Judul : Silenced / The Crucible
Tahun Rilis : 2011
Genre : Drama / Kisah Nyata
Sutradara : Hwang Dong-Hyuk
Produser : Uhm Yong-Hun, Bae Jong Min, Na Byung-Joon
Produksi : CJ Entertainment
Durasi : 125 menit
Pemain : Gong Yoo, Jung Yu-Mi, Kim Hyun Soo, Jung In Seo, Baek Seung Hwan, Jang Gwang
Sebagian besar masyarakat masih mengabaikan dan jarang ‘melirik’ eksistensi perfilman Korea Selatan. Mereka cenderung lebih memilih film Barat yang diprediksi banyak memberikan peluang kepuasan dari segi konsep cerita, artistik cerita, maupun pemain. Namun, film Silenced berhasil menyingkirkan persepsi masyarakat mengenai perfilman Korea Selatan dengan konsep cerita yang ia tampilkan. Film ini diadaptasi dari novel bestseller Gong Ji-Young berjudul The Crucible. Sesuai arahan sang sutradara, Hwang Dong-Hyuk,film tersebut telah menciptakan ‘babak’ baru dalam perfilman Korea Selatan.
Film ini diangkat dari kisah nyata yang terjadi pada tahun 2005. Kang In Ho adalah seorang laki-laki yang mendapatkan kesempatan dari profesornya untuk menjadi seorang guru seni rupa di Ja Ae, sebuah sekolah di daerah Gwang Ju, kota Mujin, Korea Selatan. Sekolah Ja Ae merupakan sekolah khusus untuk anak-anak disabilitas dan tuna rungu. Sekolah tersebut juga pernah mendapatkan predikat terbaik di kota Mujin berkat kontribusi besar kepala sekolah, Lee Gang Seok dan kepala admin sekolah, Lee Gang Bok, kepada berbagai yayasan dan masyarakat di kota Mujin. Lee Gang Seok dan Lee Gang Bok merupakan saudara kembar identik.
Di sekolah Ja Ae, In Ho berusaha beradaptasi dengan anak-anak tuna rungu yang diajarnya. Namun, ia merasakan keanehan dengan respon anak-anak tersebut kepadanya. Terkadang, mereka hanya menatap curiga bercampur takut ketika In Ho menyapa. Bahkan, beberapa anak justru menghindar ketika In Ho mendekat. Keanehan tersebut semakin terasa nyata ketika adanya kekerasan yang dilakukan oleh beberapa staf maupun guru di sekolah Ja Ae. Seperti kekerasan yang dialami oleh seorang murid perempuan bernama Kim Yeon Doo.
Kim Yeon Doo mengaku telah dicabuli oleh kepala sekolah. Selain itu, ada pula dua orang teman kelasnya, Yeo Ri, dan Min Soo, juga menjadi korban pelecehan seksual oleh orang-orang penting di sekolah. In Ho pun segera bertindak untuk membongkar semua kebiadaban moral pihak sekolah kepada murid-murid yang diampunya itu. Bersama Yoon Jin, seorang perempuan yang bekerja sebagai pegawai kantor HAM, mereka melangkah maju menuntaskan kasus tak berperikemanusiaan itu menuju ke meja hijau. Di sinilah kebenaran yang sejati dan kebenaran berbalut kekuasaan akan bertanding.
Dengan berlatar belakang kondisi iklim Korea Selatan pada masa itu, film berdurasi 125 menit tersebut berhasil ditampilkan dengan efek yang soft untuk dilihat. Selain itu, dengan pengenalan cerita yang sederhana, mampu mengantarkan pemahaman penonton mengenai scene-scene yang mungkin akan ditampilkan selanjutnya sebagai penghantar alur cerita.
Sekilas, bila hanya dilihat dari segi awal cerita, film ini terlihat seperti ‘drama’ dalam perfilman Korea pada umumnya. Namun, ketika masuk ke dalam pengenalan konflik, film ini berhasil ‘membanting setir’ persepsi awam mengenai film Korea. Berbagai realitas sosial dan ‘jeritan hati’ para anak tuna rungu atau kaum disabilitas tersebut mampu dipaparkan dengan baik oleh sang sutradara, Hwang Dong Hyuk.
Film ini mengajarkan usaha seseorang dalam menjunjung tinggi hak asasi manusia yang mutlak dan keadilan yang harus diperjuangkan dengan tanpa mengenal hakikat ruang dan waktu. Di sisi lain, film ini juga menampilkan betapa realistisnya sisi ‘gelap’ dunia hukum pada masa itu. Otoritas yang bermasalah berbaur dengan hukum, jadilah kemunafikan.
Konsep cerita yang baru dan berbeda dari berbagai film Korea Selatan lainnya, merupakan keunggulan yang menonjol dari film Silenced ini. Aktor utama Gong Yoo, berhasil membawakan peran In Ho dengan sangat apik melalui aktingnya yang jujur dan tulus dalam memperjuangkan hak anak-anak tuna rungu terhadap kekerasan dan pelecehan yang mereka alami. Pembawaan peran yang alami dan terlihat nyata juga ditampilkan oleh beberapa pemeran lain, terutama anak-anak tuna rungu seperti Kim Hyun Soo sebagai Yeon Doo dan Jung In Seo sebagai Yoo Ri.
Rentetan konflik yang diiringi dengan munculnya berbagai pemeran pendukung yang baru, turut ‘memanaskan’ konflik yang ditampilkan melalui akting-akting yang singkat tetapi sayang bila dilewatkan. Penonton akan terus dipacu oleh ketegangan dan emosional melalui adegan-adegan yang ada.
Namun, film produksi CJ Entertainment ini memiliki poin-poin kelemahan dalam segi tatanan alur yang ditampilkan. Konflik disajikan dengan begitu cepat dan diiringi dengan konflik-konflik kecil selanjutnya yang begitu cepat pula penyelesaiannya. Sehingga, terlihat begitu kompleks konflik yang ditampilkan, meskipun hanya satu permasalahan utama yang ada di film ini yaitu kebingungan keadilan dalam membela yang benar atau membela yang berkuasa.
Selain itu, berbagai adegan kekerasan sesekali dimunculkan dengan akting yang bagus dari pemeran yang bersangkutan, tetapi terlalu kentara sebagai sebuah peragaan. Dengan adanya akting yang cukup vulgar dalam memeragakan tindak kekerasan maupun pelecehan tersebut, akan terasa miris untuk dilihat, terutama bagi penonton yang masih awam.
Film Silenced ini juga mengajarkan kepada kita untuk bisa ‘peka’. Seperti kata In Ho kepada Yeon Doo, “Hal yang terbaik dan terindah di dunia yang tak dapat dilihat dan disentuh, hanya bisa dirasakan dengan hati.” (Citra)