Ilustrasi: Faiz Aulia Rahman/LPM Kentingan

Kampus Kebumen dan Akreditasinya: Sebuah Dramaturgi yang Tak Kunjung Usai

Seperti drama media sosial yang terjadi di era digital ini—mungkin karena saya seorang Generasi Z yang tidak bisa lepas dari hiruk pikuk media sosial— kejadiannya bermula saat saya sedang asyik menggulirkan layar gawai. Mata saya tertuju pada unggahan Dies Natalis Universitas Sebelas Maret ke-46 di akun Instagram resminya, @uns.official.

Berita mengenai Jokowi yang didapuk meresmikan “menara ikonis UNS” yang sampai sekarang masih menuai banyak kritikan utamanya dari mahasiswa memenuhi beranda saya. Tidak mau kalah saing, Instagram @unsgo ikut mewartakan kehadiran air mancur yang baru saja dibangun di gerbang baru kampus pusat. Sebagai bagian dari warganet yang kerap penasaran dengan komentar mereka, saya iseng membuka kolom komentar di unggahan tersebut. Memang sih, kebanyakan isinya ucapan selamat untuk UNS atas hari jadi yang ke-46 atau cerita nostalgia manis para alumni yang pernah menjadi bagian dari UNS. Namun, seperti sebuah topeng pertunjukan yang memiliki dua sisi, perkara ini pun memiliki sisi yang tak nampak di arena.

“Kapan ya PGSD UNS Kampus Kebumen dikayakginiin?” tulis salah satu akun instagram di kolom komentar @unsgo. “Di kampus pusat lah, masa di kampus cabang,” tulis pengguna lain. “Mungkin tunggu dikunjungi dulu sama Pak Jokowi, baru dibetulkan,” pungkas akun lain.

Dramaturgi kampus cabang yang kerap “dianaktirikan” ini sebenarnya bukan dongeng baru di kampus yang katanya menuju World Class University. Mengingat UNS kini menyandang predikat PTN-BH, seyogianya mempunyai otoritas lebih dalam mengelola kampus. Rasanya sungguh ironis bila kampus ini tidak menilik keadaan dari kampus-kampus cabang, baik dari segi fasilitas maupun akreditasi. Saya yakin, mahasiswanya sendiri acapkali luput mengetahui bahwa UNS memiliki tidak hanya satu, tetapi delapan kampus cabang. Apabila kamu masih tidak kenal dengan salah satu dari kampus cabang UNS yang jumlahnya kian bertambah, mari saya perkenalkan dengan salah satu pemeran dalam cerita ini—UNS Kampus VI PGSD Kebumen.

Babak 1: Mempersiapkan Akreditasi Kampus PGSD Kebumen

Kampus paling jauh dari Surakarta ini memiliki akreditasi yang mengikuti akreditasi Kampus Kleco dengan indeks A. Dengan kata lain, Kampus Kebumen masih harus dikawal dan dibimbing dalam mendapatkan akreditasinya sendiri. Ketiadaan akreditasi yang dipegang mandiri oleh Kampus Kebumen seharusnya segera diurus. Bagaimanapun, akreditasi A yang disandang oleh Kampus Kleco tidak sama dengan Kampus Kebumen.

Untuk mempersiapkan akreditasi, pihak BAN-PT akan mengimbau kampus untuk mengisi borang yang berfungsi sebagai gambaran kualitas kampus. Borang program studi mendapatkan nilai paling tinggi, yaitu 75 persen, evaluasi diri dari program studi mendapat porsi 10 persen, dan portofolio fakultas atau sekolah tinggi 15 persen. Selain itu, terdapat tujuh standar instrumen yang menjadi acuan di akreditasi BAN-PT. Standar yang pertama adalah Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian yang mencakup 2,62 persen penilaian. Standar kedua adalah Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan, dan Penjamin Mutu yang mencakup persentase paling besar dari keseluruhan nilai, yakni 26,32 persen. Beberapa pertimbangan dalam memperoleh akreditasi program studi, yaitu:

  1. Mahasiswa dan lulusan dengan persentase nilai 13,16%;
  2. Sumber daya manusia dengan persentase 18,42%;
  3. Pembelajaran dan suasana akademik 7,89%;
  4. Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi yang mengambil 18,42% bagian dari penilaian keseluruhan;
  5. Penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama yang mendapat porsi 13,16%.

Babak 2: Keadaan Kampus PGSD Kebumen Di Mata Mahasiswa

Sayangnya, data di lapangan menunjukkan ketimpangan standar tersebut, terutama dari segi sarana dan prasarana yang kurang atau bahkan tidak diperhatikan di Kampus Kebumen. “Dulu sebelum direnovasi, bangunannya jujur aja lebih bagusan SD sebelah daripada PGSD Kebumen,” kata Ayu, seorang mahasiswa PGSD Kebumen.

