Peserta berfoto bersama salah satu pemimpin KPK

ACFFest 2015 : Berseni Melawan Korupsi

Ayo jujur barengan! Ayo jujur barengan! Ayo jujur barengan! Begitulah bunyi salah satu lirik lagu yang terus menggema, menguasai ruangan.

Banyak sekali acara yang digelar dalam rangka menyambut usia Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang ke 39. Kedatangan tim Anti Corruption Film Festival (ACFFest) ini turut meramaikan penyambutan ulang tahun Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang akan jatuh pada 11 Maret. ACFFest merupakan kegiatan tahunan yang bertujuan menggugah semangat anak-anak muda yang kreatif untuk berkarya melalui film. Tidak sembarang berkarya, di sini anak-anak muda yang notabene sebagai generasi bangsa juga diharapkan bisa memusuhi korupsi. Pendaftaran karya telah dimulai dari bulan Pebruari lalu dan akan berakhir pada 5 Oktober 2015. Acara ini sekaligus sebagai bentuk kampanye anti korupsi kepada masyarakat, menilik selama ini pemahaman masyarakat mengenai korupsi tergolong masih sangat terbatas.

Suasana meriah terlihat di bagian depan auditorium Universitas Sebelas Maret Surakarta pada Selasa (03/03/15). Hal ini terlihat dari meja registrasi yang sesak oleh peserta yang antre. Mengambil tema “Make Your Mov!e”, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bekerjasama dengan Pusat Studi Transparansi Publik dan Anti Korupsi (Pustapako UNS) dan Kine Klub menggelar talkshow sekaligus pemutaran film-film pemenang ACFFest tahun sebelumnya. Acara yang dimulai pukul 09.00 itu dihadiri oleh ratusan orang yang terdiri dari siswa SMA dan SMK se-Soloraya, para mahasiswa, dan masyarakat umum.

“Semua yang hadir di sini harus membayangkan bagaimana 10-30 tahun yang akan datang, sebab kalian-kalian inilah yang ke depan memimpin negara ini. Korupsi adalah kanker bagi Indonesia. Maka, yang sangat penting adalah pemilikan nilai, sikap apa, dan bagaimana menghindari korupsi. Siapkan diri sebaik-baiknya. Dari Solo kita bisa merubah Indonesia,” pesan rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Ravik Karsidi, yang disambut tepuk tangan meriah dari anak-anak muda Solo.

Mengkritik Melalui Seni

Menuru tpenuturan salah satu pimpinan KPK, Zulkarnain, korupsi di Indonesia adalah hal yang luar biasa. Korupsi menjadi kejahatan yang sistemik mulai dari instansi pusat hingga ke tingkat bawah selevel Rukun Tangga (RT) atau Rukun Warga (RW). Mengenai pemahaman masyarakat, ia menuturkan bahwa masyarakat masih banyak yang belum mengerti tindakan-tindakan apa saja yang termasuk korupsi.

“Selama ini hanya yang merugikan negara saja yang dianggap korupsi. Sedangkan suap-menyuap yang seringkali terjadi belum mendapat sorotan dari masyarakat, padahal itu termasuk korupsi,” tambah pimpinan KPK yang pernah berdomisili di Jawa Tengah itu.

Terkait permasalahan ini, Bowo Laksono yang berlatar belakang dunia seni perfilman berpendapat bahwa harus dilakukan cara penyampaian yang lebih masif mengenai segala hal yang terkait dengan korupsi. Salah satunya melalui seni perfilman. Film merupakan karya seni audio-visual yang bisa digunakan sebagai bentuk kritik yang selanjutnya bisa langsung sampai kepada masyarakat dan pengambil kebijakan.

“Indonesia bersih dari korupsi itu tergantung bagaimana kalian memperjuangkannya. Smartphone kalian adalah alat untuk memperjuangkan masa depan, kalian bisa mengcapture lalu melinkan (berbagi – red) ke berbagai media sosial. Di sini dibutuhkan keberanian, baik ketika mengcapture ataupun setelahnya. Saatnya kita bergerak, melawan korupsi dengan cara yang lebih cool,” terang lelaki kelahiran Purbalingga itu.

Ari Nugroho selaku ketua ACFFest menegaskan bahwa sejarah bangsa ini adalah sejarah anak muda sehingga anak muda harus punya inisiasi untuk merebut masa depan Indonesia yang bebas korupsi. Ia juga menekankan bahwasanya dukungan pemerintah dan publik lah yang menguatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk berusaha memberikan hasil yang lebih memuaskan kepada masyarakat.

Kota dengan Jumlah Peserta Paling Banyak

Hingga selesainya pemutaran film “Selamat Siang, Risa” dan “Jadi Jagoan Ala Ahok” yang sekaligus menandai berakhirnya acara, tercatat sebanyak 634 peserta turut meramaikan  kali ini.

“Dibanding kota-kota sebelumnya yang sudah kami datangi, Solo adalah yang paling ramai. Orang Solo mah asyik-asyik jadi hampir tidak ada kendala mulai dari persiapan sampai sekarang,” ujar Doti dan Ira dari bagian kampanye Direktorat Pengabdian dan Pelayanan Masyarakat KPK ketika ditemui tim lpmkentingan.com seusai acara.

“Ini acaranya KPK, kami diajak gabung gara-gara ada anak Kine yang jadi finalis di AFFest tahun lalu,” terang divisi humas Kine Klub, Avisena. (Ifa dan Fika)