Ilustrasi: Faiz Aulia Rahman/LPM Kentingan

Kampus Cabang: Beginikah Rasanya “Dianaktirikan”?

Universitas Sebelas Maret (UNS) lagi-lagi memanjakan para penghuni kampus pusat dengan suasana baru. Namun, bagaimana dengan beberapa kampus yang tidak melewati gerbang Kentingan? Apakah hanya dihadiahi dengan foto-foto, berita-berita kebanggaan atau pencapaian, ataukah juga akan diberikan sebuah kemajuan dengan memberikan yang katanya “sempat tertunda?”

Universitas Sebelas Maret terus tumbuh dan berkembang dengan memajukan infrastruktur serta sederet pencapaian yang selalu diberitakan di berbagai lini media sosial. Di balik hal tersebut apakah kata “tumbuh dan berkembang” sudah bisa dikatakan untuk kampus UNS secara merata? Atau malah hanya tumbuh dan berkembang pada kampus pusatnya saja. Kampus cabang sekitarnya saja tak jarang “tidak dianggap”. Konon katanya akan segera menyusul di kampus pusat, sampai lama kelamaan tertinggal dan akhirnya terlupakan.

 

Tumbuh dan Berkembang yang Selalu Terpampang

Lagi-lagi frasa tumbuh dan berkembang jadi sebuah kata kunci. Namun, rasa-rasanya tidak untuk kampus cabang. Sebelum membahas lebih jauh, mari kita apresiasi bahwa kondisi ini tidak terjadi pada semua kampus cabang, Kampus Manahan misalnya.  Sayangnya, lebih banyak kampus cabang tertinggal daripada mereka yang sudah berkembang. Sebut saja apa yang tertinggal itu infrastrukturnya karena hal tersebut yang sangat terlihat dan dirasakan para mahasiswa.

Lalu, bagaimana solusi dalam mengatasi frasa “tumbuh dan berkembang?” Oh, apa mungkin dengan membuka cabang baru di Ibu Kota dengan dua program studi yang memiliki banyak peminat yang digadang-gadang pula menorehkan biaya mencapai 50 miliar? Lantas sayup terdengar tujuan dari dibukanya kampus cabang yang berada di Ibu Kota adalah untuk memfasilitasi alumni UNS yang berada di Jakarta. Tujuan lainnya, kampus cabang baru akan terbuka bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya untuk berkuliah di UNS tanpa tinggal di Surakarta.

Alih-alih membuka cabang baru di Ibu Kota, apakah tidak lebih baik memperbaiki kampus cabang yang berada di sekitarnya? Melihatnya terbengkalai dirasa sangat kurang efektif untuk membangun cabang baru di Jakarta. Lihat saja dari segi infrastrukturnya, baik infrastruktur keras maupun infrastruktur keras nonfisik. Terlihat masih banyak yang kurang memadai, bahkan karena lambatnya penanganan membuat itu semua kurang berfungsi dengan baik. Tak jarang para mahasiswa kampus cabang bergumam, “Memang apa yang salah dari kampus cabang sampai-sampai infrastrukturnya sangat beda dengan kampus pusat?”

 

Menilik yang Katanya Kampusku

“Awal menuju Kampus Cabang Ngoresan biasa saja malah dipenuhi dengan penjual sampai-sampai tidak sadar kalau sudah berada di sana, karena jika dilihat dari luar seperti bukan bangunan kampus,” ucap salah satu mahasiswa yang menemani survei ke Kampus Ngoresan. Dilihat dari segi bangunan pun banyak yang sudah tidak terawat selama pandemi. Hal ini membuat Kampus Ngoresan seperti alam liar yang sejuk.

Jika teman-teman duduk dekat lapangan tenis yang mengarah ke lapangan sepak bola akan dengan jelas melihat domba-domba berlarian ke sana kemari mencari rerumputan segar. Apabila masuk lebih dalam lagi akan membuat mimik wajah berubah karena terdapat gedung yang atapnya sudah roboh, fasilitas yang berada di luar rusak, dan banyak coret-coretan pilox di dindingnya. Seakan gedung kampus ini sudah tidak berfungsi lagi, belum halaman belakang ruang kelas yang banyak ditanami tanaman liar dan mungkin kembali lagi karena efek pandemi. Gedung tak berpenghuni yang hanya ditempati satpam membuatnya sedikit lebih jauh dari kata terawat. Padahal, Kampus Ngoresan adalah kampus yang paling dekat dengan kampus pusat di Kentingan.

“Ketika memasuki Kampus Mesen bersyukur karena tempatnya terawat tidak seperti di Kampus Ngoresan. Hanya saja cari air di sini susah dan tempat untuk ibadah harus meminjam ruang dosen karena belum ada tempat ibadahnya,” ujar teman mahasiswa Kampus Mesen. “Berharap kampus menyediakan tempat ibadah di Mesen walau kecil pun nggak masalah setidaknya tidak harus numpang ke ruang dosen,” sambungnya.

Untuk Kampus Kleco, dari luar tidak terlihat begitu jelas kalau ternyata di sebelah timur Solo Square terdapat bangunan kampus FKIP. Kampus Kleco sendiri ditempati oleh jurusan Pendidikan Guru PAUD (PG-PAUD) dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Surakarta.

Saat salah satu mahasiswa PGSD ditanyai mengenai harapan untuk kampus, ia berkata, “Tolong fasilitas kampus diratakan ya, tempat parkir Kampus Kleco kurang memadai apalagi jalannya kalau hujan serasa main perosotan pakai sepeda.”

