Ribuan mahasiswa di Solo desak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Solo saat aksi bertajuk ‘Indonesia Gelap’ berlangsung. Aksi ini digelar pada Rabu, 19 Februari 2025. Aksi yang diinisiasi oleh Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa se-Solo Raya ini menuntut kebijakan efisiensi anggaran pemerintahan Prabowo-Gibran.
Kebijakan efisiensi sendiri diinstruksikan oleh Presiden Prabowo dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025. Kebijakan ini mulanya guna mendukung program prioritas Makan Bergizi Gratis yang baru-baru ini diterapkan Prabowo.
Saat aksi berlangsung, tampak atribut-atribut yang dipakai seperti poster bertuliskan Program Prioritas Rakyat Tertindas, MBG (Makan Bergizi Gratis) No Efisiensi No, Tut Wuri Efisiensi, hingga tragedi pembakaran ban di jalan yang dianggap sebagai bentuk resisten mahasiswa.
Andika, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said, mengungkapkan bahwa program pemerintah saat ini perlu dievaluasi. “Anggarannya dapat dialokasikan untuk pendidikan dengan pengelolaan yang baik” ungkap Andika. (19/2/25). Andika juga menyampaikan bahwa kebijakan ini berimbas langsung pada dirinya sebagai pengurus organisasi.
Beberapa elemen masyarakat juga tampak turun ke jalan. Ahmad Farid, mantan aktivis 98 menuturkan bahwa efisiensi ini hanyalah omong belaka.
“Jika benar, tidak mungkin Prabowo membentuk kabinet dengan 109 anggota. Tidak mungkin juga studi banding ke luar negeri, terlebih baru-baru ini mengangkat staff khusus. Omongan Prabowo sangat tidak masuk akal,” tutur Ahmad Farid. Menurutnya, justru program MBG belum bisa menyejahterakan rakyat. “Anak diberi MBG, orang tuanya dipecat karena efisiensi.” tambahnya. (19/2/25)
Doel, anggota Aliansi Rakyat Peduli Indonesia (ARPI) yang turun aksi juga mengatakan bahwa masyarakat daerah lebih membutuhkan pendidikan gratis. Dirinya yang pernah tinggal di daerah sempat menanyai orang tua murid terkait kebijakan MBG dan kebutuhan akan pendidikan. Ia mengatakan bahwa orang tua justru lebih membutuhkan pendidikan gratis untuk anak mereka.
“Negara mau tidak mau harus menciptakan pendidikan gratis. Mengenai gizi, orang tua mampu memberikan asupan gizi kepada anak-anaknya,” ungkapnya.
Aksi yang berlangsung sejak siang hari hingga menjelang petang itu sempat berlangsung ricuh. Jajaran aparat yang menutup akses memaksa mundur barisan mahasiswa yang mengakibatkan mahasiswa melempar botol. Aksi ini berakhir setelah perwakilan DPRD Kota Solo menandatangani surat tuntutan yang diajukan mahasiswa.
Penulis: Muthiara ‘Arsy dan Natasya Maharani
Editor: Tiara Nur A’isah