Ketika Teknologi Mengubah Kebiasaan

Salah seorang teman bilang, “Kangen saat belum ada Facebook, ketika teman mengetahui ulang tahun kita bukan dari notifikasi.”

Tak salah apabila ada pepatah bahwa teknologi itu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Mulai dari jamannya radio, televisi, telepon, hingga sekarang era internet. Manusia sebagai subjek yaitu pengguna teknologi, ‘diwajibkan’ untuk senantiasa mengikuti perkembangannya. Sehingga disadari atau tidak penggunaan teknologi itu menimbulkan jarak antara sesama manusia sebagai makhluk sosial.

Bermula dari televisi yang mencuri waktu berkumpul keluarga. Benda kotak tersebut mengalihkankegiatan mengobrol, bercanda, berdiskusi bersama keluarga. Terlebih pada waktu prime time yaitu saat sore hari dimana keluarga bersantai di rumah, adalah saat televisi dihidupkan dan komunikasi menjadi terbatas.

Kemudian muncul telepon yang membuat komunikasi tidak banyak basa-basi. Ketika berbicara di telepon orang akan secara langsung mengungkapkan apa yang mereka ingin katakan. Bahkan cara berkomunikasi melalui telepon secara singkat terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Berbeda dengan surat yang menggunakan sapaan dan salam terlebih dahulu, kemudian ada pembukaan, serta pilihan kata yang digunakan lebih bervariasi.

Akhirnya saat ini sampai pada masa kejayaan internet. Pertumbuhan teknologi inilah yang mempercepat pertumbuhan penggunaan jejaring sosial semacam Facebook dan Twitter. Rupanya kebutuhan dasar Maslow yang terakhir yaitu aktualisasi diri, dapat terwakili melalui situs jejaring tersebut. Bahkan Indonesia menjadi pengguna Facebook tertinggi ketiga di dunia (antaranews.com). Dicontohkan bahwa suami istri yang duduk pada satu meja bisa tidak saling memperhatikan karena konsentrasi pada telepon seluler masing-masing.

Tak hanya kebiasaan komunikasi yang dapat berubah karena jejaring sosial, tapi kebiasaan politik dan sosial pun demikian. Dari mulai dukungan untuk Bibit-Chandra yang digalang melalui Facebook, koin untuk Prita, hingga dukungan untuk Pulau Komodo. Tak hanya dari satu lini, tapi teknologi mengubah kebiasaan dari semua lini.

Hal-hal seperti itulah yang kemudian mengubah kebiasaan kita. Teknologi menjadi harga wajib untuk keberlangsungan hidup di masa sekarang. Namun kadang kita perlu kembali ke masa lalu, saat kebersamaan tidak hanya sebatas lewat telepon atau grup di jejaring sosial. (Ayu Ahsanu Amala)