Ilustrasi: Muhamad Luqmansyah/LPM Kentingan

Adaptasi Hebat saat Pembelajaran Daring

Pandemi Covid-19 memberikan banyak perubahan terhadap berlangsungnya kehidupan. Salah satunya adalah pembelajaran di sekolah yang awalnya secara tatap muka berubah menjadi daring. Ternyata perubahan yang tampak sederhana ini memberikan dampak yang sangat signifikan. Bukan hanya terhadap murid, tetapi juga guru yang memiliki kewajiban memberikan pembelajaran.

Pembatasan sosial bukan menjadi tantangan, karena faktanya kegiatan pembelajaran mampu terus berjalan kala pandemi Covid-19. Guru yang terus memberikan pembelajaran juga merupakan sosok yang hebat karena mampu beradaptasi secara cepat. Pada dasarnya, guru-guru saat ini tidak sedikit yang bisa dibilang mendekati atau bahkan sudah menginjak usia lansia. Berdasarkan data statistik pendidikan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), usia guru SD, SMP, SMA, dan SMK usia 50-60 tahun pada tahun 2020/2021 berjumlah 491.198 orang. Tentunya memahami teknologi yang digunakan untuk pembelajaran daring tidaklah mudah. Mulai dari banyaknya tipe teknologi model pembelajaran, cara penggunaan, bahkan cara penyampaian materi, dan pemberian tugas sangatlah berbeda 180 derajat dari pembelajaran tatap muka.

Perjuangan seorang guru untuk beradaptasi dan memberikan pembelajaran terhadap murid-murid tersayang tidak berakhir di situ saja. Setelah memahami teknologi, ternyata guru akan dipertemukan dengan konflik terhadap murid-muridnya. Tidak sedikit murid yang jenuh saat pembelajaran karena menghadap ke layar smartphone atau laptop dalam waktu yang lama, murid yang tidak menghadiri kelas, tidak mengerjakan tugas, tidak memperhatikan, dan sebagainya. Bahkan, tidak sedikit juga wali murid yang sedikit menentang terhadap guru karena memberi tugas saat anaknya banyak yang belum paham materi pembelajaran.

Jika melihat kasus ini, siapakah yang harus disalahkan? Orang tua menuntut seorang guru untuk mengajar dengan baik, tetapi di lain sisi kondisi memang tidak memberikan kesempatan kepada guru untuk memberikan pembelajaran secara maksimal. Bagaimanapun juga pembelajaran secara tatap muka memang yang terbaik. Meski banyak kebingungan dan tuntutan, guru yang terus berusaha untuk memberikan yang terbaik saat pembelajaran merupakan pahlawan yang patut kita apresiasi. Pandemi yang membuat kita terbelenggu tidak menghilangkan rasa semangat mereka untuk menciptakan para calon pemimpin negeri.

Melihat sisi lain, banyaknya pelajar yang tetap semangat untuk melaksanakan pembelajaran daring meski terkadang membuat jenuh juga merupakan hal yang membanggakan. Tidak sedikit pelajar yang justru semakin semangat dan aktif untuk terus mencetak prestasi meski pandemi. Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) menyatakan bahwa 53 prestasi tingkat internasional diraih pelajar Indonesia di tengah pandemi tahun 2021. Semangat untuk menjadi pelajar yang baik dan calon pemimpin negeri terus mereka pancarkan di masa-masa yang penuh kegelapan.

Hari ini, 24 Januari 2022 diperingati sebagai Hari Pendidikan Internasional yang merayakan pendidikan untuk memiliki peran terhadap perdamaian dan pembangunan. Pandemi yang membuat segalanya serba terbatas semoga terus memberikan semangat, baik bagi instansi pendidikan, guru, dan murid untuk terus tekun dalam menjalankan misi yang tidak ada ujungnya, yaitu pendidikan. Percayalah akan tiba saatnya bagi dunia untuk memulai kembali pembelajaran tatap muka, atau bahkan akan ada inovasi di mana pembelajaran tatap muka dikombinasikan dengan daring. Meski bukan hal mudah, tetapi teknologi dan inovasi-inovasi yang terus berkembang bisa menjadikan hal-hal di luar nalar menjadi suatu hal yang nyata.

 

Penulis: Muhamad Luqmansyah

Editor: Sabila Soraya Dewi