Pernyataan tersebut benar adanya. Saat datang ke Kampus Kleco, memang jalannya masih beberapa beralaskan tanah bukan semen atau paving. Sementara yang beralaskan paving pun berlumut membuat ngeri-ngeri sedap, apalagi sewaktu hujan membuat selalu ingat dengan Tuhan一memang kampus yang baik. Dari segi bangunan dan fasilitas cukup berbeda, ada yang bangunannya terlihat baru dan ada bangunan yang terlihat sangat lama. “Jurusan PGSD udah pakai gedung dan fasilitas yang baru, tapi untuk PG-PAUD masih pakai gedung yang lama,” tutur salah satu mahasiswa.

Kampus Cabang Pabelan bisa dibilang kampus mandiri karena para mahasiswanya mampu membangun beberapa infrastruktur keras walau itu merupakan bagian dari praktik belajar. Meskipun beberapa hasil praktiknya ada yang tidak bertahan lama, ada pula yang tidak bisa diselesaikan karena keterbatasan bahan menjadikan bangunan itu “estetik”. Saat bertanya pada salah satu mahasiswa mengenai kenapa bangunannya cepat rusak, dijawabnya dengan, “Ya karena memakan biaya yang cukup mahal jadi bahan-bahan yang digunakan terbatas, maka dari itu cepat rusak. Setidaknya sudah melakukan praktik dengan benar.”

 

Menjadi Terawat Karena Ada Unggulnya?

Berbeda dengan kampus cabang di Manahan yang dinaungi oleh Fakultas Keolahragaan. Dari luar sudah terlihat megah dan saat memasuki gedungnya pun terlihat dengan jelas bahwa fasilitasnya sangat mendukung. Hal ini tak lain karena FKOR merupakan salah satu dari fakultas unggulan bidang olahraga di UNS. Selain fasilitasnya yang dinilai paling lengkap dari kampus cabang lainnya, kampus cabang FKOR terlihat paling gagah, paling luas, terawat, dan juga menjanjikan.

“Aku sebagai salah satu mahasiswa FKOR sih bangga karena fasilitas yang disediakan tuh lengkap apalagi dengan adanya ruang gym bikin tambah betah di kampus deh,” ungkap mahasiswa FKOR saat diwawancarai.

Tak tertinggal pula kampus cabang Fakultas Sekolah Vokasi (SV). Merupakan kampus cabang yang menaungi hampir semua program studi di UNS, menjadikannya harus memiliki gedung yang paling besar dari ketujuh kampus cabang. Namun, sampai saat ini masih banyak program studi di SV yang masih mengikuti gedung induknya di Kampus Pusat Kentingan. Hal ini disebabkan sekolah vokasi yang masih terbilang baru berdiri. Sekolah vokasi sendiri terbagi menjadi dua cabang, yaitu di Jebres atau sering disebut Kampus Tirtomoyo dan Kampus Madiun. Di Kampus Madiun sampai saat ini baru mempunyai dua gedung, salah satunya baru diresmikan saat perayaan Dies Natalis UNS ke-46 tahun ini. Dua gedung di Kampus Madiun ini menaungi tiga program studi, yaitu D-3 Akuntansi, D-3 Teknik Informatika, dan D-3 Teknologi Hasil Pertanian.

“Cabang Madiun baru pertama jalan tahun 2020 dan saat itu baru ada satu gedung dan fasilitas paling lengkap di Madiun itu jurusan THP,” tutur salah satu mahasiswa dari Kampus Cabang Madiun. Namun, wajar jika gedung baru memiliki fasilitas yang lengkap memperlihatkan jika pihak kampus memang serius membuka Kampus Cabang di Madiun.

“Tapi untuk tempat ibadah baru aja ada belum lama ini, dulunya masih jadi satu dengan gudang. Untuk kantin pun belum ada, kalau cari makan harus keluar,” tambahnya mengenai infrastruktur.

Ia pun menambahkan lagi, “Di kampus ada yang bersih-bersih jadinya terjaga dan nyaman, tetapi sayangnya untuk akses parkir kalau hujan becek karena ada yang masih tanah kalau mau cari yang enggak becak harus muter dulu,” pungkasnya.

Untuk sekolah vokasi yang berada di Kampus Tirtomoyo, Jebres saat ini dari segi infrastrukturnya mulai berkembang dan tertata. Fasilitas-fasilitas mulai dipenuhi oleh pihak kampus. Namun, untuk ruang kelas sendiri masih belum bisa dibilang lengkap, bahkan dinilai masih sangat kurang. Maka dari itu, program-program studi yang berada di Kampus Tirtomoyo masih menempati di gedung kampus pusat.

“Sebenernya sedih sih karena udah punya gedung sendiri yang berdiri megah, tapi masih ikut kampus pusat buat belajar-mengajar,” ungkap salah satu mahasiswa sekolah vokasi Kampus Tirtomoyo.

“Kalau main ke kampus kan biasanya selain melihat gedung-gedung, fasilitas kan juga liat ruang kelas ya, tapi ini malah nggak tau di mana ruang kelasnya,” tambahnya. “Biasanya setiap fakultas punya ormawa sendiri tapi ini ormawanya kecil. Padahal kalau kumpul orangnya banyak, tapi bersyukur aja sih walau kecil setidaknya udah punya dan semoga aja nanti kedepannya bisa lebih baik lagi.”

Harapan para mahasiswa kampus cabang sama, “Aku berharap sih untuk seluruh kampus cabang UNS dari segi fasilitasnya yang paling utama bisa diperbaiki lagi, karena di dalam SDM yang berkembang juga dibantu pula oleh fasilitas yang memadai dan semoga di tahun mendatang kampus cabang tidak ‘dianaktirikan’ oleh pusat,” pungkas mahasiswa lainnya.

 

Penulis: Puspita Triwijayanti

Editor: Rizky Fadilah