Aliansi Solo Raya Bergerak kembali beraksi menuntut dengan 10 poin tuntutan, Senin (28/10) sore. Poin-poin yang dituntut masih sama dengan saat Gerakan Solo Melawan pada (24/9) dan (30/9) silam. Hal tersebut dikarenakan 10 poin yang menjadi tuntutan pada dua aksi sebelumnya belum terpenuhi. Aksi Solo Raya Bergerak kali ini diadakan di Tugu Kartasura. Para pengunjuk rasa menyuarakan aspirasi mereka dengan menutup jalanan dengan membuat border melingkar.
Aksi penutupan jalan tersebut menyebabkan kemacetan dan memaksa pihak keamanan untuk mengatur lalu lintas di sekitaran Tugu Kartasura. Seperti yang diketahui, Tugu Kartasura merupakan tempat persimpangan jalan utama yang menghubungkan Provinsi DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Mohammad Iss dari Aliansi Solo Raya Bergerak mengatakan Solo Raya Bergerak masih mengangkat tagar ‘Reformasi Dikorupsi’. Maksud dari pengangkatan tagar ‘Reformasi Dikorupsi’ adalah untuk menyelamatkan demokrasi yang telah berhasil direbut pada momen reformasi tahun 1998.
“Harapan yang paling tinggi adalah sepuluh tuntutan ini berhasil dipenuhi” ujar Iss menjelaskan tuntutan unjuk rasa.
Sepuluh tuntutan tersebut diantaranya adalah penolakan pasal-pasal bermasalah pada RKHUP, RUU Pertanahan, Revisi UU Ketenagakerjaan, dan UU lainnya serta pendesakan untuk menuntut tuntas kematian 5 aktivis ‘reformasi dikorupsi’ dan resifitas lainnya selama aksi ‘reformasi dikorupsi’. Selain itu, Solo Raya Bergerak juga menuntut pewujudan pendidikan gratis, demokratis, ilmiah, yang bervisi kerakyatan: penolakan terhadap pemaksaan Full Day School.
Acara unjuk rasa yang bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ini berlangsung damai. “Momentum sumpah pemuda ini bertepatan dengan ujian tengah semester. Jadi, ada dari mahasiswa yang trauma dan kesibukan ujian tengah semester memang sedikit menurun namun hal itu tidak menyurutkan kawan-kawan yang lain,” pungkas Iss.[]
Penulis: Ridwan Agung Nugroho
Fotografer: Sahid Yudhakusuma