New (Baru)

Sebagai manusia normal, lazim kiranya kita menyukai hal-hal yang baru. Seperti halnya saat kita memiliki baju baru, hape baru, kawan baru, laptop baru, pacar baru (?), dan hal-hal baru lainnya.Kita (walaupun hanya sesaat), pasti terlarut dalam romantisme ”kebaruan” itu. Seperti halnya Kentingan saat ini, yang sedang larut dalam euforia setelah melahirkan anak baru-nya.

Siang tadi, saya diminta ”ayah” anak ini untuk memberikan ucapan selamat. Dan ucapan selamat saya tak lain adalah tulisan ini. Dengar-dengar, anak ini bernama lpmkentingan.com. Sebuah nama yang kurang catchy menurut saya. Mbok diganti dengan kentingan-online.com, misalnya. Kan lebih manis. Tapi ya sudahlah, wong saya bukan pengasuhnya, apalagi orang tuanya. Shakespeare saja pernah bilang, apalah arti sebuah nama.

Rilisnya laman ini layaknya durian runtuh bagi Kentingan. Bukan rahasia lagi, sebelum laman ini lahir, Kentingan kekurangan lahan untuk menulis bagi para “petani”-nya. Padahal, di situlah nafas penghidupan sebuah pers mahasiswa. Budaya menulis harus terus dipupuk tanpa putus. Dan menurut penerawangan saya, laman ini cukup prospektif untuk tujuan itu.

Senang rasanya bisa melihat anak-anak baru bisa langsung produktif menulis. Memberitakan informasi seputar kampus secara cepat, walaupun belum benar-benar up-date. Memang, masih jauh bila kita membandingkan laman ini dengan pabelan-online.com milik LPM Pabelan UMS atau scientiarum-nya UKSW. Namun seburuk apapun keadaannya, jika memiliki potensi dan kemauan keras, kita tinggal menunggu waktu untuk memetik hasilnya. Semua tergantung kita, apakah mau memanfaatkan potensi itu atau membiarkannya mati secara perlahan.

 

Mengoptimalkan web       

Laman atau yang familiar disebut website, selain menawarkan kecepatan, juga mempunyai daya jangkau yang mumpuni. Sebuah website yang baik dituntut untuk memiliki kedua unsur itu. Kecepatan tanpa daya jangkau, sama saja dengan berusaha keras tapi minim apresiasi. Begitu pun sebaliknya. Walau punya daya jangkau yang baik, tetap akan dipandang sebelah mata jika kecepatannya hanya sekelas odong-odong. Ga pernah up-date alias jalan di tempat. Jika itu terjadi, lantas apa bedanya website ini dengan sebilah pisau tumpul? Kelihatannya sangar tapi untuk mengiris roti saja susah. Alhasil, web ini minim kontribusi bagi komunitas di sekitarnya.

Bila daya jangkau bisa diakali dengan hal-hal teknis seperti promosi terus-menerus lewat Facebook dan lain sebagainya, unsur kecepatan tidaklah bisa diraih secara instan. Inilah momok utama beberapa website pers mahasiswa. Web hanya digunakan sebagai publikasi materi cetak mereka saja. Padahal bila mau sedikit berpeluh ria, pers mahasiswa dapat memainkan peran lebih dalam komunitasnya. Tak lain via berita yang aktual tadi. Nah, jika sisi ini telah terpenuhi, dapat dipastikan daya jangkau web ini juga akan meluas dengan sendirinya. Konsumen berita kita yang notabene mahasiswa, lambat laun akan menjadikan web kita sebagai referensi informasi seputar kampus. Kalau sudah begitu, paripurna-lah tugas pers mahasiswa sebagai artikulator komunitasnya.

Mendengar mantra-mantra tadi, rasanya vital sekali ya kehadiran sebuah website bagi sebuah pers mahasiswa. Tapi apa benar dapat segampang itu merealisasikannya? Memang ngurus website semudahngopi film bokep dari laptopnya *gung? Saya juga tidak tahu. Wong saya cuma asal ngomong tadi.Namanya juga pengamat..

Nasib kita

Lha trus, mau dibawa ke mana (ha)laman kita? Pikiran sok tahu saya bilang, yang penting konsistensi. Sekecil apapun usaha kita, bila kita istiqomah di jalannya (opo toh iki..) pasti akan berakhir cemerlang. Untuk penulisan, terus maksimalkan anak baru. Brainstorming liputan paling ga seminggu sekali. Buat yang tua sadar diri, nulis di opini. Seksi foto, kalo bisa hunting setiap hari. Tinggal njepret ini.Departemen perwajahan, ini yang masih parah. Lebih dipersangar. Supaya yang liat website-nya nggak bosen. Bila perlu, tambah rubrik yang dirasa relevan. Referensi menghampar di sekitar kita. Terakhir, rawatlah semangat “kebaruan” yang saya ocehkan dari awal tadi. Pantang malas dan pantang mandeg, karena kita –pers mahasiswa- sejatinya adalah pelayan informasi yang vital bagi civitas akademika.

Lpmkentingan.com hanyalah sebuah sarana. Tapi jika kau terus menunda-nunda, dan tak pernah nyatakan cinta (maaf buat Armada, saya caplok liriknya), lantas siapa lagi yang peduli dengan anak baru kita? Tolong lihat aku, dan jawab pertanyaanku!

Chrisna Chanis Cara

Special thanks untuk dedy Toni Edi Suryanto, yang telah menginspirasi judul tulisan ini.