Dagang Sapi ala Pilkada Sragen 2011

Kemarin, 19 Maret 2011 Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) sudah berlangsung. Untuk sementara pasangan Agus Daryanto menang dengan 50% lebih mengalahkan empat pasang lainnya. Kemenangan ini diluar prediksi banyak orang, termasuk saya. Karena sebelumnya pasangan YU-DA diprediksi bakal meraup suara yang tak tertandingi karena sang calon adalah putri incumbent.

Saya sebagai masyarakat akar rumput hanya ingin menulis beberapa cerita seputar rahasia-rahasia yang mungkin sudah menjadi rahasia umum, atau bahkan baru saya yang tahu. Apakah rahasia umum ataupun rahasia pribadi tak ada masalah bagi saya ataupun anda.  Ada beberapa fakta yang berarti saya mengalaminya sendiri. Adapula yang saya dengar dari beberapa sumber, sehingga validitasnya tidak 100%. Yang terpenting adalah saya cerita.  Ini dia beberapa cerita:

1.       Manipulasi Surat Dukungan

Sebenarnya ini adalah cerita lama namun baru kali pertama saya mengalaminya sendiri. Di suatu pagi saya disodori kertas yang berisi pernyataan dukungan terhadap salah satu calon, kebetulan kalah. Saya jelas menolak 100%. Sudah saya katakan ke bapak saya kalo saya tidak mau menandatangani.

Akhirnya saya cuekin surat tersebut, namun ketika saya ke kamar mandi, saya tidak mendapati surat tersebut di meja. Usut punya usut, surat tadi sudah diserahkan ke tim sukses calon tersebut yang kebetulan masih sebagai perangkat desa.Dengar-dengar (ingat, ini hanya dengar-dengar) sebagai tanda terimakasih, 50ribu untuk setiap amplop siap masuk kantong. Hmmm…. Saya juga tidak menerima serupiah pun.

2.       Surat Kuning untuk PNS

Nah, untuk cerita yang satu ini saya benar-benar gak habis pikir. Hehehe, anda jangan ikut mikir ya…. Begini ceritanya, saya mendapati amplop warna cokelat tergeletak di meja tengah. Saya buka kemudian langsung saya baca. Dalam satu lembar kertas tersebut berisi penuh tulisan dengan gambar kecil di pojok kiri atas kertas. Gambar pita merah putih yang membentuk formasi seperti pita peringatan hari anti AIDS sedunia, sangat tidak menarik perhatian.

Diawali dengan salam kemudian sedikit perkenalan diri sang pengirim surat, tersebut sebuah nama yang kebetulan sebagai calon bupati. Terdapat lima poin yang ingin disampaikan. Entah disengaja atau tidak, jumlah poin sama seperti nomor urut sang calon. Inti dari keseluruan surat adalah permohonan maaf atas kesalahan sang pengirim yang kebetulan menjabat wabup periode sebelumnya. Dalam akhir surat terdapat ajakan untuk membangun bersama kabupaten ini. Satu lembar surat yang barusan saya buka dikirim ke seluruh PNS se kabupaten. Waow… Hmmm…. Seperti itulah. Kampanye atau bukan? Saya tak tahu.

3.       Kaos Gratis Saat Adzan Magrib

Tidak ada hubungan yang pasti antara kaos pilkada dengan adzan magrib. Namun ini terjadi di Pilkada Sragen, khususnya di daerah saya tinggal. Seorang tim sukses membawa beberapa lusin kaos salah satu kandidat. Dengan membawa beberapa lembar kertas yang sudah dibukukan seperti daftar absen siswa sekolah dasar tersebut tampak membagikan beberapa kaos kepada pemuda yang sesekali menuliskan sesuatu di dalam kertas. Mengapa beberapa pemuda tadi menerima kaos tersebut? Padahal sebagian dari mereka adalah anak muda yang paham mode dan tren. Sedangkan kaos yang dibagikan adalah kaos putih dengan bahan yang tentunya bukan cotton 100%. Mungkin berbahan PE, atau dibawahnya. Di balik kaos juga tidak terdapat tulisan Cardinal, EMBA ataupun RedCable yang sering dipakai Rafi Ahmad.  Mengapa juga saat adzan magrib yang dipilih? Saya sendiri belum mahfum dengan hal tersebut. Mungkin anda lebih tahu daripada saya. Hehehe.

Keesokan harinya, saat saya beranjak keluar rumah untuk beraktifitas. Oh waow… ada kampanye salah satu calon. Ternyata saya mendapati pemuda-pemuda ‘adzan magrib’ kemarin turut bergabung. Hmmm…. Ternyata hobi trek-trekan mereka tersalurkan. Syukurlah.

 4.       Bayi 7 hari Langsung Ikut Kampanye

Ini dia metode lama namun juga baru terjadi di wilayah saya. Sosialisasi alias kampanye pilkada diselipkan pada acara yang mengundang masa cukup banyak. Tetangga saya yang terhitung baru beberapa bulan bergabung di wilayah kami melahirkan. Pas tujuh hari kelahiran, sang bapak [merayakan aqiqah dengan membagikan nasi kardus ke seluruh warga. Tak lupa dalam kardus diselipkan undangan. Bukan undangan kampanye, apalagi undangan konsolidasi tim sukses. Tidak ada satu kalimatpun yang mengarah kesana.

