Good Looking, Ajang Ketenaran

Di zaman milenial sekarang, banyak sekali sosial media yang mudah di akses, seperti Youtube, Whatsapp, Instagram, Facebook, Twitter, Tik tok, dan masih banyak lainnya. Berdasarkan laporan terbaru We Are Social, pada tahun 2020 disebutkan bahwa ada 175,4 juta pengguna internet di Indonesia.  Kemudian sebanyak 338,2 juta masyarakat Indonesia diketahui menggunakan ponsel dan 160 juta diantaranya merupakan pengguna aktif media sosial (medsos).

Berbagai tujuan melatarbelakangi seseorang menggunakan media sosial, sebagian menggunakan media sosial untuk menyalurkan hobi, untuk komunikasi dengan teman maupun keluarga, juga sebagai sarana hiburan misalnya bermain games, melihat video maupun mengunggah foto.  Hasil publikasi penelitian jurnal sosietas yang berjudul “Peran Media Sosial Terhadap Gaya Hidup Siswa” menyatakan bahwa orang-orang, tidak hanya remaja tetapi juga lansia, sangat tunduk pada dunia maya. Media sosial sudah dianggap sebagai acuan hidupnya.

Followers yang banyak pun menjadi ajang eksistensi milenial sekarang. Semakin menarik penampilan seseorang pada dunia maya, maka semakin dikenal dan banyak followersnya.  Guna mencapai hal tersebut, banyak orang yang mati-matian untuk selalu terlihat sempurna di beranda linimasa, teutama di instagram. Foto harus di-edit sedemikian rupa agar mencapai like dan followers yang banyak, hingga orang-orang dapat memuji 24 jam.  Disisi lain, sebenarnya terdapat suatu kalangan penghuni instagram yang pantas mendapat apresiasi lebih. Mereka adalah para buruh karya.

Banyak seniman yang menghasilkan karya, entah apapun itu bidangnya, namun pada kenyataannya khalayak umum masih kurang mengapresiasi mahakarya seorang seniman tersebut. Mereka hanya mendapat like seadanya, belum sebanding dengan kualitas karya yang dihasilkan. Kecendrungan warganet yang selalu beranggapan “ini bagus, harus dinilai” pada penampilan atau wajah seseorang dan bukan pada karya seseorang sangat miris. Banyak karya yang seharusnya mendapatkan apresiasi dan perhatian lebih banyak dibandingkan konten nir-informasi dari orang yang haus atensi.

Kita tentunya tidak dapat mengubah pandangan seseorang lalu memaksanya untuk memberikan apresiasi terhadap satu hal daripada yang lain. Toh pada dasarnya seniman juga manusia yang mengidamkan pengakuan. Sayangnya mereka harus berkompetisi dengan rupa manusia, karya seni Tuhan yang paling indah.

Jadi kita para seniman harus bekerja keras, kalau tidak mau dikalahkan Tuhan.

 

Penulis dan Ilustrator: Reza Rahmawati F.