Ilustrasi: Syamsul Huda/ LPM Kentingan

ODE UNTUK SENJA

Ode Untuk Senja

Di bawah bukit Krasnodar

kulihat tubuhmu pucat terhampar

beberapa orang larut dalam hening

dan beberapa yang lain menghujani isak

 

Dalam diam, kuingat ceritamu

Tentang pria bijak dari Kolonus

 

“Nasib terbaik,” katamu,

“tidak pernah dilahirkan,

mati muda, dan hidup hingga tua”

 

Apakah kau mendengarku?

 

Seperti asma, hembus nafas ini

mengandung penderitaan

Dan bagiku, tak pernah ada

nasib baik

 

Kini kulihat tiap-tiap mulut

merapal syarat bagi semesta

untuk segala perjudian ini

 

Dan ketika semuanya terbenam,

Manusia mati dan sendiri

(2022)

Metamorfosis

Tiap pertengahan tahun

Seorang tua selalu datang di sepertiga malamku

kakinya pincang menyeret satu ember lidah segar

Gagak hitam menyembul beterbangan dari kegelapan

dari kejauhan kudengar ia berkata,

“dari unta menjadi singa dan lalu menjadi anak bayi”

(2022)

Perayaan Perpisahan

Di hari ulang tahun, kusiapkan tali tambang,

kursi plastik yang ringkih, dan sebotol karbol

Alangkah indah perayaan pesta kali ini;

banjir ucapan di insta story dari teman-teman

(2022)

Hilang Arah

 Sebuah masa yang tak bermasa

hanya aku sendiri dan hitam putih

melayang layang

Nur yang terpancar mulai pudar

menjauh dan hilang tanpa bayang

 

Nafsu angkara kuasai diri

Mempertanyakan dogma usang

 

Congkak, aku adalah aku

Racun diri sendiri di mana jiwa berlabuh?

Merangkak menuju keheningan

Kosong, sepi, sunyi atau telah mati

(2020)

Sepertiga Malam

Gagak hitam pembawa kabar

terdengar sayup-sayup

suara lirih dalam keheningan

 

Anak manusia menanti kabar

akhir senja kehidupan

 

Di malam penuh pikiran

cahaya merah memancar

dari balik pintu kamar

hangat bak radiasi sonar

 

Dan jam mulai memakan malam

terbayang kehidupan kekal y.a.d

sebab kabar burung mengatakan

kau bakal terbaring sendiri sunyi dan dingin

(2020)

Penulis: Dimas Alfi Aji Chandra