Puisi-puisi bertajuk: Ingatan yang Diberkati, Di antara Lelaluan yang Layu, dan Kita Terbakar dalam Dinginnya Hujan direka oleh Intan Nur Setya.
Ingatan yang Diberkati
Ternyata aku jauh lebih dulu
Kelak, saat aku kembali pulih
mari tetap merangkai ingatan; ruang tak terjangkau
Ternyata, ibu menyukaimu lebih dulu
Sayangnya, kita telah sampai
pada sekat-sekat terjauh
Sebab kita hanya dua bocah gemar bercanda
Terkubur dalam kenangan
dan aku menggalinya sepekan lalu
mencari ingatan-ingatan yang diberkati
tepatnya, saat dua tumpuk buku yang kau tawarkan
melengkapi gelas-gelas bayaran yang kesepian
-aku menunggumu sejak itu, memicing asing pada lekatan yang telah usai (baca: tidak pernah usai)
(Sukoharjo, 2020)
Di antara Lelaluan yang Layu
Di bangku fakultas
Di dekat gedung paling tua
Hanya puing seperti ingatan yang berserak
Dari jendela lantai dua dan setarik napas yang tumpas
tandas dalam pria berambut musim semi yang gugur
beraroma pascahujan yang nihil
Dalam masa ke sekian
Tidak juga ia hilang – memenuhi isi pikiran
Semacam kangen
yang lepas, berjarak
& mustahil
-Seperti lelaluan yang layu, aku bagimu hanya lalu-lalang perempuan kesepian
(Yogyakarta, 2023)
Kita Terbakar dalam Dinginnya Hujan
-Nabila
Aku bayangkan
Saat kesedihan-kesedihan menyergap
Di traffic light aku menggenggam
seraya hujan deras yang dingin
dan kita terbakar – dalam genggaman
Dalam masa seperti ini
yang kami butuhkan hanya Nabila
hangat dan ranum
Teh hangat telah merangkap kami pada kesunyian
Lagi-lagi yang kubutuhkan hanya senyum Nabila
Ramah, senyap, dan paripurna
“Tidak ada hari libur bagi aa burjo Pamungkas untuk sekadar bertanya kabar pelanggannya”
Kita terbakar lagi
Dalam dinginnya hujan
dan angkuhnya kota bagi para pengadu nasib
(Yogyakarta, 2022)
Intan Nur Setya. Mahasiswa paruh waktu dan penganut primbon di kampus yang biasa saja.