Himpunan Mahasiswa Sosiologi (HIMASOS) FISIP UNS kembali unjuk taring setelah sukses membuka ruang diskusi isu sosial pada Oktober lalu. Menariknya, ruang diskusi kali ini dikemas dengan event berbau seni, yaitu Akar Rumput bertajuk “Toxic Relationship” yang diselenggarakan pada 25 November. Semarak acara tersebut dimeriahkan oleh mahasiswa Program Studi Sosiologi dari angkatan 2022 hingga angkatan 2024.
Fadhilah Ar Rafi, selaku pengusung acara Akar Rumput, memaparkan kilas balik terbentuknya dan diadakannya Akar Rumput, yaitu sebagai ruang kolaborasi lintas angkatan mahasiswa Sosiologi sekaligus menyalurkan pengetahuan melalui acara yang dinamis dan tidak monoton. “Akar Rumput itu hadir gara-gara proyek ini, tuh, digarap bareng-bareng. Ibaratnya, teman-teman itu disimbolkan sebagai Akar Rumput. Awalnya tema besarnya adalah bedah riset, tetapi risetnya pindah ke acara berbau seni. Jadi, pada dasarnya pengen mendistribusikan pengetahuan, tapi dengan media yang berbeda,” ungkap Rafi.
Menjadi ruang bagi mahasiswa Sosiologi lintas angkatan, Akar Rumput digadang-gadang sebagai wadah distribusi ekspresi, distribusi pengetahuan, dan distribusi jaringan yang sebelumnya adalah hal krisis di lingkungan kampus. Dewanta, salah satu mahasiswa Sosiologi 2022 yang menjadi pengisi acara, mengungkap pentingnya acara ini. “Acara ini penting banget sebagai ruang bagi teman-teman, entah itu dari lintas angkatan manapun dan dari latar belakang manapun. Di FISIP ini kurang banget acara kayak kumpul-kumpul gitu untuk mengapresiasi atau menunjukkan minat dan bakat dari teman teman itu sendiri,” tutur Dewanta.
Meski Akar Rumput adalah acara yang berbau seni, penyampaian isu sosial tetap jelas disampaikan, tentunya dengan pemilihan isu yang sifatnya berkelanjutan. Rafi menyampaikan bahwa pemilihan tema “Toxic Relationship” karena isu ini relevan di berbagai ranah, seperti keluarga, pertemanan, dan pasangan. Sebagai acara pertama, tema ini diharapkan menarik perhatian dan mengangkat kesadaran akan hubungan yang tidak sehat.
Pengemasan isu tersebut dibalut melalui pembacaan puisi yang berjudul “Tamak yang Merusak”. Ada juga artist talk, yaitu pemaparan lukisan karya Fathan, mahasiswa Sosiologi 2023. Melalui lukisannya, Fathan mencoba merepresentasikan seseorang yang memakai masker gas yang merupakan bentuk simbolisasi adanya “gas” yang toxic. “Nah, makna kenapa harus menggunakan masker itu adalah untuk menghindari adanya toxic. Terus, kenapa yang saya lukis, tuh, cuma satu orang? Karena dalam suatu relationship, kalau satu orang yang bermasalah, pasti hubungan itu juga akan bermasalah,” jelas Fathan.
Tidak hanya sebatas euphoria seni, acara ini juga diisi dengan penayangan video materi “Toxic Relationship” yang disampaikan oleh salah satu dosen Sosiologi, yaitu Bapak Drajat. Pada bagian ini, HIMASOS ingin menunjukkan komitmennya melalui pemberian pengetahuan untuk audiens, yaitu mahasiswa Sosiologi sendiri. Acara ini pun ditutup dengan penampilan musik yang dibawakan oleh mahasiswa Sosiologi angkatan 2022, 2023, dan 2024. Beberapa lagu yang dibawakan menghadirkan nuansa romantis dengan sentuhan melankolis, menggambarkan suasana hati yang penuh kegalauan dan emosi mendalam. Tak cuma itu, ada juga lagu yang menghadirkan perpaduan emosional dan keindahan, salah satunya adalah “Sunset di Tanah Anarki”, yang dibawakan oleh Bandsos (Band Sosio Angkatan 2023) ft. Ino (Mahasiswa Sosiologi 2022).
Mengusung konsep seni, Akar Rumput sukses memberikan kesan yang baik bagi audiens selama acara berlangsung. Avita, mahasiswa Sosiologi 2022, menyampaikan kesannya mengikuti acara Akar Rumput. “Yang dirasakan, ya, pasti seru banget. Jadi tahu wajah-wajah baru juga, sih. Karena yang dilihat biasanya anak Sosio ‘22, ya, sekarang lihat wajah-wajah baru,” ungkap Avita.
Kemeriahan acara Akar Rumput yang merupakan proyek pertama kali ini sukses menarik perhatian. Akan tetapi, sayangnya masih belum ada kepastian apakah acara serupa akan dilanjutkan di kepengurusan HIMASOS periode mendatang atau tidak. Meski demikian, mahasiswa Sosiologi sepenuhnya punya harapan agar acara ini dapat terus dilanjutkan, sehingga tetap menjadi ruang ekspresi dan kolaborasi yang berkesinambungan. “Harapannya, semoga acara ini tetap bisa hadir, ya, di tiap tahunnya. Lalu, harapan yang mungkin enggak tahu ini utopis atau enggak, bisa digapai atau enggak, tapi aku berharap acara ini tetap bisa menjadi acara buat kita bersenang-senang sekaligus menyuarakan isu sosial dengan lantang. Semoga acara ini juga bisa diadakan di ruang publik agar manfaatnya dapat terasa bagi masyarakat. Selain berlanjut, aku juga berharap acaranya bisa lebih berkembang lagi di tahun berikutnya,” ucap Rafi.
Penulis : Estri Khoirul Amalia
Editor : Aldini Pratiwi