Foto: Risma Salsabila Foresty/LPM Kentingan

Menengok Kamu dalam Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan: Sebuah Resensi

Judul : Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan 

Penulis : Amalia Yunus 

Penerbit : baNANA Publisher 

Tahun Terbit : 2023

Tebal : 149 halaman

 

Sekilas ketika melihat judul ini, dalam benak saya terbesit pertanyaan apakah buku ini termasuk fiksi atau non fiksi? Pertanyaan tersebut tentu terjawab setelah merampungkan 149 halaman buku ini. Setelah melibas 149 halaman buku yang menjadi juara dua Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2021 ini pula, saya menjadi paham mengapa ia menduduki posisi kedua dalam perlombaan tersebut.

Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan diawali dengan narasi mengenai rasa takut akan kematian. Menyampaikan sebuah fobia yang begitu familiar oleh setiap individu karena kelak akan berada pada tahap tersebut. Secara lebih spesifik, kematian menakutkan yang disampaikan oleh penulis adalah yang berdarah-darah, kotor, berkeringat, lengket, dan segala yang tidak nyaman untuk dirasakan. 

Berbeda dengan buku fiksi pada umumnya, penulis buku ini tidak menganotasikan semua tokoh (baik utama maupun pendukung) dengan menggunakan nama yang solid. Amalia Yunus lebih memilih menyebut tokoh dengan berotasi pada sosok Kamu. Jadi, tokoh utama dalam novel Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan adalah Kamu. 

Kamu adalah seorang perempuan yang memiliki berat badan 170 kg. Kamu sudah menyerah dengan segala optimisme dunia, segala yang seharusnya menjadi aktivitas sehari-hari menyiksamu setengah mati. Naik tangga, mengoleskan lotion di kaki, naik ojol, bahkan tidur acapkali menjadi neraka yang terbangun karena 170 kg menempel pada Kamu. 

Suatu saat Kamu terbangun dari tidur karena rasa sesak yang luar biasa.  Apartemen berukuran standar menjadi semakin sesak malam itu. Nasib baik Pacar Kamu menginap malam itu, dia cepat tanggap membantu Kamu. Seketika Kamu kembali kepada fobiamu akan kematian yang serba tidak nyaman. Dilarikan ke rumah sakit pun tidak membantu seberapa karena Kamu mendapatkan justifikasi dari dokter tentang hidup Kamu yang tidak akan lama lagi. Angka-angka dalam lembar seusai pengecekan cukup untuk membuatmu paham kalau badan Kamu sudah rusak betul.

Kamu, 170 kg dirimu, penyakitmu, gaya hidupmu, dan umurmu yang (katanya) tidak akan panjang menjadi integral yang cukup untuk membuatmu makin jatuh. Segala upaya dan berbagai model diet telah Kamu lakukan sebelumnya, tetapi tak ada hasil yang seberapa. Sedikit ditarik ke belakang, perkuliahan mu juga terputus karena 170 kg banyak menghambat kegiatan akademik. Walaupun sudah jauh-jauh merantau dari luar pulau, nyatanya Kamu kalah oleh obesitas yang menggerogoti. Walaupun kini Kamu memiliki pekerjaan sebagai freelancer yang sangat mencukupi, tetapi tetap saja Kamu tidak lulus kuliah dan dua tahun lagi diprediksi akan mati. 

Sebagai orang yang dunianya sempit karena terkungkung stigma terhadap orang obesitas, Kamu mendapati dirimu tertarik terhadap sebuah program reality show untuk menurunkan berat badan. Hal tersebut begitu berbanding terbalik dengan Kamu yang sehari-hari mengendap di kamar dan di depan komputer. Kamu yang biasanya memilih menggunakan lift sempit tanpa pendingin demi menghindari orang kini malah ingin menunjukkan dirimu ke dunia melalui program ini. 

Ketegangan ditampakkan secara perlahan oleh penulis ketika Pacar Kamu tidak setuju dengan ketertarikan Kamu. Kamu paham betul bahwa ia hanya khawatir, tetapi Kamu memilih untuk tetap melanjutkan keinginanmu. Setelah melewati berbagai proses seleksi, tibalah Kamu menjadi salah satu peserta dari reality show tersebut. 

Pada intinya, program ini disusun agar peserta bisa menurunkan berat badan dengan target dan waktu yang telah ditentukan. Kamu sekarat setengah mati pada awalnya, muntah setiap selesai berolahraga, lemas, pusing, dan berbagai gejala Kamu tunjukkan karena gaya hidup yang dirombak 180 derajat. Tentu Kamu lelah dan ingin kembali ke Kamu yang dulu, yang minum minuman berkarbonasi layaknya air putih, yang makan lontong sayur dua porsi bak kudapan ringan. Namun, Kamu dipantau ketat oleh ahli dari berbagai bidang, seperti kesehatan, gizi, pusat kebugaran, bahkan sponsor pun ikut memantau Kamu.

Setelah beradaptasi beberapa lama, akhirnya Kamu mulai terbiasa. Kamu hanya belum terbiasa dengan Pacar Kamu yang kian berjarak. Di sisi lain, terdapat pula distraksi yang Kamu rasa menyenangkan dari Teman Lelaki Peserta reality show. Kini Kamu dihadapkan dengan dua pilihan, Pacar Kamu yang tidak lagi mendukung Kamu atau Teman Kamu yang menjadi penghiburan dalam pola hidup baru. Kamu amat pusing akan kedua pilihan itu.

Konflik yang ditampilkan dalam novel ini terkesan cukup datar. Ketika diselisik, tidak ada babak-babak yang begitu menguras emosi. Unik, novel ini bagaikan sudut pandang orang ketiga yang menceritakan kepada kita mengenai kisah kita sendiri. Hal tersebut karena penggunaan kata ganti Kamu yang sekaligus menjadi tokoh utama dalam novel terbitan 2023. Setiap akhir babak, penulis selalu memberikan afirmasi tentang langkah yang sudah Kamu lakukan. Penulis juga tidak lupa untuk menceklis mengenai tahap-tahap mengurangi berat badan yang telah Kamu lakukan. 

Amalia Yunus, melalui novel ini menyajikan bagaimana memekakkannya hidup orang dengan obesitas. Melalui novel ini saya dapat memahami berbagai alasan orang mengalami obesitas serta dampaknya bagi kehidupan, baik dalam aspek fisik, maupun sosial. Untuk menutup novel dan resensi ini, sosok Kamu pada akhirnya berhasil untuk lepas dari obesitas dan menjalani hidup seperti apa yang ia idamkan dahulu, pun ditemani dengan orang baru yang memiliki perjuangan serupa. 

 

Penulis: Julia Nita Sifa Prabarani

Editor: Lutfiyatul Khasanah