Kelompok KKN 75 UNS : Cegah Stunting Melalui Parenting PMBA DAN MPASI serta Rumah Bebas Asap Rokok

1

Senin (5/8), Kelompok KKN 75 UNS mengadakan pembinaan dan sosialisasi terkait pencegahan stunting melalui parenting PMBA & MPASI serta Rumah Bebas Asap Rokok di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Program kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran orang tua terkait pola asuh yang benar dalam orientasi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) dan Makanan Pendamping Asi (MPASI) serta bahaya merokok di dalam lingkungan rumah. Pembinaan diikuti oleh ibu hamil atau ibu dengan resiko anak stunting yang berasal dari perwakilan 21 RW di Kelurahan Gilingan. 

Lurah Gilingan, Priadi S.Sos, berharap kegiatan sosialisasi yang dilakukan Kelompok KKN 75 UNS terkait pola pengasuhan dalam upaya pencegahan stunting dapat meningkatkan pemahaman orang tua tentang pemberian gizi pada anak balita. Selain itu, beliau berpesan untuk bersama-sama mengurangi angka stunting di Kelurahan Gilingan Surakarta. 

Bersamaan dengan peringatan Hari Gizi Nasional 2024, Kelompok KKN 75 UNS memberikan nasi telur untuk memenuhi kebutuhan gizi harian baduta dan balita sekitar 8 gram. Sosialisasi ini mengundang narasumber dari Yayasan KAKAK, Noor Hidayah atau kerap disapa Nung, sebagai praktisi PMBA dan MPASI dengan memberikan materi seputar 3 Pilar Keberhasilan Pemberian Makan Bayi dan Anak yang meliputi faktor makanan, faktor anak, dan faktor cara pemberian makan. 

Noor mengingatkan kepada ibu hamil dan ibu dengan anak stunting untuk memperhatikan 7 faktor pemberian makan kepada bayi dan anak yaitu usia, frekuensi, jumlah makanannya, menjaga tekstur, variasi, responsif aktif, dan menjaga kebersihan makanan. Menurutnya MPASI sebaiknya diberikan saat sudah genap berusia 6 bulan dan berasal dari makanan yang mengandung protein hewani, salah satunya yang mudah untuk dicari yaitu telur ayam. Adapun unsur makanan lain yang harus terpenuhi yaitu buah dan sayuran vitamin A dan C serta kacang-kacangan dan biji-bijian seperti jagung, umbi-umbian, sagu, gandum dll. 

Namun, sering kali ditemukan masyarakat dan orang tua yang masih abai mengenai gizi makanan yang dikonsumsi balita. Tak jarang mereka justru memberikan makanan cepat saji pada balita tanpa memperhatikan dampak pada tumbuh kembangnya. 

“Pada faktor pemberian makan, bayi belum bisa bicara jadi belum bisa menjelaskan maunya makan apa. Oleh sebab itu, orang tua perlu menciptakan bonding untuk lebih memahami perilaku anak, bukan hanya dugaan orang tua,” tutur Noor.

Orang tua juga diharapkan mempunyai kepekaan terhadap tingkah laku balita saat menangis dan GTM (Gerakan Tutup Mulut) melalui responsive feeding. Responsive feeding sebagai pemberian respon orang tua terhadap balita ketika terdapat tanda butuh makan, lapar, hingga tanda balita ingin berhenti makan. Noor Hidayah mengatakan jika orang

tua perlu sabar dan fokus belajar memahami anak serta tidak memaksa ataupun marah agar tidak meninggalkan trauma pada anak. 

Ketua Kelompok KKN 75 UNS, Kharim Janu Purnama, mengungkapkan bahwa sosialisasi gerakan Cegah Stunting (CETING) sebagai bentuk pembelajaran inspiratif bagi ibu hamil dan ibu dengan balita berisiko stunting supaya dapat menghindari gizi buruk. Janu berharap dengan adanya sosialisasi ini dapat memberikan motivasi bagi orang tua agar memperhatikan kandungan gizi pada makanan yang diberikan. 

Program kerja sosialisasi pencegahan stunting tersebut sebagai upaya mahasiswa Kelompok KKN 75 UNS dalam memberikan kontribusi positif pada masyarakat di Kelurahan Gilingan sehingga kegiatan ini dapat bermanfaat dan menyadarkan peran orang tua mengenai pentingnya pemenuhan gizi anak terhadap pertumbuhan dan perkembangannya 

Penulis : Humas KKN 75 Gilingan 

Editor : Dhiazwara Yusuf Dirga A