Surakarta (20/08) – Proyek #UNSLESSPLASTIC yang sudah berjalan tiga bulan pada rangkaian PKKMB UNS 2023 terpaksa dihentikan setelah persiapan mencapai 90 persen. Permasalahan ini terjadi karena pembatalan sepihak dari rektorat. Padahal campaign ini ditargetkan untuk mencetak Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) dan bekerja sama dengan UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) demi mengangkat nama Universitas Sebelas Maret ke ajang internasional.
Selaras dengan slogan UNS Green Campus, konsep pemecahan Rekor MURI diusung dari kesadaran mahasiswa tentang persoalan sampah. Rangkaian PKKMB UNS tahun 2023 menjadi sebuah gebrakan di mana penyambutan mahasiswa baru tidak hanya berkaitan dengan kegiatan selebrasi semata, tetapi juga memberikan dampak berkelanjutan bagi lingkungan. Visi dan misi proyek #UNSLESSPLASTIC mengutamakan pengurangan jumlah sampah plastik dan bertujuan tidak menimbulkan sampah setelah kegiatan berakhir.
“Terlaksananya project ini harusnya dapat mengharumkan nama kampus karena UNS mampu menciptakan lingkungan yang bersih,” ungkap Fahmi, salah satu panitia Divisi Rekor Muri.
Panitia merasa kecewa terhadap keputusan dari rektorat yang sepihak dan tanpa mempertimbangkan antusiasme mahasiswa baru. Rizki selaku koordinator Divisi Rekor Muri menyatakan antusiasme mahasiswa baru tinggi dan dapat terlihat dari 4.500 botol plastik yang sudah terkumpul. Bahkan, jumlah ini lebih dari target yang ditetapkan panitia.
“Antusiasme tinggi dari mahasiswa baru terhadap pelaksanaan Rekor MURI PKKMB UNS 2023 itu kelihatan, buktinya sudah terkumpul lebih dari 4.500 botol plastik (terhitung sejak Rabu, 16 Agustus 2023). Total sampah plastik waktu itu bisa 1,3-1,4 ton, padahal target panitia 1 ton. Total sampah itu baru dari hasil kolektif dari setengah kelompok maba (mahasiswa baru). Bahkan, ada beberapa kelompok maba yang rela ngumpulin tiga kali lipat dari jumlah target yang ditentukan panitia,” jelas Rizki Handoko, selaku Koordinator Divisi Rekor Muri.
Namun, permasalahan datang saat sepuluh hari sebelum acara. Kendala pertama datang dari masalah pendanaan. Beberapa pihak juga kurang memberikan dukungan untuk menyukseskan acara Rekor MURI. Selain itu, berbagai intervensi mulai terasa hingga berdampak pada dihapuskannya pengumpulan sampah dari buku implementasi nilai. Tindakan intervensi lainnya terbukti dari keputusan dicabutnya perizinan tempat secara tiba-tiba, padahal jelas tertulis pada surat perizinan bahwa peminjaman tempat berakhir pada tanggal 27 Agustus 2023. Rabu, 16 Agustus 2023, rektorat meminta panitia Divisi Rekor Muri keluar membawa seluruh sampah plastik dari tempat yang telah dipinjam secara legal sebelumnya. Panitia terpaksa mengeluarkan sampah dari tempat tersebut dan harus memindahkannya ke tempat lain. Pemindahan sampah dilakukan mulai pukul 19.00-03.00 WIB mengingat jumlah sampah saat itu mencapai 1 ton lebih. Hal ini jelas bentuk perampasan hak dan eksploitasi mahasiswa, sebab mahasiswa dipaksa melaksanakan tugas dalam waktu singkat tanpa ada bantuan tenaga maupun transportasi dari pihak rektorat.
“Pembatalan campaign lingkungan ini sangat disayangkan, padahal keberjalanannya sesuai dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) 2 terkait mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus. Berdasarkan hal tersebut, tentunya pengadaan campaign lingkungan tidak bertentangan dengan IKU 2, justru campaign lingkungan merupakan salah satu tindak penerapan IKU 2 yang nyata. Kegiatan campaign lingkungan #UNSLESSPLASTIC juga berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah, UPKKN, dan beberapa dosen untuk memasifkan serta membantu peningkatan jumlah sampah plastik yang terkumpul. Beberapa Tendik (Tenaga Kependidikan) UNS juga ikut berpartisipasi menyisihkan sampah plastik untuk mendukung #UNSLESSPLASTIC, ” terang Rizki.
Puncaknya, Rekor MURI yang semula dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2023 harus dibatalkan. Berbagai diskusi dan negosiasi telah dilaksanakan untuk memperlancar keberjalanan kegiatan tersebut, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, ide cemerlang terkait proyek #UNSLESSPLASTIC tidak dapat terlaksana. Saat ini, panitia merasakan kekecewaan yang mendalam terhadap rektorat. Persiapan matang yang telah dirancang selama tiga bulan terakhir terlihat tidak berguna. Kenyataan pahit ini terpaksa harus diterima panitia.
“Apakah konsep kita kurang jelas? Apakah kajian terkait konsep yang kita usung kurang bernilai sehingga terjadi penolakan?” tanya Rosy, selaku staf Divisi Rekor Muri.
“Apa posisi panitia dari awal? Tidak diizinkannya Rekor MURI di tanggal 27 menunjukan bahwa panitia tidak menempati posisi manapun,” lanjut Rosy mempertanyakan keputusan sepihak dari rektorat.
Ketidakjelasan sikap rektorat menyia-nyiakan kerja keras panitia Divisi Rekor Muri beserta seluruh panitia PKKMB UNS 2023 yang telah rela memberikan tenaga dan pikiran untuk menjalankan proyek #UNSLESSPLASTIC.
“Harapannya udah 0 (nihil) dari H-10 itu benar-benar bergejolak dan masih belum ada info yang pasti. Ruginya di tenaga dan pikiran, nggak akan bisa dibayar,” Rosy ungkap kekecewaannya kepada pihak rektorat.
Penulis: Panitia PKKMB UNS 2023
Editor: Wahyu Lusi Lestari