Air SPAM “Berkemas-kemas”

  • Air SPAM dijadikan lahan bisnis. Katanya untuk “sangu” menuju PTNBH.

 

PERSIS SEPULUH BULAN yang lalu, Agung Nugroho, salah satu staf Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) berkeluh-kesah. Ia heran, mengapa air yang diproduksi SPAM Kampus selalu saja bersisa. Tak tanggung-tanggung, 60% air yang diproduksi SPAM Kampus dalam sehari, seringkali malah mengalir ke selokan pembuangan SPAM Kampus, bukan ke tenggorokan para mahasiswa. Jika SPAM Kampus memproduksi sedikitnya 28 ribu liter air/hari,  itu berarti sekira 20 ribu liter air membanjiri selokan tiap harinya. “…ia dan karyawan SPAM Kampus UNS lainnya, seringkali berkeliling ke dispenser-dispenser yang ada di Kampus UNS untuk sekadar mengalirkan air …“ (SPAM Kampus dan Prasangka Terus-Menerus, saluransebelas.com, 29 April 2016). Tindakan yang tak mungkin bisa mengubah jumlah air yang tersisa.

 

Itu terjadi bulan April 2016, hampir setahun yang lalu. Tapi siapa sangka, pernyataan Agung ini dilontarkan kembali oleh Edy Triharyanto, Ketua Badan Pengelola Usaha (BPU) UNS pada Peluncuran unsQUA dan sosialisasi UNS Inn, Rabu, 1 Februari 2017. “Dari 28 ribu liter air yang dihasilkan SPAM, yang dikonsumsi [sivitas akademika] hanya 4 ribu. Maka dari itu kita manfaatkan untuk membantu pembiayaan perawatan SPAM,” katanya.

 

Puluhan tamu undangan yang berada di depannya mendengarkan dengan khusyu. Rektor UNS, Ravik Karsidi yang saat itu juga berada di sana  terlihat manggut-manggut. Di hadapan mereka sudah terpampang produk unsQUA dengan pelbagai kemasan. unsQUA inilah merek air minum kemasan yang dikelola oleh BPU UNS. Airnya bersumber dari SPAM Kampus UNS. Kantornya pun di Gedung SPAM Kampus UNS.

 

Dengan munculnya UnsQUA ini, mau tidak mau sivitas akademika UNS dihadiri tanya. “Mengapa air SPAM harus diperjualkan jika di beberapa titik kampus saja tersedia air minum gratis?” Kira-kira begitu.

 

“Bukan dijual,” kata Edy Triharyanto sambil terkekeh. “Tapi bahasanya, kita manfaatkan air SPAM yang berlimpah untuk membantu pembiayaan perawatan SPAM. Biaya perawatannya banyak lho itu. Untuk satu dispenser saja kita butuh dua penyaring. Satu buah penyaring harganya 80 ribu rupiah, itupun harus diimpor. Sedangkan kita punya puluhan buah dispenser. Itu harus diganti tiap enam bulan sekali, coba hitung berapa?”

Belum sempat saluransebelas.com menghitung, Edy langsung melanjutkan. “Itu baru penyaringnya, belum alat-alat yang lain. Tentu kita tidak bisa terus-terusan menggunakan dana UKT (Uang Kuliah Tunggal) dari mahasiswa. Makanya kami mengharapkan unsQUA ini dapat membantu pembiayaan perawatan SPAM.”

 

Edy mengatakan, bakal ada dua jenis air unsQUA, yakni air SPAM dengan penambahan oksigen (RO) dan air SPAM kemasan galon tanpa penambahan apapun. Murni air SPAM. Semuanya akan dipasarkan ke kantin-kantin yang ada di UNS.

 

Beberapa pemilik kantin di UNS seperti Jumiyati atau yang lebih dikenal Mbok Jum, pemilik kantin yang berada di Fakultas Ilmu Budaya (FIB), serta Yuni, pemilik kantin yang berada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP),  turut diundang menghadiri acara peluncuran unsQua. Selain itu, akan ada kebijakan yang mewajibkan seluruh acara resmi yang digelar di UNS untuk menggunakan unsQUA sebagai air konsumsinya. Nantinya, kebijakan ini juga diberlakukan ke setiap kampus wilayah seperti kampus Pabelan, Mesen, Tirtomoyo, bahkan berlaku pula untuk Rumah Sakit UNS.

