Katanya Rumah Kedua, tetapi Kosku Malah Jadi Sarang Pencuri

2

Dora, sebut saja begitu, netranya memindai pantulan outfit yang dikenakannya di cermin, tetapi kepalanya membayangkan apa yang akan dilakukannya nanti. Seharian tidak keluar kos, jam 12 siang harus ke kampus demi revisi tugas. Jadi, dia keluar kamar, lalu memperhatikan rak sepatu yang menempel di dinding. Bagus, flat shoes tidak ada di tempatnya, itu sudah kedua kalinya sepatunya dicuri. Dia bertanya-tanya, siapa Swiper si pencuri sepatu?

Pencurian di kos, khususnya kos-kosan pelajar bukanlah fenomena baru, tetapi masalah ini kurang mendapat perhatian, baik dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Minimnya penelitian terhadap kasus ini menunjukkan bahwa pencurian di kos sering kali dianggap sebagai masalah kecil atau insiden pribadi, padahal karakteristiknya cukup berbeda dari pencurian pada umumnya. Untuk memperdalam pemahaman mengenai pola dari kasus ini, penulis melakukan observasi terhadap enam mahasiswa UNS yang pernah mengalami atau memiliki keterkaitan dengan pencurian di kos mereka. 

Sepatu yang Dicuri Dua Kali

Sepatu yang dicuri di kost, Foto: Raihan Tegar/LPM Kentingan

Kasus pertama adalah kasus pencurian yang dialami oleh Dora (nama samaran), mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2023. Dora pertama kali kehilangan sepatu pada akhir tahun 2023. Kemudian, sepatunya yang lain kembali hilang saat ia hendak ke kampus pada siang hari di awal tahun 2024. 

Laptop yang Hilang dan Ditemukan dalam Satu Hari

Pencurian yang dialami oleh Tico (nama samaran), mahasiswa Sastra Inggris angkatan 2022, terbilang cukup unik. Kunci kamar Tico yang menjadi satu dengan gantungan kunci motor hilang pada 28 Mei 2024. Esoknya, ia membuat kunci cadangan. Malamnya, Tico keluar dan mengunci kamar untuk mencari makan. Namun, saat kembali, ia mendapati bahwa kamarnya sudah tidak terkunci dan laptopnya telah hilang. Salah satu temannya mengaku bahwa ia sempat melihat pria berhelm hitam yang membawa tas kecil saat ia dan penghuni lainnya berada di lobi. Jika memang pria itu pelakunya, ada dua hal yang menjadi perhatian: pertama, ia membawa tas kecil, sementara itu laptop yang hilang berukuran cukup besar; kedua, ia bisa saja nekat, tetapi dia tetap akan berpapasan dengan penghuni lobi. Jadi, kemungkinan laptop Tico masih disembunyikan di kos. Benar saja, setelah mengecek gudang yang tak jauh dari kamar Tico, mereka menemukan laptop yang tersembunyi di bawah barang-barang. Setelah kejadian itu, pihak pemilik kos barulah memasang CCTV, padahal sebelumnya pernah ada kasus pencurian laptop.

Satu HP dan Tiga Laptop Seharga Mobil yang Raib

Kasus yang menimpa Diego (nama samaran), mahasiswa Teknik Kimia angkatan 2022, dan kedua temannya cukup membuat ngilu. Pasalnya, barang yang hilang adalah satu ponsel dan tiga laptop yang dikatakan seharga mobil. Mereka meninggalkan kos selama sekitar dua jam dalam keadaan hanya pintu utama kos yang dikunci, sementara dua kamar tempat barang-barang itu tidak. Ketika kembali, pintu sudah terbuka dengan isi lemari yang berantakan.

Iphone 12 Pro yang Menyebabkan Trauma

Pencurian Hp Iphone, Bikin Trauma, Foto: Raihan Tegar/LPM Kentingan

“Traumatis.”, begitulah ungkapan Pearl (nama samaran), mahasiswa Ilmu Fisika angkatan 2023. Ia hanya meninggalkan kamarnya selama sepuluh menit ke kamar mandi dalam keadaan pintu kamar yang sedikit terbuka, tetapi begitu kembali, ponsel yang awalnya ia cas sudah menghilang. 

Laptop yang Hilang Padahal Pintu Sudah Dikunci

Laptop yang hilang, padahal kost dikunci, Foto: Raihan Tegar/LPM Kentingan

Waspada saja tak cukup, probabilitas juga harus dipertimbangkan. Sandy (nama samaran), mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2022, sudah mengunci pintu kamarnya, tetapi sepulang kuliah ia menemukan pintu kamarnya yang sudah terbuka dan laptopnya menghilang. Kos tempatnya tinggal memiliki pintu depan yang juga selalu dikunci, jadi ada kemungkinan bahwa pelakunya adalah pihak internal. 

Laptop Asus dan Kasus Kehilangannya

Boots (nama samaran), mahasiswa Ilmu Sejarah angkatan 2022, harus menahan kesedihan dan kemarahannya akibat hilangnya laptop bermerek Asus miliknya. Saat itu, sekitar pukul 10-12 siang, keadaan kos begitu sepi, sementara pintu kamarnya terbuka dikarenakan kurang teliti dalam menutup pintu.

Berdasarkan kelima kasus yang dijabarkan dapat dirumuskan bahwa terdapat dua faktor utama terjadinya pencurian di kos-kosan, yakni kesempatan yang lebih banyak dan keamanan yang lemah.

