Judul Buku : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2014 (Cetakan XIV)
Tebal Halaman : 264 halaman
Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.
Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekalipun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
***
Narasi bermula dengan pengenalan cerita tentang tokoh Tania, seorang gadis berumur 12 tahun. Selepas 3 tahun kepergian sang ayah, Tania harus putus sekolah dan menjadi pengamen bersama Dede (adiknya) dengan berpindah-pindah dari bus satu ke bus lainnya. Ia tinggal bersama adik dan ibunya di sebuah rumah kardus dekat bantaran sungai di jalan akses kota. Di tengah kesulitan ekonomi dan penderitaan hidup, datang seorang “malaikat penolong” bagi Tania.
Sebuah harapan dan cahaya kehidupan soal masa depan mulai tergambar di benak Tania ketika bertemu Danar, malaikat penolongnya. Danar menjanjikan masa depan, membawa kembali binar yang redup dalam hidup Tania. Bermula mengobati luka Tania saat tertusuk paku, membelikan sepasang sepatu, membiayai Tania dan Dede agar kembali bersekolah, hingga memberikan modal untuk usaha kue pada ibu Tania. Kebaikan itu membuat Tania berikrar dalam hati, “… apa pun yang diucapkannya akan selalu kuturuti.”
Kehadiran Danar membuat Tania dan keluarganya mulai merangkak keluar dari jeratan kemiskinan. Mereka pindah ke sebuah kontrakan, sudah tidak lagi tinggal di rumah kardus yang reyot. Usaha kue ibu Tania memberikan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dan Tania menjadi murid berprestasi di sekolahnya, ia memanfaatkan kesempatannya dengan baik. Satu tahun berlalu dengan tenang. Tania merasakan kebahagiaan dari setiap perlakuan yang diberikan Danar. Kebahagiaan yang ternyata muncul beriringan dengan perasaan-perasaan yang rumit dan tidak dimengerti oleh anak usia dua belas tahun.
Situasi menyenangkan itu berubah amat cepat. Seminggu sebelum usia Tania tepat di angka tiga belas tahun, ibunya meninggal. Kanker paru-paru telah menggerogoti tubuh ibunya sejak lama, tak pernah terlihat dan terdeteksi karena tertutup oleh bahagia. Meski perasaan bahagia dapat menutupi penyakit, tetapi fisik ibu sudah mencapai batasnya. Pukulan berat bagi Tania di usianya yang baru akan menginjak tiga belas tahun, sudah cukup dewasa untuk mengerti bahwa ibu tak akan bangun lagi. Dede masih belum mengerti semua kejadian tersebut.
“Ketahuilah, Tania dan Dede…. Daun yang jatuh tak pernah membenci angin…. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.” (Halaman 63)
Kehidupan harus berlanjut, Tania harus tetap melanjutkan hidup setelah kepergian ibu. Danar membantu Tania dan adiknya untuk tetap melanjutkan pendidikan. Tania memutuskan untuk pergi ke Singapura setelah mendapatkan beasiswa dan diterima di salah satu SMP di sana.
Kegigihan Tania untuk terus belajar memberikan pengajaran tentang pentingnya pendidikan. Dia berkembang menjadi seorang gadis yang pintar dan berhasil lulus SMP dengan peringkat kedua terbaik. Ia bahkan dijamin untuk mendapatkan beasiswa dari salah satu SMA di Singapura. Kehidupan terus berjalan seiring Tania yang semakin dewasa dengan prestasi-prestasi yang membanggakan. Ia tumbuh menjadi seorang wanita yang sesuai dengan harapan Danar dan ibunya. Kian dewasa ia kian memahami perasaan berbunga-bunga saat memikirkan seseorang yang menjadi malaikatnya.
Tania mulai memahami bahwa perasaannya terhadap Danar tak lagi sebatas “malaikat penolong”. Ia menyadari rasa kagum terhadap Danar yang usianya terpaut belasan tahun dengannya adalah perasaan suka. Namun, Tania menyadari bahwa takdir telah ditentukan oleh Tuhan dan manusia hanya bisa menerima seperti daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Perasaan Tania berakhir ketika Danar mengumumkan bahwa ia akan menikah dengan Ratna. Di akhir cerita, novel ini mengungkapkan teka-teki mengenai perasaan Tania dan Danar.
Buku ini menyoroti perjuangan hidup Tania dan menyimpan banyak rahasia tentang perasaan antara Tania dan Danar pada setiap bagiannya. Sama seperti karya lainnya, Tere Liye selalu mampu memberikan narasi yang mudah dipahami dan berhasil menghadirkan perasaan-perasaan yang menguras emosi pembaca. Dengan sudut pandang orang pertama yang diambil dari tokoh Tania, alur cerita disusun maju-mundur, tetapi tetap rapi. Penggunaan diksi yang deskriptif mampu menggambarkan tokoh-tokohnya dengan baik. Sayangnya, terdapat beberapa diksi yang terlalu berlebihan sehingga terkesan lebai.
Banyak pesan yang dapat diambil dari novel ini. Terlepas dari kisah romansa antara Danar dan Tania, Danar dengan sosok dewasanya banyak memberikan pelajaran hidup kepada Tania dan para pembaca. Kisah perjuangan dan perkembangan tokoh Tania juga mengajarkan bahwa kita harus tetap berjalan maju dan tidak menyerah pada keadaan.
Penulis: Shalsabilla Rizna Naulia Putri
Editor: Lutfiyatul Khasanh