Oleh: Dimas Alendra
Artis : Terapi Urine
Album : Petenteng
Tahun : 2017
@terapiurine.petenteng
SEPINTAS yang tengiang di kepala dari kata Terapi Urine, mungkin adalah sebuah metode pengobatan alternatif dengan menggunakan urine sebagai media pengobatan. Orang orang menganggap pengobatan ini sangat absurd dan menjijikan. Tapi nyatanya gaya pengobatan ini memang ada dan memiliki para pengikut yang mempercayainya
Terapi Urine satu ini pun tak jauh berbeda. Bedanya, urine kita kali ini merupakan sebuah grup musik asal Bandung yang beranggotakan Yunendra Adiputra (vokal), Andry Novaliano (gitar), Aris Nugraha (gitar), Qori Hafiz (Bass), dan Fikry Yudhapratista (Drum). Dilihat dari namanya mungkin beberapa orang melihat mereka sebagai grup musik yang absurd dan menjijikkan baik dari musik maupun kover beberapa album mereka. Tapi ternyata mereka tetap eksis hingga berhasil mengeluarkan beberapa album untuk para pendengar setia.
Genre yang mereka anut juga agak nyeleneh, mereka memilih grindocore sebagai gaya bermusik. Grindcore dikenal sebuah genre yang terkenal dengan cara bermain dengan distorsi yang tebal, tempo yang cepat, dan vokal berteriak dari tinggi ke rendah dengan lirik yang umumnya bercerita tentang sosial politik, kematian, sarkas dan bahkan humor. Ciri di atas ada dalam Terapi Urine, namun ada yang sedikit membedakan mereka dengan grup musik grindcore lainnya.
Beberapa orang menyebut Terapi Urine beraliran grindcore sleborz, embel embel “sleborz” diberikan karena beberapa orang tersebut melihat mereka sebagai sekumpulan manusia yang bermusik dengan sangat “urakan”, dan sangat berbeda dengan salah satu kiblat grindcore dunia yaitu Napalm Death
Terapi Urine sebenarnya bukan nama baru dalam ranah musik di tanah air. Sejak tahun 2011 grup musik ini sudah muncul dalam belantika musik terutama pada skena bawah tanah. Dilihat dari diskografi mereka semenjak tahun 2011 hingga sekarang kurang lebih mereka sudah mengeluarkan album/mini album dan single sebanyak 11 buah
Salah satu album yang menaikkan nama mereka muncul ke permukaan berjudul Kehiduvhan Yang Vhana Ini yang rilis pada tahun 2013 silam. Album ini terkesan begitu liar bagi orang yang sudah mendengarkan. Jika lagu pada umumnya meninggalkan kesan emosi dan pesan pesan khusus, album ini dijamin akan membuat pendengar tertawa tawa sendiri sambil mengernyitkan dahi
Kali ini Terapi Urine kembali dengan memanjakan pendengarnya dengan kembali mengeluarkan mini album berjudul Petenteng. Didengar sekilas, mungkin judul album ini terkesan lebih normal jika dibandingkan dengan judul judul album mereka sebelumnya. Jika dibandingkan mungkin ini merupakan satu satunya album mereka yang judulnya cukup waras setidaknya dapat dicari definisinya di dalam kamus.
Meskipun terdengar normal, bukan Terapi Urine namanya jika mereka tidak meninggalkan label aneh dan gila yang sudah menjadi menempel. Untuk pertama kalinya dalam sejarah musik di Indonesia atau bahkan mungkin di dunia, mereka merilis album Petenteng dalam bentuk Instagram yang semuanya terangkum dalam akun @terapiurine.petenteng.
Dalam akun tersebut ada sembilan unggahan, di mana setiap unggahan mewakili satu lagu jadi ada total sembilan lagu dalam album ini. Semua lagu dibuat dalam bentuk video pendek , setiap video terdapat lirik dan ilustrasi singkat nan jenaka yang menggambarkan lagu tersebut.
Perlu diketahui Instagram membuat regulasi dimana setiap video yang diunggah harus kurang dari satu menit, otomatis setiap lagu dalam album ini tidak lebih satu menit, bahkan mungkin hanya hitungan detik saja. Jika dikalkulasikan semua lagu dalam album ini hanya berdurasi sekitar lima menit saja. Durasi lagu pendek memang termasuk ciri khas juga dari genre grindcore, asal jangan coba dibandingkan dengan Anal Trump, sebuah grup musik asal Amerika yang membuat album sebanyak 30 lagu hanya memiliki durasi kurang lebih tiga menit
Jika diurutkan dengan mode vertikal di Instagram maka lagu yang pertama muncul berjudul Cicil lagu ini kurang lebih bercerita tentang kehidupan sehari hari di sekitar kita, tentang orang orang yang dijuluki “kelas menengah ngehek” yang hobinya suka mencicil apapun. Kritikan tajam dan padat mereka utarakan melalui lagu ini
Ada pula lagu berjudul “Vicky” yang berisi banyolan khas yang sering diucapkan oleh Vicky Prasetyo tentang kebiasaannya sering mencampur aduk bahasa Indonesia dengan Inggris. Ada juga lagu berjdudl Thrash. Salah satu bai liriknya berbunyi: Harta yang paling berharga/ adalah Metallica dan dinyanyikan mengikuti nada lagu keluarga cemara. Entah apa maksud dari lagu ini, tapi mungkin mereka hendak menunjukkan bahwa Metallica dan juga Sepulutura punya hubungan khusus dengan Terapi Urine.
Dua lagu di atas merupakan lagu lagu yang menjadi ciri khas dari Terapi Urine, dimana pasti akan membuat pendengar tertawa dan mengerutkan raut muka. Dalam album ini mereka juga menggandeng Pati yang merupakan salah satu pentolan dari grup musik The Kuda untuk berkolaborasi. Dalam salah satu wawancara dengan Vice Indonesia alasan mereka mereka mengajak Pati adalah hanya karene jarak rumah yang dekat dengan tempat mereka rekaman
Petenteng mungkin bisa dikatakan album yang paling sederhana dari Terapi Urine. Dalam album ini tidak akan dijumpai lagi judul judul semacam Ken666erian Malam Itu atau bahkan Kena Gigi Uang Kembali. Semua judul dalam lagu ini hanya terangkum dalam satu kata semacam “Cicil”, “Lapar”, dan lainnya. Tidak ada lagi judul judul kocak seperti pada album album sebelumnya
Selain itu dalam album ini mereka tidak berani untuk bereksperimen lebih sehingga album ini lebih terkesan monoton. Tidak ada lagi campur aduk antara musik jazz dan pop dengan grindcore seperti yang mereka lakukan pada album sebelumnya. Adanya batasan durasi dalam Instagram membuat mereka tampak ragu untuk lebih menjelajahi gaya bermain mereka, selain itu kualitas audio dalam album tidaklah lebih baik dibandingakan album rilis fisik.
Kesibukan masing masing personil yang saat ini sudah berpisah dan tinggal di kota yang berbeda bahkan sudah berkeluarga tampaknya juga turut menjadi andil atas berbedanya album ini dengan album sebelumnya. Tapi cara mereka membuat terobosan baru dalam berkarya menjadi nilai tambah yang sangat besar bagi album ini, jika diringkas dengan kata album ini terkesan cepat, padat, dan berkeringat!. Album ini dijamin akan membuat pendengar untuk terjun ke dalam moshpit sambil tertawa gila mendengarkan lirik absurd mereka. []