Penyelenggaraan Olimpiade Mahasiswa (OM) Olimpus UNS 2022 resmi dimulai pada Minggu (16/10) dengan acara grand opening yang bertempat di Aula Gedung F FKIP UNS. Mengusung tema pembukaan “Ruang Interaksi”, tema ini diangkat sebagai wadah bahwa UNS peduli disabilitas dan UNS menjadi salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang memfasilitasi secara langsung teman-teman dengan disabilitas. Sementara itu, Olimpus tahun ini mengambil tema besar Enlightenment for the Future dengan jargonnya Serving Glory to Make Memory.
Acara dimulai pukul 19.00 WIB diawali dengan penampilan dari UKM BKKT yang membawakan Tari Merak. Seremoni dilanjutkan dengan sambutan dari ketua panitia Olimpus 2022 M. Fawaid Nurazizi dan ketua BEM UNS, Shoffan Mujahid. Setelah membacakan sambutan, mereka membuka rangkaian Olimpus 2022 secara simbolis dengan membentuk huruf-huruf Olimpus menggunakan bahasa isyarat. Dalam acara ini, disediakan pula juru bahasa isyarat untuk menerjemahkan perkataan pengisi acara dalam bahasa isyarat. Acara dilanjutkan dengan parade gabungan dari 12 fakultas yang ada di UNS dan pembacaan janji atlet yang intinya adalah menjunjung tinggi sportivitas selama pertandingan.
Rangkaian pembukaan berlanjut dengan penampilan dari Teater Delik FH UNS. Penampilan tersebut mengisahkan tentang sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja. Raja ini memiliki putra yang nantinya akan meneruskan dirinya bertahta. Tak lama setelah bertitah, sang raja beserta permaisuri dikisahkan wafat akibat serangan robot jahat dari kerajaan rival mereka. Sama seperti pepatah ‘darah harus dibalas dengan darah’, cara untuk membalas serangan robot jahat adalah dengan membuat robot tandingan untuk menyerang balik. Storyline ini juga sekaligus memperkenalkan maskot Olimpus 2022, yakni sebuah robot bernama Oligopus yang dikisahkan sebagai robot tandingan.
Segmen utama dari grand opening kali ini adalah talkshow berjudul Ruang Interaksi sesuai dengan tema acara. Dipandu oleh Intan Novela, SE., M.Si, Dosen FEB sebagai moderator, sesi ini menghadirkan dua narasumber yakni Wulandari Sawitri dari anggota staf khusus Presiden RI dan Joko Yuwono, kepala program studi strata 2 Pendidikan Luar Biasa. Talkshow tersebut membahas tentang penyandang disabilitas, yakni keterbatasan atau ketidakmampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Pembahasan yang dibawakan oleh narasumber pertama, Wulandari, adalah tentang disabilitas secara umum. Dalam talkshow tersebut, disebutkan bahwa di Indonesia terdapat kurang lebih 20 juta penyandang difabel atau yang lebih dikenal dengan disabilitas. Selain dibedakan dari rentang usia penyandang disabilitas, seperti anak, remaja, dan dewasa, setidaknya terdapat lima ragam disabilitas yang dikenal meliputi; disabilitas fisik, disabilitas motorik, disabilitas intelektual, disabilitas mental –tidak terlihat secara fisik, tetapi mereka yang mengalami gangguan kejiwaan–, dan disabilitas ganda. Wulandari juga menegaskan bahwa disabilitas bukan berarti kekurangan, tetapi keterbatasan, ia juga meluruskan sebutan yang benar bagi penyandang dan bukan adalah disabilitas dan non-disabilitas, bukan disabilitas dan normal.
Narasumber kedua, yaitu Joko dari UNS lebih berfokus membahas mengenai kampus UNS yang ramah disabilitas. UNS memiliki pusat studi difabilitas yang tujuannya dapat mengadvokasi dan memfasilitasi teman-teman penyandang disabilitas. Dari berbagai jalur masuk perguruan tinggi, UNS adalah satu-satunya perguruan tinggi yang memiliki jalur masuk untuk disabilitas, syaratnya pun hanya mengumpulkan portofolio dan melakukan wawancara. Selain itu, UNS juga memiliki UNS Inclusion Metric, merupakan sistem perangkingan yang diukur dari aksesibilitas sarana dan prasarana gedung sampai sistem pembelajaran yang ramah penyandang disabilitas. UNS Inclusion Metric menjadi bentuk implementasi kampus ramah disabilitas. Dengan adanya sistem perangkingan, UNS punya hak untuk mengukur indeks inklusi dari setiap universitas. Di akhir sesi talkshow, para narasumber berpesan untuk merangkul dan peduli pada penyandang disabilitas, bukan mengasihani mereka.
Grand Opening Olimpus 2022 ini juga memberikan kesempatan bagi Himpunan Mahasiswa PLB (Pendidikan Luar Biasa) untuk memperkenalkan identitas himpunan dan juga program kerja dari himpunan tersebut. Salah satu program kerjanya adalah program belajar bahasa isyarat yang berinteraksi langsung dengan teman tuli.
Acara ditutup dengan penampilan dari KMF FIB yang berkolaborasi dengan Datapitara, sebuah kelompok kover lagu dengan bahasa isyarat. Kover lagu dengan bahasa isyarat ini dimaksudkan agar teman-teman dengan disabilitas dapat ikut serta menikmati lagu yang dibawakan. Tampil dengan membawakan tiga lagu, lagu terakhir yakni ‘Tutur Batin’ yang dipopulerkan oleh Yura Yunita menjadi akhir dari semarak grand opening Olimpus 2022.
Penulis: Guireva Gahara Nugrahasti dan Mardhiah Nurul Latifah
Editor: Rizky Fadilah