Foto: Tamara Diva Kamila/ LPM Kentingan

KKN: Kuliah Kerja Ngilang

Penarikan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) periode Agustus–Januari sudah berlalu sebulan lebih. Namun, huru-haranya tak langsung padam. Ada hal-hal yang membuntuti mahasiswa, bahkan hingga bulan telah berganti November.

KKN bukan hanya tentang mahasiswa yang terjun langsung ke masyarakat dan menerapkan ilmu-ilmu yang dimiliki. Bukan pula tentang romantisme tinggal seatap dan merajut hidup bersama orang asing selama dua bulan. Apalagi urusan cinlok (cinta lokasi) seperti di film-film. Ini persoalan tanggung jawab bersama dari awal hingga akhir yang benar-benar berakhir. Mengenai pelaksanaan program kerja (proker), laporan pertanggungjawaban (LPJ), surat pertanggungjawaban (SPJ), dan perintilan-perintilan lainnya.

Huft. aku sebenarnya sudah malas membahas perkara ini. Namun, aku tak bisa diam saja setelah melihat sebuah cuitan dari UNS Menfess pada Jumat (04/11). Ketika seharusnya aku bisa mendapat hiburan dari Twitter selepas lelah PLP, justru cuitan tidak manusiawi ini muncul dan menyulut emosiku.

Maap yee setiap orang ada kesibukan, suruh siapa jadi bendahara sama sekretaris,” tulis manusia berhati dingin yang entah siapa. Cuitan itu membalas cuitan sebelumnya yang berbunyi, “Kelompok KKN yang tiba-tiba ngilang waktu bikin laporan2 gitu enaknya gimana ya. Soalnya ga adil banget kalau gitu…,”.

Tentu saja, tidak hanya aku yang merasa tersentil dengan cuitan tersebut, Di kolom komentar, banyak mahasiswa yang merespons dengan geram. Pengirim itu sudah menabuh genderang perang dan disambut hangat oleh warga UNS Menfess.

Dari sekian jabatan yang ada, sekretaris dan bendahara—menurutku—adalah jabatan terberat. Sekretaris berkewajiban menyusun proposal awal, LPJ, dan press release. Proposal awal bisa sampai 70–80 halaman, LPJ bisa sampai 90–100 halaman. Sementara itu, bendahara harus menyusun SPJ yang bisa mencapai ratusan halaman, belum lagi mengunggah nota ke web yang amat banyak. Pemegang jabatan ini harus bersusah payah menyusun lalu bolak-balik konsultasi ke reviewer untuk mendapat persetujuan. Mereka harus mengerjakan itu di samping menyusun laporan individu seperti logbook dan resume. Jangan lupa juga mengenai partisipasi mereka di posko dan proker anggota lain.

Menilik tanggung jawab sekretaris dan bendahara yang luar biasa ini, rasanya menyakitkan ketika melihat cuitan sender di UNS Menfess. Terlebih, aku merasakan sendiri betapa beratnya menjadi sekretaris. Dari awal, aku harus ngoyak-ngoyak anggota untuk meminta verifikasi program kerja. Menyebalkannya, ada anggota yang menunda-nunda untuk menjawab. Ada pula yang lebih mengesalkan, yaitu mendengar jawaban, “Mbuh i to,” atau “Aku lali.” atau “Gawenen sak-sakmu, aku manut wae.”. Sekretaris bukan Tuhan. Sekretaris tak selalu tahu detail keberjalanan prokermu. Jadi, jika tak ada komunikasi, bagaimana sekretaris bisa melaporkan pertanggungjawabanmu? Tinggal jawab aja kok susah betul, padahal itu kan prokermu. Wong ini juga demi nilaimu.

Selanjutnya, mengenai kesibukan. Memang betul setiap orang memiliki kesibukan. Sekretaris dan bendahara juga merasakan kesibukan yang lain. Misalnya saja bagi warga FKIP. Setelah KKN, ada PLP. Sekretaris dan bendahara masih harus menyusun LPJ-SPJ sepulang mengajar. Belum lagi, mereka yang dikejar-kejar deadline seminar proposal oleh prodi. Belum lagi yang masih nyambi kerja. Kesibukannya jadi berlipat-lipat. Namun, sekretaris dan bendahara masih bisa menyusun LPJ-SPJ, padahal mereka sesibuk ini lho. Setelah selesai menyusunnya pun mereka yang harus menemui reviewer yang sulit ditemui atau menunggu berjam-jam untuk giliran konsultasi. Anggota kelompok biasanya tak acuh. Itu kan tugas sekretaris-bendahara, katanya. Wah, sibuk banget ya jadi sekretaris-bendahara.

Ekhem. Cuitan sender yang menyinggung kesibukan—menurutku—hanyalah cara dia lari dari tanggung jawab. Padahal, LPJ dan SPJ merupakan tanggung jawab bersama. Rincian prokermu ada di sana. Artinya, setiap anggota memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan bagiannya. Jika tak bisa membantu, setidaknya ucapkan maaf dan beri semangat, bukannya mengolok-olok orang yang bersedia menjabat sebagai sekretaris dan bendahara di kelompok KKN. Untuk sender, semoga segera tobat dan introspeksi diri, deh! Jangan cuma bisa nyinyir dan ghosting! Syukur-syukur setelah dirujak di UNS Menfess dan setelah tulisan ini tayang, sender—dan spesies seperti sender—sudah sadar dan bergegas membantu sekretaris-bendaharanya.

Penulis: Tamara Diva Kamila

Editor: Sabila Soraya Dewi