Ode Untuk Senja
Di bawah bukit Krasnodar
kulihat tubuhmu pucat terhampar
beberapa orang larut dalam hening
dan beberapa yang lain menghujani isak
Dalam diam, kuingat ceritamu
Tentang pria bijak dari Kolonus
“Nasib terbaik,” katamu,
“tidak pernah dilahirkan,
mati muda, dan hidup hingga tua”
Apakah kau mendengarku?
Seperti asma, hembus nafas ini
mengandung penderitaan
Dan bagiku, tak pernah ada
nasib baik
Kini kulihat tiap-tiap mulut
merapal syarat bagi semesta
untuk segala perjudian ini
Dan ketika semuanya terbenam,
Manusia mati dan sendiri
(2022)
Metamorfosis
Tiap pertengahan tahun
Seorang tua selalu datang di sepertiga malamku
kakinya pincang menyeret satu ember lidah segar
Gagak hitam menyembul beterbangan dari kegelapan
dari kejauhan kudengar ia berkata,
“dari unta menjadi singa dan lalu menjadi anak bayi”
(2022)
Perayaan Perpisahan
Di hari ulang tahun, kusiapkan tali tambang,
kursi plastik yang ringkih, dan sebotol karbol
Alangkah indah perayaan pesta kali ini;
banjir ucapan di insta story dari teman-teman
(2022)
Hilang Arah
Sebuah masa yang tak bermasa
hanya aku sendiri dan hitam putih
melayang layang
Nur yang terpancar mulai pudar
menjauh dan hilang tanpa bayang
Nafsu angkara kuasai diri
Mempertanyakan dogma usang
Congkak, aku adalah aku
Racun diri sendiri di mana jiwa berlabuh?
Merangkak menuju keheningan
Kosong, sepi, sunyi atau telah mati
(2020)
Sepertiga Malam
Gagak hitam pembawa kabar
terdengar sayup-sayup
suara lirih dalam keheningan
Anak manusia menanti kabar
akhir senja kehidupan
Di malam penuh pikiran
cahaya merah memancar
dari balik pintu kamar
hangat bak radiasi sonar
Dan jam mulai memakan malam
terbayang kehidupan kekal y.a.d
sebab kabar burung mengatakan
kau bakal terbaring sendiri sunyi dan dingin
(2020)
Penulis: Dimas Alfi Aji Chandra