Foto: Hasna Farrosah Diwany/ LPM Kentingan

Ara-ara Bubat – Ketika Gajah Mada menjadi Kambing Hitam Peperangan

Tidaklah asing bagi kalian, khususnya jika kalian orang Jawa atau Sunda, mengenai perang Bubat. Perang antara Majapahit dan Pasundan ini cukup sering diperbincangkan, apalagi ketika menyangkut-pautkan sebab akibat mengapa orang Sunda dilarang menikah dengan orang Jawa. Dalam sejarah perang Bubat yang sering dituturkan, Gajah Mada kerap menjadi dalang utama mengapa perang ini terjadi. Kisahnya, Raja Majapahit, Hayam Wuruk kala itu terpikat oleh Dyah Pitaloka, putri kerajaan Pasundan yang memang menawan, dan hendak dipinangnya menjadi permaisuri sekaligus mempererat hubungan kekeluargaan antara Majapahit dan Pasundan. Namun, Mahapatih Gajah Mada yang kala itu sangat berambisi untuk menaklukkan wilayah-wilayah di Nusantara, menganggap itu suatu bentuk penyerahan diri kerajaan Pasundan kepada Majapahit, dan akhirnya membantai seluruh rombongan kerajaan Pasundan yang hendak melangsungkan pernikahan Dyah Pitaloka dengan Hayam Wuruk di Majapahit. Gajah Mada di kisah perang Bubat ini menjadi tokoh antagonis yang berperang dengan taktik rendahan tanpa persetujuan Raja Hayam Wuruk

Namun, lain hal dengan kisah perang Bubat yang dipentaskan dalam bentuk ketoprak dengan judul “Ara-ara Bubat” dalam acara Pentas Produksi Wismakarman 2022 yang diadakan oleh UKM KKTT Wismakarman UNS pada tanggal 23 Desember kemarin. Dalam pementasan ini, bukanlah Gajah Mada yang menjadi dalang perang Bubat, tetapi pejabat Majapahit bernama Rawedeng yang menjadi impostor-nya. Naskah pementasan ketoprak ini ditulis oleh Benedictus Billy, dan pernah menjadi juara pada Festival Ketoprak 2017. Pementasan ini dibawakan dengan apik oleh mahasiswa, dengan selingan dagelan yang fresh dan tidak membosankan. Diakhir pementasan, dilakukan Jagongan Karya, atau diskusi antara semua yang terlibat dalam pementasan tersebut, bersama penonton.

Berikut alur kisah Ara-ara Bubat yang terabadikan oleh lensa saya :

Foto 1 : Ara-ara Bubat dibuka dengan adegan Hayam Wuruk menari bersama para penari Wanita

Foto 2 : Dyah Pitaloka dan Ayahnya, Sri Badhuka Maharaja berdiskusi mengenai keberangkatan mereka ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan

Foto 3 : Adegan Dagelan oleh kedua Dagelan Panji yang menjadi abdi ndalem Kerajaan Pasundan

Foto 4 : Perang antara Majapahit dan Pasundan, Bubat, yang didalangi oleh Rawedeng

Foto 5 : Sri Badhuka Maharaja terbunuh dalam perang tersebut

Foto 6 : Hanya Dyah Pitaloka yang masih hidup setelah perang tersebut, memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri

Foto 7 : Gajah Mada memangku Dyah Pitaloka dalam detik-detik akhir kehidupannya

Foto 8 : Gajah Mada menatap bendera Majapahit, merasa kecewa dan bersalah, padahal bukan dia yang menginisiasi perang tersebut

Foto 9 : Jagongan Karya setelah pementasan berakhir

 

Penulis: Hasna Farrosah Diwany

Foto: Hasna Farrosah Diwany

Editor: Sabila Soraya Dewi