“Memang sudah dilakukan beberapa renovasi untuk ruang kelas, aula, dan ruang sekretariat UKM. Namun, untuk fasilitas-fasilitas lain seperti toilet, kantin, lapangan, dan tempat parkir masih kurang. Kita juga kerap kesulitan dalam mendapatkan proyektor untuk keperluan kuliah, sampai harus pinjam ke SD sebelah,” lanjutnya.

Senada dengan pernyataan tersebut, Ketua Himpunan Mahasiswa PGSD Kebumen, Gayuh, turut mencurahkan perasaannya mengenai kondisi Kampus Kebumen saat ini. “Jika ada sarana dan prasarana yang rusak, tidak bisa langsung diperbaiki oleh pihak kampus sendiri. Aturannya harus dibawa ke pusat terlebih dahulu dan untuk pengajuan perbaikannya susah. Ketika kita meminta perbaikan 10 buah proyektor yang dikirim kembali dalam keadaan sudah diperbaiki paling hanya 3-4 buah.”

Tidak hanya itu, ia juga menuturkan bahwasanya untuk koleksi buku sebagai penunjang pembelajaran yang ada di ruang baca masih kurang lengkap. Untuk menunjang pembelajaran, dari pihak himpunan juga pernah mengajukan ke pusat agar mengadakan wifi di beberapa titik tempat kegiatan mahasiswa, tetapi belum juga disetujui.

Babak 3: Mengapa Akreditasi Kampus Kebumen Penting?

Saya sampai greget mendengarkan cerita-cerita teman saya dari Kampus Kebumen. Sungguh disayangkan sekali, mengingat salah satu pertimbangan PTN-BH adalah akreditasi, seharusnya akreditasi di kampus-kampus cabang juga harus diperhatikan. Dengan banyaknya fasilitas yang belum terpenuhi ini, tentunya bisa menghambat proses akreditasi di Kampus Kebumen. Apalagi, akreditasi ini sangat penting karena berkaitan dengan cerminan proses dan penilaian kualitas pendidikan. Melihat keadaan Kampus Kebumen yang masih kurang lengkap dari segi sarana dan prasarana, terutama alat-alat pendukung pembelajaran, sudah saatnya UNS berkaca dan mulai membenahi fasilitas di kampus-kampus cabang. Sebab, dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, performa mahasiswa-mahasiswi Kampus Kebumen dalam kegiatan akademiknya juga akan meningkat.

Tidak cukup demikian, dampak terhadap akreditasi ini tidak hanya mempengaruhi mahasiswa yang masih aktif berkuliah, tetapi mempengaruhi mahasiswa yang nantinya lulus dari kampus cabang. Kehadiran akreditasi kampus yang baik sangat diperlukan bagi alumni yang ingin melamar pekerjaan di institusi pemerintahan, BUMN, perusahaan swasta atau multinasional. Perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga tersebut pastinya ingin menjaga kualitas dari pegawai-pegawainya. Maka dari itu, salah satu cara yang paling mudah untuk mengecek kredibilitas pendidikan pegawainya adalah dengan menggunakan akreditasi kampus. Biasanya, perusahaan akan memberi batasan akreditasi perguruan tinggi atau jurusan dengan minimal akreditasi B.

Soalnya jujur saja, tidak lucu rasanya bila melihat komentar calon mahasiswa UNS di media sosial dengan semangat berkata, “Halo UNS, aku ingin memantaskan diri.” Sementara kampusnya sendiri justru tidak sudi memantaskan diri sebagai lembaga pendidikan calon mahasiswa tersebut. Dengan diadakannya pembelajaran hybrid oleh Kampus Kebumen, belum lagi adanya wacana akan dibuka pendidikan S-2 PGSD Kebumen, saya rasa perbaikan dan pengadaan fasilitas yang layak di Kampus Kebumen harus jadi prioritas utama.

Melihat keadaan Kampus Kebumen yang kurang atau bahkan tidak memuaskan, semoga saja suara mahasiswa di Kebumen bisa didengar dari lantai 11 Gedung Ki Hajar Dewantara. Ada harapan besar di benak mahasiswanya agar segera berbenah dan mulai memperhatikan kampus-kampus cabang. Sebelum merambah dan membuka kampus cabang baru, alangkah eloknya jika UNS dapat meninjau kembali fasilitas-fasilitas di kampus-kampus cabang, terutama dari segi akreditasi. Rasa-rasanya tidak perlu berlomba membuka kampus cabang di Jakarta kalau ujung-ujungnya bernasib sama seperti kampus cabang pada hari ini —anak tiri yang tumbuh tak kasatmata— dibayang-bayangi “Menara 11” nan megah yang menjulang di kampus pusat dengan embel-embel akreditasi A. Melihat fakta di lapangan, hal ini belum sepenuhnya merata di kampus cabang lainnya.

Penulis: Jasmine Putri Lintang Sagara Dewi

Editor: Rizky Fadilah