Bulu tangkis termasuk cabang olahraga yang sejak lama telah menjadi primadona di Indonesia dan berhasil memperkenalkan Indonesia di mata dunia. Bulu tangkis Indonesia pernah beberapa kali mengalami pasang surut, lalu bagaimana keadaan bulu tangkis Indonesia sekarang?
Bulu tangkis atau badminton merupakan salah satu cabang olahraga yang dilakukan oleh dua orang atau dua pasangan yang saling berlawanan. Bulu tangkis menjadi cabang olahraga favorit, andalan, serta penyumbang medali terbanyak bagi Indonesia. Seperti yang telah diketahui pada Minggu (17/10), Indonesia mengirimkan beberapa atlet bulu tangkis sebagai perwakilan Indonesia dalam Piala Thomas 2021.
Piala Thomas merupakan ajang kejuaran bulu tangkis internasional yang diadakan tiap dua tahun sekali. Kejuaraan tersebut termasuk yang tertua diselenggarakan oleh IBF (International Badminton Federation). Piala Thomas pertama kali diadakan pada tahun 1948-1949 yang diikuti oleh 10 negara, yaitu Kanada, Denmark, Inggris, Irlandia, Prancis, Bosnia, Amerika Serikat, India, Malaysia, dan Swedia. Namun sepanjang sejarah hanya ada lima negara yang pernah menjadi juara, yaitu Indonesia, Malaysia, Jepang, Denmark, dan China.
Tim bulu tangkis putra Indonesia berhasil menjuarai Thomas Cup 2021 dengan skor 3-0 melawan China. Anthony Sinisuka Ginting, salah satu pebulu tangkis berbakat kelahiran Cimahi yang kerap kali mengharumkan nama Indonesia. Pada gelaran Thomas Cup 2021 yang berlangsung di Ceres Arena, Denmark, Minggu (17/10). Ginting berhasil meraih kemenangan tiga gim atas Lu Guangzu. Ginting sukses memberikan poin pertama untuk tim Thomas Indonesia. Ia mengaku sempat merasa gugup dalam permainan tersebut, “Jujur saya nervous di gim pertama yang selalu tertinggal dan kalah pada gim pertama” ujar Ginting usai permainan. Akan tetapi, Ginting merasa bersyukur karena dapat bermain lebih baik pada gim kedua dan ketiga. Ia mengaku sangat nyaman dan menikmati permainan.
Pada pertandingan selanjutnya, ganda putra Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto berhasil mengalahkan pasangan He Ji Ting dan Zou Hao Dong. “Kami bersyukur bisa menyumbangkan angka kemenangan bagi Indonesia. Kami tidak menyangka bisa diturunkan di partai final Piala Thomas dan sebagai ganda pertama serta bisa menyumbang angka bagi Indonesia,” ujar Fajar. Kemenangan tersebut berhasil membuat Indonesia memimpin permainan dengan skor 2-0 dari China.
Jonatan Christie atau kerap disapa Jojo menjadi harapan Indonesia untuk dapat membawa pulang trofi Thomas Cup usai sebelumnya Indonesia berhasil meraih dua poin kemenangan atas China. Dalam pertandingan tersebut Jojo dihadapkan dengan Li Shi Feng pemain tunggal putra kedua China. Ketegangan sempat menyelimuti pertandingan ini, pada set pertama Jojo berhasil memenangkan permainan. Namun, set kedua Li Shi Feng berhasil bangkit dan meraih kemenangan. Pada set terakhir, pertarungan sengit yang menjadi penentu kemenangan kembali dimulai. Jojo dan Li Shi Feng saling mengejar angka dan akhirnya Jojo mengakhiri set ketiga dengan kemenangan 21-14. Hal itu sekaligus membawa kemenangan bagi Indonesia dalam Thomas Cup. “Kami hanya berusaha memberikan yang terbaik di lapangan, semua yang ada di tim Indonesia adalah pahlawan,” tegas Jojo.
Rupanya kemenangan tak selalu berpihak kepada Indonesia. Menilik kembali Majalah Kentingan XXII edisi Mei 2016 yang memuat prestasi bulu tangkis, Indonesia pernah mengalami pasang surut pada 2015. Catatan dan berita berisikan kegagalan perlahan mulai berdatangan memekakan telinga. Meski begitu, Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) berupaya sekuat tenaga memperbaiki dan mengupayakan agar bulu tangkis Indonesia segera bangkit. Dikutip dalam Kompas (21/10) mengungkapkan bahwa PBSI akan mengevaluasi secara besar-besaran mengenai bulu tangkis Indonesia yang tak kunjung bangkit.
Sejak awal, bulu tangkis Indonesia telah berjaya bahkan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Ia pernah menegaskan bahwa Indonesia terhormat melalui bulu tangkis. Keberhasilan tentu saja tidak akan datang begitu saja tanpa adanya usaha. Entah itu pada masa pemerintahan Presiden Soekarno atau pada masa Presiden Jokowi para atlet bulu tangkis tetap berusaha berlatih sekeras mungkin untuk menorehkan prestasi seperti yang telah dicapai sekarang ini. Pasang surut bulu tangkis Indonesia yang terjadi beberapa tahun lalu dicurigai karena PBSI tertampar setelah melihat media menyebarkan foto Tommy Sugiarto dan Rashid Sidek, mantan pelatih tim nasional. Bergabungnya Tommy Sugiarto dengan klub bulu tangkis negara tetangga membuat PBSI terlihat tidak becus mengurus dan melakukan pembinaan bulu tangkis bangsa. Beberapa pebulu tangkis Indonesia memilih mengundurkan diri dari pelatnas.
Permasalahan dari kegagalan tersebut dikarenakan kurangnya binaan dan dana untuk bulu tangkis. Pasalnya, dalam sebuah turnamen diperlukan dana untuk membiayai segala keperluan saat turnamen. Akan tetapi, saat ini PBSI lebih bijak dalam mengatur tata kelola keuangan sehingga kegagalan dapat segera teratasi. Hal tersebut berhasil dibuktikan Indonesia dengan membawa pulang trofi Thomas Cup setelah 19 tahun lamanya tepatnya pada 2002 silam. Kemenangan tersebut membuat penantian panjang ini berakhir bahagia. Indonesia sukses membawa pulang 14 trofi juara sekaligus membuat Indonesia memimpin sebagai negara dengan koleksi trofi terbanyak dalam Thomas Cup.
Pasang surut sebuah prestasi merupakan hal yang wajar terjadi dalam sebuah pertandingan. Lebih dari itu, bulu tangkis telah memperkenalkan dan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Bulu tangkis pernah memosisikan Indonesia sebagai negara terkuat di dunia. Indonesia terhormat melalui bulu tangkis, seperti yang telah ditegaskan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1962. Sekarang kita telah kembali menggenggam tanda kehormatan itu dan sebisa mungkin harus kita pertahankan untuk sebuah kehormatan bangsa.
Penulis: Merizha Puspha Kenchana
Editor: Aulia Anjani
Ilustrator: Rizky Setiawan