Ilustrasi: Sheilla Fitri Honey/LPM Kentingan

DINDING PEMBATAS DALAM KELUARGA

Harta yang paling berharga adalah keluarga
– Harta Berharga (OST Keluarga Cemara)

Mempunyai sebuah keluarga merupakan sesuatu yang harus disyukuri. Hal tersebut dikarenakan tidak semua orang dapat merasakan beruntungnya memiliki keluarga. Sebuah pepatah mengatakan bahwa darah lebih kental daripada air. Itu berarti ikatan darah merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dengan cara apapun. Hubungan tersebut akan semakin erat karena terbentuk dari ikatan emosional antar individu dalam sebuah keluarga. Semakin kamu menghargai kehadiran mereka dan menyayangi mereka maka semakin dalam pula arti keluarga yang dapat dirasakan.

Keluarga menjadi tempat di mana seseorang pertama kali belajar. Di sanalah juga yang memberi tempat bersandar paling nyaman dan menenangkan, memberi perhatian tak terbatas, menerima dalam segala kondisi, memberi tempat untuk pulang, dan menuntun dalam menentukan keputusan. Bahkan masih banyak lagi peran keluarga yang tidak dapat disebutkan satu-satu.

Namun, bagi sebagian orang, peran keluarga tidak seperti itu. Beberapa orang merasa tidak nyaman berada di dekat keluarga mereka sendiri baik pada ayah, ibu, kakak, maupun adik. Hanya sekadar mengobrol atau basa-basi saja merasa canggung, apalagi bercerita mengenai banyak hal. Seakan-akan terdapat dinding pembatas yang tak terlihat di antara anggota keluarga. Dinding kokoh yang berasal dari ego masing-masing anggota keluarga yang tinggi menjulang sehingga sulit untuk diruntuhkan.

“Cerita ke keluarga tuh susah kalo ga kebiasaan. Jadi bersyukurlah kalian yang sedari kecil suka diajak curhat dan berkomunikasi yang baik sama orang tua. Seenggaknya ketika dewasa kalo lagi ada masalah ga mendem sendiri,” tulis salah satu akun Twitter. (@Shellaemaliana1, 20 Juni 2021)

“Sebenarnya kalo cerita ke keluarga sendiri tuh bukannya dikasih solusi, malah disalahin, diceramahin.” (@arainakasuga, 17 Juni 2021)

“Sama halnya dengan saya, ketika curhat ke nyokap atau ke keluarga tentang yang sedih-sedih malah dimarahin pakai iming-iming biar kuat. Kalau cerita yang seneng malah dibanding-bandingin sama orang lain. Alhasil yang ada makin tertutup ke orang tua dan keluarga karena percuma bakal dimarahin dan dibandingkan.” (@arinalgrande, 9 Desember 2019)

Sikap mengkritik tanpa henti, membandingkan, mengancam, dan sering mengatakan hal-hal buruk tentang anak adalah ciri-ciri orangtua “beracun” atau toxic. Berapa kali pun anak mencetak prestasi atau setinggi apapun capaiannya, tidak ada apresiasi dari orang tua karena tidak sesuai dengan keinginan mereka. Di sisi lain, ketika anak melakukan kesalahan, hujan cemooh dan hukuman dari orang tua menanti dirinya. Alhasil, dalam kondisi tersebut anak akan merasa serba salah.

Sementara itu, ada juga anak yang cenderung enggan bercerita kepada orang tuanya karena merasa lebih percaya kepada temannya. Dampaknya anak tersebut lebih sering menceritakan hal-hal yang dialami kepada temannya. Memang terkadang bercerita dengan teman sebaya lebih relate dan menyenangkan sehingga anak akan mendapatkan feedback yang menurutnya lebih nyambung. Oleh sebab itu, komunikasi menjadi kunci terpenting dalam setiap keluarga. Hal ini mengingat dalam sebuah hubungan termasuk di dalamnya relasi keluarga, situasi tidak sehat berakar dari permasalahan komunikasi dan penerapan batasan-batasan yang tidak jelas.

Lantas, bagaimana agar seseorang dapat terbuka dan dekat dengan keluarganya? Semua ini berawal dari didikan orang tua. Orang tua yang tidak mendidik untuk membiasakan diri saling bercerita juga bisa menyebabkan remaja menjadi tertutup. Seharusnya orang tua sedari dini memberikan contoh bercerita kepada anak tentang kejadian sehari-hari sehingga anak akan merasa, “Oh, ternyata Ibu mengalami kejadian seperti itu hari ini”. Sehingga anak menjadi tahu kalau ada kejadian seperti itu dari cerita orang tuanya.

Mengapa demikian? Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., seorang Psikolog, hal ini umumnya disebabkan adanya masalah dalam hubungan atau pola asuh. Menurutnya, bila orang tua bersikap terlalu otoriter atau permisif kepada anak usia remaja, anak akan cenderung tidak nyaman dan tidak mau lagi curhat. “Orang tua yang otoriter atau permisif biasanya memang membuat anak-anaknya jadi enggan bercerita ke orang tua. Karena, ketika mereka cerita, biasanya orang tua otoriter cenderung menyalahkan dan memaksakan kehendak,” jelas Ikhsan. “Kalau yang permisif, seolah-olah anak merasa tidak dihargai karena orang tuanya cenderung cuek dan membiarkan anaknya. Orang tua juga bisa jadi tidak menanyakan anak bagaimana kondisinya sehari-hari,” tambahnya.

Sekali lagi, peran komunikasi sangatlah besar. Menjadi dekat satu sama lain dengan keluarga tidaklah sulit jika ada usaha dari dua belah pihak. Terkadang terlalu asyik dengan dunia sendiri membuat satu sama lain menjauh. Oleh karena itu, sebisa mungkin jauhkan gadget saat bersama keluarga kecuali ada kebutuhan mendesak. Kesibukan tiada henti akan membuat hati mati.

Keegoisan pun harus dilawan. Coba untuk memahami anggota keluarga lain, maka mereka pun pasti akan memahami kita. Mungkin perbincangan hangat dengan secangkir teh di sore hari akan cukup membantu. Selain itu, memasak dan makan bersama, membersihkan rumah bersama, menonton acara keluarga, berlibur, dan hal-hal lain yang dilakukan bersama juga akan membuat sebuah keluarga menjadi lebih dekat dan tentunya nyaman untuk diajak berbagi.

Penulis: Sheilla Fitri Honey
Editor: Aulia Anjani