 

Namun, lagi-lagi Edy menolak menyebutnya “pemasaran”, tapi “pendistribusian.” Saat saluransebelas.com menanyakan harga unsQUA masing-masing kemasan pun begitu. Ia menyanggah kata “harga.” Menurutnya, kata yang lebih tepat adalah “pengganti biaya produksi.” Untuk sebotol unsQUA 330ml, akan dikenakan “pengganti biaya produksi” sebesar Rp 800,00. Botol 600ml sebesar Rp 1200,00. Sedangkan kemasan galon sebesar Rp 5000,00 dan Rp 10.000,00 untuk air dengan tambahan oksigen (RO).

 

 

Kisah Lama

Kemunculan unsQUA, air minum yang notabene dikemas dengan botol plastik ini, memaksa sivitas akademika UNS untuk mengingat kembali alasan pendirian SPAM Kampus setahun lalu. Bahwa “…tujuan dari pendirian SPAM Kampus. Antara lain untuk menyediakan air minum gratis bagi para sivitas akademika dan juga untuk mengurangi sampah plastik yang ditimbulkan oleh air minum kemasan” (SPAM Kampus dan Prasangka Terus-Menerus, saluransebelas.com, 29 April 2016).

 

Deby Fajar Lestari (20), mahasiswi yang tergabung dalam Komunitas Biodiversitas Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) UNS, mengaku menyayangkan sikap kampus yang menurutnya tidak konsisten. “Seharusnya jika memang pihak UNS ingin mengusung Green Campus dengan cara mengurangi limbah plastik seperti yang diniatkan di awal pembuatan SPAM Kampus, pemunculan unsQUA bukan hal yang sepenuhnya tepat,” ungkapnya.

 

Komentar yang sama pun diungkapkan Pusparika, mahasiswi yang tergabung dalam Mahasiswa Pecinta Alam UNS, Garba Wira Buana. Menurutnya, kemunculan unsQUA tidaklah perlu karena mahasiswa pasti akan memilih mengkonsumsi air dispenser SPAM Kampus yang gratis.

 

Terkait hal ini, pihak pengelola SPAM Kampus, Aris Marwoto saat ditemu Senin, 6 Februari 2017, tak dapat berkomentar banyak. “Itu kan sudah kebijakan kampus. Lagipula dana yang diperoleh nantinya juga bakal dinikmati kampus dan mahasiswa,” ujarnya.

 

Dalam rekaman wawancara saluransebelas.com dengan Kepala SPAM Kampus UNS, Solichin, pada 20 April 2016, rencana “galonisasi” air SPAM sudah sempat ia singgung. “Kita kemarin ngajukan ke [kementrian] PU (Pekerjaan Umum) [tentang] galonisasi, tapi kemarin itu di tolak. Karena PU takut, nanti [mau] dijual ini. Tapi kalo UNS mau ngadain sendiri, dijual untuk sendiri ya, monggo katanya gitu. Di corek itu waktu kita ngajuin,” kata Solichin waktu itu.

 

Ternyata, cukup lama setelah pernyataan tersebut keluar dari Solichin, UNS benar-benar “ngadain sendiri”. Pelbagai peralatan produksi unsQUA pun dibeli dengan uang UNS sendiri. Bukan minta Kementrian PU seperti yang terjadi tahun lalu. Dan didistribusikan untuk kalangan sivitas akademika UNS sendiri.

 

“Apakah ini berarti bahwa unsQUA memang sudah lama direncanakan, bahkan saat awal-awal berdirinya SPAM?” tanya saluransebelas.com pada Edy Triharyanto. Setelah menjelaskan panjang lebar, ia lantas mengiyakan. “Ini adalah langkah kita untuk menuju PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum),” katanya. “Syarat untuk menjadi PTNBH itu harus memiliki income selain dari UKT diatas 100 Milyar. Kita masih 30 Milyar.”

 

Dengan demikian, menurut penjelasan Edy, unsQua, Rumah Sakit UNS, hingga UNS Inn tak lain adalah upaya untuk mendapatkan pendapatan 100 Milyar tersebut. “Ya, doakan saja semoga kampus kita ini bisa segera berstatus PTNBH,” ujarnya di akhir.

 

Meski begitu, ia menjamin bahwa air SPAM yang mengalir lewat 129 dispenser yang ada di Kampus Kentingan UNS akan tetap gratis. Jadi silakan pilih, mau yang kemasan atau yang gratisan?[]

 

RALAT : Pada unggahan sebelumnya terdapat kalimat awal “Persis sebelas bulan”, ini kami ubah menjadi “Persis sepuluh bulan”, laporan khusus SPAM Kampus dan prasangka Terus-menerus sendiri terbit di bulan April 2016 bukan Maret 2016. Atas kesalahan ini kami meminta maaf kepada seluruh pembaca.

 

 


Penulis : Fera Safitri

Penyumbang Bahan : N. Prayogi