Malam harinya, panggung mewah bak konser musik dangdut sudah terpasang di depan rumah sang punya hajat. Panggung yang mengakibatkan tertutupnya akses utama masuk wilayah kami. Ternyata dalam acara aqiqah terdapat hiburan campursari. Oh waow…..  sontak saja beberapa sesepuh wilayahku menyarankan seluruh warganya untuk hadir dalam acara tersebut.

Pada hari yang telah ditetapkan warga berkumpul tak pandang latarbelakang, termasuk politik tentunya. Hingga orang nomor satu di kelurahan pun hadir. Acara diawal sangatlah biasa, sambutan-sambutan mulai dari keluarga hingga orang –orang penting. Dilanjutkan dengan hiburan campursari yang rancak alias dangdut koplo. Dengan soundsystem yang terbilang bagus tersebut menyuguhkan tontonan yang asyik. Tak ayal orang –orang disekitar hajatan berkumpul dan menikmati hiburan.

Seiring berdendangnya lagu, sang master of ceremony alias cucuk lampah memanggil seseorang untuk sambutan khusus. Dengan didengarkan oleh orang-orang yang telah ramai sang orator menyampaikan keluh kesahnya terhadap keadaan kabupaten Sragen. Lama kelamaan, sang pembicara mengarahkan topic ke salah satu kandidat. Kampanyepun sukses besar.

Seperti masuk perangkap, beberapa tokoh wilayah dan pejabat teras mengumpat setelah acara selesai. Tak ketinggalan pula tim sukses dari kandidat lain. Seperti mendapatkan petir di siang bolong. Ohhh Waow…… It’s Work!!! Hahaha. Apakah anda akan merencanakan pernikahan, kelahiran atau sunatan anak anda saat musim kampanye? Haha…

  5.       Si Boy Sang Perantara Fajar Subuh

Cerita ini terjadi satu hari setelah pemilihan bupati berlangsung. Ketika hasil dari hitung cepat sudah bisa menghasilkan calon yang menang dan kalah. Senang bagi pendukung yang menang, sedih bagi yang tersingkir. Namun dua rasa tersebut tak berlaku bagi satu orang ini. Sebut saja Boy, seorang makelar suara yang sudah melanglang buana dalam urusan pemilu. Boy mengatakan dia mendapat tugas dari dua tim sukses untuk mengingatkan dan  mengajak warga agar berperan aktif dalam Pilkada Sragen. Sungguh mulia sekali si Boy ini. Namun, dasar mental Indonesia, tidak nyoblos kalo gratis. Haha. Tentunya anda sadar akan beratnya tugas si Boy. Masing-masing tim sukses ternyata mengetahui betapa beratnya tugas kurirnya tersebut. Alhasil, si Boy dititipi sejumlah fulus untuk diberikan ke calon masyarakat.

Selepas subuh, si boy segera mendatangi rumah warga menyampaikan pesan sang Calon. Mengapa harus subuh? Jawaban saya adalah: Agar masyarakat tidak lupa dengan pesan yang disampaikan si Boy, kalau si Boy dating sebulan sebelumnya dapat dipastikan masyarakat lupa.hehe.

Si Boy dijanjikan salah satu tim sukses, jika mendapat kemenangan 80% di satu TPS maka ia dibayar 2juta. Oh wauuuw…. Tapi si Boy tidak menyanggupinya. Ia hanya berjanji untuk memenangkan saja, kalau sampai 80% sangatlah sulit. Tahukah anda mengapa demikian? Karena si Boy pegang dua kandidat yang sama-sama kuat. Alhasil dari sekian rupiah(si Boy tak bilang nominalnya) yang ia terima dia memasukkan 20 ribu untuk satu kandidat dan 15ribu untuk kandidat lain. Ia pun memecah amplopnya, satu keluarga yang berisi 4 orang maka dua orang dikasih amplop kandidat A sedangkan yang lain dikasih amplop kandidat B. Nampak mudah bukan?

Namun tugas si Boy tersebut super berat, mulai sehari sebelumnya ia telah bergerelia untuk melihat situasi. Memetakan warga yang telah mempunyai sura dukungan ke salah satu kandidat dengan warga yang masih mengambang. Si Boy pun bercerita kalo banyak yang seperti dirinya, namun mereka sudah tahu sama tahu. Hahaha….. Dasar si Boy.

Dari catatan saya diatas, tentunya masih banyak cerita yang terjadi saat Pilkada Sragen. Politik memang penuh intrik dan strategi. Uang hanya salah satu alat selain kaos, surat hingga hajatan. Dalam politik, yang ada hanya kepentingan. Harap maklum. Lima poin tersebut hanya kasus kecil yang saya lihat dan alami. Semoga menjadi pengetahuan.

(Irawan Wibisono)