Foto: Dokumentasi Panitia

Berekspresi melalui Ichimonogatari

Ichimonogatari menjadi kisah pertama yang diwujudkan oleh Ichirorenji UNS setelah vakum selama pandemi Covid-19. Acara yang menampilkan kebudayaan populer Jepang tersebut digelar di Palur Plasa, Karanganyar pada Sabtu (18/06). Tujuannya untuk menyediakan ruang berekspresi dan wujud kreativitas penyuka budaya populer Jepang.

Tak hanya menyuguhkan budaya populer seperti musik, tari, cosplay, dan roleplay yang lekat dengan anime, manga, maupun video game, Ichimonogatari juga menghadirkan ikon festival tanabata. Tanabata merupakan budaya tradisional Jepang berupa bambu yang menjadi media mengikat kertas yang berisi harapan dan permohonan.

Budaya Jepang VS. Budaya Indonesia

Kebudayaan populer dari berbagai negara mulai menyusup di hati anak muda Indonesia. Salah satunya ialah budaya dari Negeri Sakura. Hal-hal seperti anime, manga, drama TV, fashion, dan lain sebagainya kemudian menjadi latar belakang terbentuknya suatu komunitas. Di UNS pun terdapat komunitas studi budaya Jepang yang berdiri pada tahun 2015 bernama Ichirorenji.

Maraknya komunitas dan event budaya Jepang di kalangan anak muda tentu memunculkan kekhawatiran. Barangkali ini merupakan awal tergerusnya kecintaan pada budaya lokal, mungkin juga tidak. Semua tergantung pada individu. Kebudayaan di seluruh penjuru dunia pasti memiliki keunikan. Rasa kagum adalah hal wajar, tetapi mengeksiskan budaya lokal adalah kewajiban.

Nggak sedikit ada yang mengakulturasi budaya, seperti cosplay menggunakan bahan batik, menggambar kebudayaan lokal dengan style anime, membuat lagu Jepang dalam bentuk Indonesia, atau dubbing anime ke dalam bahasa daerah. Ini juga langkah yang bagus sehingga kita bisa kreatif. Mungkin ke depannya ada pergelaran wayang yang disajikan dalam bentuk animasi,” ujar Ketua Panitia Ichimonogatari, Nasywan Nur Zacharia.

Menurut Nasywan, seharusnya pemuda Indonesia mempunyai prinsip. “Hobi boleh jalan, tapi budaya jangan ditinggal. Kalau saya sendiri, hobi boleh Japanese tapi budaya tetap Javanese.” Pernyataan tersebut diwujudkan dengan keaktifannya berpartisipasi dalam pentas dan lomba-lomba bertema kebudayaan Jawa.

Berkumpulnya Orang-Orang dengan Minat yang Sama

Ichimonogatari menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang mempunyai minat terhadap budaya populer Jepang, atau yang marak disebut sebagai otaku dan wibu. Mereka yang datang umumnya mengetahui acara ini melalui unggahan teman mereka yang juga seorang penggemar budaya populer Jepang. Antusiasme pengunjung sudah terlihat dari awal acara, mereka sudah memadati area sekitar panggung sejak sesi performa musik dan karaoke.

Walaupun cosplay parade terdapat di jelang akhir acara sebelum penampilan DJ Anifukot sebagai guest star, para cosplayer sudah hadir sejak awal acara dengan dandanannya yang menyerupai karakter anime, manga, maupun video game favoritnya. Mereka menjadi objek foto para pengunjung di selasar lantai 1 Palur Plasa. Salah satu cosplayer, Byuti Adi, merasa senang dengan diselenggarakannya Ichimonogatari. Dia merasa bertemu dengan orang baru adalah salah satu nilai postif yang ia rasakan dari menghadiri acara Ichimonogatari.

Acara yang telah dipersiapkan sekitar satu bulan dapat berjalan dengan meriah. Kerja keras panitia penyelenggara terbayarkan melalui acara Ichimonogatari yang dihadiri banyak pengunjung. Rasa puas disampaikan oleh Salsa, salah satu pengunjung, “Seru, meriah acaranya, lebih rame dari ekspektasi saya.”

Penulis: Tamara Diva Kamila, Bagaskoro

Editor: Sabila Soraya Dewi