Sudah semenjak sajak yang nampak lugas berdiri menenteng waktu
Kita pernah menjadi orang yang selalu berkaca-kaca
Sebab tertawa, atau terlupa dengan keadaan bahwa
pernah menjadi sepasang yang saling
mengilhami rasa, berpuisi hari demi hari
hingga akhirnya terbit air mata.
Sajak itu aku beli dari masa lalu
Kini kau menukarnya dengan air mata
terisak tangis dalam lautan tawa
Yang terdengar dari dalam jiwa.
Manusia pasti berpuisi
tetapi tidak dengan berlibur air mata.
Manusia pasti berurai air mata,
Kau pun, puan. Sudah membuktikannya.
Dari sejak sajak itu kau jual
Dari sini aku melihatmu: berpuisi dari air mata.
(Surakarta, 10/14/2019)
Arafik Nur Fadliansah
Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika & Komputer 2019. Surel: arafiknurf@gmail.com