Gugat Pengawalan BEM UNS

BEM UNS : “Gemukkan Kabinet” Untuk Kawal Isu

Oleh Ririn Setyowati

Kabinet Inisiator Muda kedatangan staf baru. Dengan formasi 256 orang, barisan delapan banjar tertata rapi melaksanakan deklarasi. Usai dilantik dengan sumpah yang mengikutsertakan nama Tuhan Yang Maha Esa, barisan itu berjalan serasi mengisi ruas kiri yang disediakan. Rabu, 2 Maret 2016, Gedung dr. Prakosa Kantor Pusat UNS jadi saksi bisu deklarasi generasi baru penyorak “hidup mahasiswa” tersebut. Tak lupa nyanyian Mars Mahasiswa berserta aksi teatrikal, alasannya, untuk pengenalan diri kepada masyarakat dan warga Universitas Sebelas Maret Surakarta. Presiden BEM UNS, Doni Wahyu Prabowo, berorasi di tengah bundaran yang mereka buat di depan bulevar.

Relevansi BEM dan Mahasiswa     

Dengan dalih menjadi momen pengenalan diri, pihak BEM UNS mengaku telah mengirimkan pemberitahuan terbuka mengenai pelantikan staf barunya, baik melalui media sosial maupun dari mulut ke mulut kepada mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Namun, saat deklarasi berlangsung, tak banyak mahasiswa yang hadir dan menyaksikan dengan seksama jalannya acara.  Walau begitu, beberapa media turut ikut dalam peliputan deklarasi tersebut. Saat ditanya mengenai makna pelantikan bagi mahasiwa UNS yang tidak ikut dalam kepengurusan BEM UNS, Fatma Ariska, mahasiswa Ilmu Komunuikasi 2015 mengaku tahu jika akan ada pelantikan kabinet baru BEM UNS. “Dengan pelantikan BEM, berarti semakin banyak penyalur aspirasi yang menyuarakan suara mahasiswa, semakin banyak wakil-wakil mahasiswa”, tuturnya walau tak hadir langsung untuk menyaksikan, Ia juga menambahkan harapan agar staf baru BEM UNS membawa perubahan yang lebih baik.

Dalam kesempatan berbeda, Aruni Budiafitri, mahasiswi tingkat II Fakultas Hukum menuturkan bahwa pelantikan BEM UNS tidaklah begitu berpengaruh, bahkan menurutnya mahasiswa UNS lain masih terkesan masa bodo terhadap hal itu. Aruni menambahkan selama ini pengaruh yang dirasakannya dari kerja BEM UNS hanyalah sebatas panitia pagelaran Festival Seni dan Budaya, serta Beasiswa PPA. Sedangkan, pengupayaan penurunan UKT yang kerap kali digemborkan  kurang terasa pengaruhnya bagi mahasiswa.

Saat ditemui guna meminta tanggapan tentang komentar mahasiswa, Wakil Presiden BEM UNS Wildan Wahyu Nugroho menanggapinya dengan santai, baginya BEM UNS sudah melakukan segenap usaha agar mahasiswa tahu, terutama lewat jalur sosial media. “Ya, nggak masalah nggak tahu, cuman intinya kita siap sedia ketika memang Mahasiswa membutuhkan BEM UNS bisa tetap sedia”.

Organisasi Suka Demo

Paradigma “suka demo” kepada BEM juga masih melekat, sehingga fungsi aspirasi dan sinergi bagi elemen–elemen mahasiswa belum sepenuhnya terwujud. Hal itu turut diungkapkan oleh Maria Arimbi, mahasiswa FKIP Pendidikan Geografi , saran utama bagi BEM saat ini adalah adanya upaya untuk meminimalisir kritikan bahkan cibiran kepada pemerintah maupun universitas. Selain itu, BEM UNS juga diharapkan dapat membangun dan mengevaluasi dengan cara yang lebih santun, sehingga tidak menimbulkan kesan sebagai organisasi yang demo-able. Secara terpisah, mahasiswa D3 Akutansi, Agustinus Cyto Kurniawan juga menjelaskan bahwa kinerja BEM selama ini belum sepenuhnya merangkul semua mahasiswa. Ia mengungkapkan bahwa kerap terjadi kekeliruan presepsi dari masyarakat kepada BEM UNS. Banyak yang mengira bahwa mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam BEM adalah mereka yang kinerjanya paling baik. Padahal tidak selalu seperti itu, semua tergantung kinerja tiap individunya juga, tidak boleh hanya dipandang dari stigma yang berlaku pada publik semata.

Saat dimintai tanggapan, Wildan mengaku telah paham dengan komentar-komentar itu. “Intinya bagi saya, ya kita tetep jalan, ada kritik ya apa yang menjadi hak mahasiswa tetap kita berikan. Intinya, jangan sampai mundur aja sih”. Sedangkan, tentang stigma suka demo, Wildan menjelaskan bahwa demo memang dilakukan sebagai kekuatan guna menekan kepentingan politik. Selain itu, demo merupakan sikap terbuka BEM UNS kepada masyarakat di dalam maupun di luar UNS. Ia menambahkan bahwa BEM UNS sebenarnya baru demo tiga kali. Yaitu demo tentang UKT, dan dua kali ketika di Jakarta. Wakil Presiden BEM UNS juga menambahkan “Selebihnya kalau yang di jalanan itu emang kita ingin menyampaikan informasi agar dapat diliput media dan lain sebagainya.”

Penampung Aspirasi, 256 Staf Baru Siap Beraksi

Di luar paradigma miring tersebut, ternyata nafas BEM tetap menggeliat. Hal ini terbukti dengan penambahan jumlah personil pada kabinet tahun ini. Penerimaan staf baru memang mengalami kenaikan yang cukup berarti. Jika pada tahun sebelumnya terdapat kurang lebih 190 staf, kini digemukkan menjadi 256 staf.  Saat ditanya mengenai alasan, Presiden BEM UNS, Doni Wahyu Prabowo mengungkapkan bahwa dirinya masih belum melihat optimalisasi pada jumlah kepengurusan tahun lalu, dibuktikan dengan masih banyaknya kursi kepanitiaan yang harus diisi dengan jalur sukarelawan atau kerap disebut open volunteer saat menyelenggarakan beberapa acara. Namun, ia juga menyebutkan dengan banyaknya staf kali ini juga tidak menutup kemungkinan untuk menutup jalur tersebut. Pernyataan Presiden BEM UNS tersebut diperkuat oleh Wildan selaku wakilnya, “Memang tugasnya mengadvokasi kebutuhan masyarakat secara umum. Kalau stafnya sedikit, tangan-tangan kita terlalu sedikit untuk bisa menjangkau fakultas–fakultas”.

Ia juga menambahkan bahwa BEM UNS perlu semacam penyambung informasi yang lebih banyak, bahkan dengan detail, Wildan memberi contoh dengan kewajiban masing – masing anggota BEM untuk memiliki facebook beserta media sosial lain untuk membantu penyebaran informasi tentang BEM UNS. Penambahan staf utamanya diharapkan agar jaringan penyebaran menjadi lebih luas. Selain itu, BEM UNS mengaku ingin lebih meningkatkan kinerja di bidang sosial masyarakat, oleh karena itu staf ditambah sebagai bentuk pengabdian lebih kepada masyarakat, Wildan menuturkan “Tidak hanya mengawal dan menjadi mitra pemerintah tapi juga harus mengabdi kepada masyarakat”. Namun saat ditanya mengenai efektivitas penambahan jumlah, wakil presiden BEM UNS tersebut berujar “Ya, nanti dilihat aja ke depannya”.