Kesempatan yang Lebih Banyak

Kos-kosan yang menjadi tempat bernaung dari berbagai kalangan penghuni. (06/12/2024) Foto: Risma Salsabila Foresty/LPM Kentingan

“Makin berisiko sebuah tempat, maka makin netral kejadiannya”, mungkin tepat untuk menggambarkannya. Kos-kosan merupakan tempat bernaung berbagai jenis penghuni dengan latar belakang dan tujuan yang berbeda. Banyaknya orang yang menghuni sebuah tempat seharusnya membuat pelaku kejahatan merasa khawatir akan risiko yang mungkin terjadi. Namun, justru dengan banyaknya orang, terlebih dengan kepentingan yang berbeda dan kelonggaran ikatan sosial yang lebar, akan meningkatkan kenetralan atau kekaburan kejahatan dikarenakan banyaknya distraksi. Jika kasus pencurian pada satu rumah menekankan pengejaran pelaku yang jelas meninggalkan lokasi, kasus pencurian di kos akan lebih membingungkan karena cenderung berputar di orang-orang di bawah atap yang sama.

Kesempatan ini juga tertuju pada bagaimana individu bersikap terhadap barang pribadi dan tempat tinggalnya. Berdasarkan kasus Dora yang meletakkan sepatunya di depan kamar padahal sudah ada pencurian sebelumnya, kasus Diego di mana ia membiarkan pintunya tak dikunci, kasus Pearl yang meninggalkan pintu kamarnya sedikit terbuka, serta kasus Boots di mana ia tidak teliti dalam menutup pintunya menunjukkan bagaimana penghuni kos cenderung merasa santai terhadap lingkungan yang ditempatinya. Kos-kosan yang sering kali diasosiasikan sebagai rumah kedua membuat para penghuni tidak menanam kewaspadaan tinggi meski dasarnya kos-kosan adalah tempat umum.

Mobilitas penghuni kos yang tinggi pun meningkatkan kesempatan pencurian. Rata-rata penghuni kos, terkhususnya mahasiswa, membuat pelaku bisa saja memantau kekosongan kamar kos untuk memudahkan pelancaran aksinya. Seperti pada  kasus Dora, di malam ketika kemungkinan pencurian terjadi, ia mematikan lampu kamarnya, padahal biasanya ia membiarkan lampu itu menyala semalaman. Kemungkinan, pelaku telah mengenal pola kebiasaan kamarnya dan memperkirakan bahwa Dora pergi. Penghuni kos yang umumnya memiliki ponsel dan laptop, ditambah dengan kompleksitas pencurian di kos-kosan dan ketidakwaspadaan penghuni tentu menjadikan kos-kosan sebagai lahan harta karun.

Keamanan yang Lemah

CCTV yang menjadi keamanan bagi lingkungan sekitar. (03/12/2024) Foto: Risma Salsabila Foresty/LPM Kentingan

Ini adalah masalah sistem yang seharusnya menjadi prinsip utama di sebuah tempat, khususnya kos-kosan. Berdasarkan kasus-kasus di atas, ditunjukkan bahwa sistem keamanan seperti CCTV dan kunci tidak dipandang serius oleh pemilik kos-kosan. Kelima kasus menunjukkan keabsenan CCTV pada bangunan kos-kosan. Berdasarkan kasus Boots, CCTV baru dipasang setelah laptopnya dicuri. Selain itu, akses kunci seperti pada kasus Sandy di mana ia menuturkan bahwa terdapat kunci ganda untuk gerbang kos sehingga orang selain penghuni kos dapat masuk serta kasus Tico di mana kunci kamarnya sempat hilang menunjukkan rendahnya aturan dan keamanan kunci.

Selain itu, reaksi pemilik kos terhadap pencurian juga cenderung rendah, seperti pada kasus Dora dan Tico.  Ketika Dora meminta pemilik kosnya untuk menindaklanjuti kasusnya, sang pemilik justru angkat tangan dan ingin meminta bantuan orang lain yang nyatanya tak kunjung ada. Kemudian, pada kasus Tico, CCTV baru dipasang setelah laptopnya sempat dicuri, padahal dulunya sempat ada pencurian laptop yang berakhir tak kembali dan pencuri pun tidak ditemukan.

Kesimpulan yang bisa ditarik dari fenomena ini adalah pencurian di kos-kosan cenderung dilihat sebagai keteledoran dibandingkan kriminalitas. Kumpulan barang berharga di tempat dengan keamanan yang rendah seperti sudah menjadi keadaan umum di dunia kos-kosan. Dampaknya, ketika pencurian terjadi, trauma akan menghantui individu. Tidak hanya soal harga dari barang yang dicuri, tetapi untuk kegunaan utama sendiri, seperti sepatu yang digunakan untuk berangkat kuliah dan barang elektronik seperti ponsel dan laptop, yang digunakan untuk menyimpan banyak dokumen penting, semuanya adalah fungsi-fungsi dalam mendukung studi individu. Hal ini membuat kriminalitas berupa pencurian di kos akan memberikan luka atas hilangnya fungsi-fungsi dan data tertentu yang seharusnya digunakan dalam meningkatkan kesejahteraan hidup korban.

Melihat kasus pencurian di kos-kosan yang terus subur, sangat diperlukannya peningkatan kewaspadaan individu dalam menjaga keamanan tempat tinggalnya dan kepemilikan barangnya. Kemudian, pemilik kos-kosan harus tegas dan serius dalam membentuk sistem keamanan di kos-kosan. Terpenuhinya dua hal tersebut, diharapkan kasus-kasus ini tidak terjadi lagi sehingga kesejahteraan penghuni kos dapat tercapai.

Penulis: Farah Ika Melati

Editor: Lutfiyatul Khasanah