko buku online yang memiliki wadah penjualan di berbagai media sosial, termasuk TikTok. Tak lupa, ada pula Tomi Wibisono yang berawal dari mendirikan toko buku fisik kini sangat terbantu karena toko bukunya viral di mana-mana dengan bantuan TikTok. Tomi Wibisono menambahkan bahwa kini ia juga sedang mempelajari bagaimana TikTok bekerja agar jangkauan toko buku miliknya semakin luas.
Salah satu peserta workshop bernama Fitri Muthia Zulfa asal Banten mengungkapkan alasan kenapa ia memutuskan hadir di festival literasi Patjar Merah dan kesannya setelah mengikuti diskusi yang menarik dengan para narasumber, “Awalnya aku tahu info ini dari teman, sih, dan pengen ikut karena memang dari dulu udah tertarik dengan dunia literasi. Acaranya keren banget, narasumbernya juga keren-keren karena memang sesuai dengan bidang yang mereka geluti. Harapanku, semoga acara festival literasi Patjar Merah ini tidak hanya di Solo aja, mungkin bisa di Banten juga, hehe.”
Penulis: Aldini Pratiwi
Editor: Lutfiyatul Khasanah