Foto: Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora

Mahasiswa UNS Hidupkan Kembali Permainan Benthik untuk Mengatasi Persaingan Antar Saudara Kandung

Setiap orang tua yang memiliki anak lebih dari satu, kerap melihat anak-anaknya berselisih. Fenomena ini tidak bisa dianggap enteng. Mengutip hasil penelitian mengenai “Pengalaman Orang Tua dalam Menghadapi Perilaku Sibling Rivalry pada Anak” oleh Lazdia dan Kusuma tahun 2019, hampir 75% anak di Indonesia mengalami persaingan saudara kandung dengan ragam reaksi. Mulai dari tindakan agresif, hingga luapan emosi yang sering terjadi tanpa alasan. Situasi tersebut dapat berpeluang terjadi pada saat anak usia sekolah hingga dewasa. 

Timbulnya tindakan anak yang agresif bukanlah tanpa alasan, sebab kebanyakan orang tua membandingkan anak-anak mereka. Hal inilah yang menimbulkan kecemburuan yang tidak semestinya timbul di antara saudara kandung, yang bisa diartikan persaingan. Persoalan persaingan saudara tentu tidak mungkin dihindari. Namun, dapat diatasi melalui permainan kooperatif untuk anak dan saudaranya. Permainan kooperatif mampu menciptakan lingkungan saling membagi tugas antar anak dan saudaranya untuk mencapai apa yang ingin diraih.

Terdapat permainan tradisional yang termasuk permainan kooperatif yakni Benthik. Permainan ini sudah cukup asing dijumpai pada era sekarang. Lima mahasiswa dari Universitas Sebelas Maret yang terdiri dari Adinda Putri Sholikhah, Abadina Ukhtisiwi, dan Anisya Salsabila Ainun Nur Azizah (Psikologi 2021), Lia Kurniawati (FIB 2020), dan Annisa Alya Sofiani (FKIP 2022) dengan dosen pembimbing Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog melakukan riset mengenai modifikasi permainan Benthik yang ternyata dapat menurunkan persaingan antar saudara kandung di Bojonegoro, Jawa Timur. Riset yang dilakukan, memadukan sudut pandang psikologi dan budaya dalam upaya menurunkan persaingan saudara pada anak.

Lokasi riset ini dilaksanakan di SDN 1 Sumberejo, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Pihak SDN 1 Sumberejo menyatakan senang dapat menjadi bagian riset kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH). 

“Saya senang dapat melihat permainan Benthik lagi, dahulu saya suka bermain Benthik juga, tapi namanya Pathil Lele. Wah kalau sudah main itu seru sekali sama temen-temen. Sekarang memang sudah tidak banyak lagi yang main, bahkan mungkin nggak ada yang tau. Jadi, dengan adanya penelitian ini saya juga jadi ikut bernostalgia dan berharap semoga permainan ini bisa kembali lestari untuk menjadi solusi persaingan antar saudara,” Ujar Mohammad Ilham selaku kepala sekolah SDN 1 Sumberejo.

Adinda menyatakan, pemilihan wilayah Bojonegoro dikarenakan memerlukan strategi penanganan guna mengatasi terjadinya persaingan saudara yang berkepanjangan. Tercatat dalam riset terdahulu dari Muarifah dan Fitriana tahun 2019, berdasarkan survei penelitian di Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro 7 dari 10 orang tua menyatakan bahwa anaknya memiliki kecemburuan dengan saudaranya.

Tim peneliti membagikan sebuah buku tata cara permainan Benthik untuk anak-anak di SDN Sumberejo. Menurut salah satu anggota bukunya diadopsi langsung dari naskah Jawa tahun 1912. 

“Permainan Benthik merupakan permainan yang sudah lama ada. Permainan Benthik merupakan permainan tradisional khas masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah. Diperkirakan permainan ini ada pada tahun 1912 yang tertulis dengan aksara Jawa dalam buku berjudul “Javaansche Kinderspelen” (berasal dari bahasa Belanda yang artinya Permainan Anak-Anak di Jawa) ditulis oleh R.Soekardi. Soekardi tidak hanya membahas permainan benthik tetapi juga permainan dakon, gobak sodor, serta ragam permainan anak asal Jawa lainnya,” Imbuh Lia salah satu anggota tim.

Tim peneliti melakukan translasi naskah tersebut yang kemudian dimodifikasi agar mudah dipahami oleh anak-anak. Pemberian buku yang berisi tata cara permainan juga dilakukan yang bertujuan agar anak-anak dapat memainkan permainan Benthik lagi walaupun penelitian telah selesai dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian yang mereka lakukan menunjukkan bahwa permainan Benthik yang dimodifikasi menjanjikan untuk mengatasi persaingan antar saudara.

Dalam permainan Benthik diperlukan stik kayu atau bambu, ranting yang ukurannya kecil ± 15 cm dinamakan janak dan perlu ranting dengan ukuran besar sepanjang dua kali lipat janak yaitu sepanjang ±40 cm dinamakan benthong. Permainan ini terdiri dari dua regu. Masing-masing regu minimal terdiri dari satu orang. Permainan Benthik biasanya dimainkan bidang tanah yang cukup luas seperti lapangan serta penangkaran rumah.

“Melalui penelitian tentang Benthik, harapannya hal ini dapat membangkitkan kembali permainan tradisional daerah yang mulai tergantikan oleh gawai. Meskipun permainan ini sudah jarang dijumpai, namun permainan tradisional selalu memiliki beragam nilai luhur yang perlu dilestarikan. Jika bukan generasi Indonesia, maka siapa lagi yang akan melestarikan kebudayaan daerah,” ungkap Adinda selaku ketua tim ketika ditanya harapannya terkait riset yang telah dilakukan (03/09).

 

Penulis: Lia Kurniawati

Editor: Wahyu Lusi Lestari