Ilustrasi: Azzahra Healtiane Nuryanta/ LPM Kentingan

KARTINI, INSPIRASI WANITA MASA KIN

Raden Ajeng Kartini merupakan sosok tangguh emansipasi dan pencetus kesetaraan gender bagi masyarakat Indonesia. Semangat juang Raden Ayu (R.A.) Kartini untuk menyejahterakan dan menjunjung tinggi derajat perempuan sangat besar. Meskipun hanya mengenyam bangku pendidikan sampai usia 12 tahun, R.A. Kartini tidak pernah berhenti dalam belajar. Kartini mendobrak stigma bangsa yang menganggap bahwa perempuan merupakan makhluk kasta terendah.

Pada zaman dulu, perempuan didiskriminasi dalam sosial masyarakat karena perannya yang hanya di dapur, sumur, dan kasur. Pemahaman ini lantas membuat perempuan menjadi kehilangan haknya untuk bersuara. Perempuan seakan-akan dipenjara dalam ruang sempit yang diciptakan agar selalu patuh kepada kaum laki-laki. Keberadaannya dianggap tidak memiliki peran besar dalam kehidupan masyarakat. R.A. Kartini hadir sebagai pencerah sekaligus pejuang wanita agar perempuan Indonesia setara kedudukannya dengan laki-laki sehingga memiliki hak belajar dan bersuara yang sama.

Dahulu, R.A. Kartini sering mengirim surat kepada sahabat penanya di Belanda. R.A. Kartini berbagi pandangannya mengenai nasib perempuan-perempuan seperti dirinya. Surat-surat yang ditulisnya untuk sahabat penanya di Belanda juga berisi pemikiran-pemikiran tentang pendidikan wanita. Hal ini lantas membuat para sahabat pena R.A. Kartini pun turut prihatin dengan kondisi ketidaksetaraan yang dialaminya.

Setelah R.A. Kartini meninggal, pemikiran tentang perempuan di Indonesia mulai banyak menjadi pembicaraan. J.H. Abendanon yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda mulai mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A. Kartini ketika ia aktif mengirimkan surat-surat yang berisikan pemikirannya kepada sahabat-sahabat yang berada di Eropa. Akhirnya, disusunlah buku yang awalnya berjudul “Door Duisternis tot Licht” kemudian diterjemahkan menjadi judul “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang terbit pada tahun 1911.

Buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” banyak mengubah pemikiran masyarakat Belanda tentang wanita pribumi. Hal inilah yang akhirnya membuat R.A. Kartini diabadikan sebagai salah satu pahlawan nasional yang dikenal memperjuangkan hak wanita. Perjuangan R.A. Kartini pada masa itu sungguh sangat berdampak baik bagi nasib perempuan masa sekarang.

Saat ini, sosok R.A. Kartini mulai tumbuh dalam jiwa-jiwa baru, para perempuan Indonesia masa kini. Semangat juang yang ditunjukkan R.A. Kartini menular hebat kepada para perempuan dan dibawa dalam kehidupan sehari-hari. Tajuk emansipasi dan kesetaraan perempuan tidak hanya menjadi omong kosong belaka, tetapi telah menyatu dalam aktivitas sehari-hari. Semangat R.A. Kartini tak pernah mati seperti raga yang telah terpendam abadi dalam bumi. Kini, banyak tumbuh perempuan-perempuan hebat yang berdedikasi dan menjalankan peran pada jalannya masing-masing. Tidak peduli apa yang telah dilalui, tak peduli apa masa depan yang akan dilalui, semua perempuan hebat. Entah itu seorang wanita karir hingga ibu rumah tangga, semua sama hebatnya. Mereka berjalan pada garis takdir masing-masing dengan penuh semangat dan tanggung jawab yang selalu menyertai. Menjadikan semangat R.A. Kartini sebagai “pecutan” diri untuk menjadikan hidup yang lebih baik.

Penulisan: Azzahra Healtiane Nuryanta

Editor: Rizky Fadilah